Jika BLACKPINK Sahabatku
Nara
Di sebuah ruangan kecil yang masih berdindingkaan batu bata tanpa di poles semen, ada beberapa poster yang tertempel disana.
Poster dari salah satu girlband asal negara gingseng, Korea. Yakni BLACKPINK yang sedang berada di puncak kesuksesannya.
Sebuah grup yang terdiri dari empat personil itu memiliki sangat banyak penggemar, mulai dari laki-laki hingga wanita.
Tak terkecuali seorang gadis berumur 17 tahun yang saat ini tengah asyik menatap layar ponsel android miliknya yang sudah tampak usang. Tampilan gambar video yang buram tak menyurutkan semangat gadis itu untuk turut bernyanyi menirukan lagu yang sedang dinyanyikan di dalam ponselnya.
Nara
BLAKPINK in your area..
Nara
Ha, how you like that?
Gadis itu mulai menari mengikuti gerakan yang di tampilkan oleh idolanya di layar ponsel.
Meski bukan lagu baru, namun itu yang berhasil di downloadnya saat berada di sekolah dengan menggunakan wifi sekolah
Nara
Bada-bing, bada-boom-boom-boom
Nara, seorang gadis miskin yang setiap harinya penuh dengan kesederhanaan, memiliki mimpi untuk dapat bertemu dengan girlband idolanya.
Gadis itu sangat hafal lirik beserta gerakan tarian dari keempat personil BLACKPINK
Nara
"Hosh..hosh.. capek juga nyanyi sambil nari." (Berucap sambil terduduk)
Nara
"Kalian hebat ya, nggak capek bergerak lincah kayak gitu," (matanya berbinar menatap layar ponsel)
Meski sangat menyukai girlband tersebut, Nara hanya mampu melihatnya lewat download an di ponselnya, atau jika sedang berada di sekolah.
Karena boro-boro untuk membeli paket data, untuk makan saja ia harus sangat berhemat, ia menyisihkan sedikit demi sedikit uang saku untuk bertahan hidup.
Ia bekerja paruh waktu usai pulang sekolah, karena kini tak ada lagi yang menanggung biaya hidupnya.
Sang ayah keluarga satu-satunya yang ia miliki sudah meninggal sejak neberapa bulan yang lalau karena terkena demam berdarah.
Nara
"Besok aku donlot lagi ah pas di sekolah, yang aku denger dari orang-orang kalian punya singel baru lagi kan?"
Nara
(Bertanya pada biasnya di poster)
Nara
"Andai aja kalian sahabatku, mungkin hidupku tak akan sesulit ini, aku pasti tidak akan dijauhi anak-anak lain,"
Nara
(Meratapi nasib masih dengan bicara pada poster)
Nara bisa bersekolah di sekolahan yang bagus karena beasiswa, ayahnya yang merupakan tukang kebun di sekolah tersebut memdaftarkan Mara ke sekolahan itu karena merasa sang putri adalah anak yang pandai.
Dan terbukti, Nara memang pandai hingga bisa mendapatkan beasiswa di SMA favorit yang diisi oleh anak-anak sultan, turunan orang tajir semua.
Nara
(Menarik nafas dalam)
"Besok harus ketemu sama anak-anak yang tak menyukaiku lagi,"
Nara
"Bahkan menyebut mereka teman satu sekolah saja aku tidak bisa karena mereka melarangnya,"
Nara
"Apa aku sehina itu?"
Nara
"Aku juga selalu mandi kok, meski sabun dan shampoo yang kupakai tak semahal milik mereka,"
Setiap kali Nara mengingat anak-anak di sekolahnya, saat itu juga air matanya pasti luruh. Sebab tidak pernah ada kenangan manis bersama mereka, hanya kesdihan dan luka yang selalu ia terima.
Nara
"Apa aku akan sanggup bertahan satu tahun lagi di sekolah itu?"
Nara
"Rasanya aku ingin berhenti saja dan bekerja, setidaknya di tempat kerja aku lebih dianggap,"
Nara
"Tapi bagaimana perasaan ayah jika tau aku menyerah?"
Nara
"Aku nggak mau ayah jadi sedih,"
Gadis itu bermonolog dengan dirinya sendiri, karena memang hidupnya hanyalah diisi oleh dirinya seorang diri.
Nara
(Mengusap air mata)
"Aku harus tetap semangat!"
Nara
"Demi masa depan dan cita-citaku,"
Gadis itu tersenyum lalu merebahkan diri, di kasur tipisnya yang hanya beralaskan tikar tanpa adanya ranjang.
Mendapat Teman
Pagi yang mendung menyapa, semendung wajah Nara.
Bagaimana tidak, jika lagi-lagi tak ada tatapan hangat dari semua murid untuk dirinya.
Nara
(Menghela nafas)
"Sudah biasa seperti ini, tapi kenapa masih terasa menyebalkan."
(Bergumam pada diri sendiri)
Begitu gadis itu memasuki pintu gerbang sekolah J International School yang menjulang tinggi nan kokoh. Kembali tatapan tak bersahabat ia dapatkan dari murid-murid yang notabene merupakan keturunan sultan semua.
Secara penampilan, Nara sama dengan murid-murid yang lain. Karena dari seragam, tas, sepatu, hingga kaus kaki yang di kenakan murid-murid disana semuanya sama, tersedia dari sekolah.
Nara
"Sebenarnya mereka kenapa sih? Perasaan penampilanku biasa aja, baju aku juga udah ku setrika serapi dan sehalus mungkin."
Di sepanjang perjalanan menuju kelas yang berada di lantai tiga, Nara terus bermonolog dengan dirinya sendiri, sebab tak ada yang mau mengobrol dengannya.
Untung saja peraturan di sekolahan tersebut sangat ketat, hingga pembulyan dalam bentuk apa pun akan di tindak secara tegas.
Jadi hal tersebut sangat menguntungkan bagi Nara.
Nara
"Aku harus cepat-cepat deh, sebelum telat. Tinggal lima menit lagi aku harus sampai di kelas."
Nara
(Berjalan cepat dan menabrak seseorang)
Sasa (Aca)
Auucch..
(Mengusap pundak yang tertabrak Nara)
Nara
E-eh.. Ma-maaf, maaf..
Nara
(Membungkuk bungkukkan badan dengan ketakutan)
Nara
Maaf, saya nggak sengaja
Nara
(Berucap sambil menunduk)
Sasa (Aca)
"Nggak papa kok, tenang aja. Nggak usah takut gitu,"
Nara tertegun mendengar kalimat baik dan terdengar halus itu. Ia menegakkakn pandangan ke depan secara perlahan.
Nara
(Mengerjab-ngerjabkan mata)
Nara terpana melihat gadis di depannya yang sangat cantik dan baik menurutnya. Ya, dia yang perempuan saja mengakui kecantikan gadis itu bagaimana dengan lelaki.
Sasa (Aca)
(Mengulurlan tangan)
Sasa (Aca)
Sasa, panggil aja Aca. Dari kelas 11 B.
Nara
(Menerima uluran tangan dengan senyum cerah)
Nara
Nara, dari kelas 11 A.
Sasa (Aca)
"Ayo cepat masuk! Ntar telat masuk kelas lagi,"
Sasa (Aca)
"Panggil nama aja, kan kita seumuran," (tersenyum)
Kedua gadis itu segera menaiki lift yang menuju ke kelas 11, kelas tersebut ada di lantai tiga. Karena lantai satu dipergunakan sebagai ruangan para guru, tempat ibadah, aula, perpustakaan dan lain sebagainya.
Sedangkan lantai dua diisi oleh ruang-ruang kelas 10, A, B, C, D dan seterusnya. Begitupun dengan lantai tiga dan empat yang digunakan untuk ruang-ruang kelas juga.
Tertidur di Kelas
Sampai di lantai tiga, Nara pamit pada Aca untuk ke kelasnya.
Nara
Aku ke kelas duluan ya, Ca. Udah mau bel masuk.
Sasa (Aca)
(Mengangguk)
Oke, gue juga mau ke kelas kok.
Cindy
(Menarik tangan Aca)
Cindy
Kok lo mau sih deket-deket sama gembel kek dia,
Cindy
Ya yang sama lo tadi itu!
Sasa (Aca)
Nara? Gembel gimana? Orang dia sama aja kok kayak kita.
Cindy
Apanya yang sama? Emang lo nggak ada nyium bau-bau got gitu deket dia?
Sasa (Aca)
(Mengendikkan bahu acuh)
Sasa (Aca)
Nggak tuh, biasa aja.
Sasa (Aca)
Jangan lebay bin alay deh lo!
Sasa (Aca)
(Berjalan ke kelas)
Cindy
Ck. Di bilangin juga malah ngatain alay.
Nara
(Duduk dan tersenyum)
Nara
Akhirnya aku punya temen juga.
Nara
Meskipun cuma satu orang, tapi aku seneng banget
Nara
(Terus bergumam sendiri)
Ada suara random menyindir Nara
Stefanny
Kayaknya si gembel udah jadi gila deh
Bunga
Jangan-jangan karena mimpinya buat ketemu BLACKPINK nggak kesampaian, makanya gila.
Suasana kelas riuh oleh tawa
Ada seorang murid lelaki cuek masuk
Nara
(Menunduk, menulikan pendengaran)
Guru masuk, kelas hening seketika
Bu Guru Ani
Fokus! Kita mulai kelas.
Nara
(Fokus memperhatikan)
Nara
(Lama-lama mengantuk)
Nara si gadis pintar yang kurang istirahat karena harus bekerja kers usai sekolah hingga malam tiba
Gadis itu tertidur dalam kelas guru galak.
Awalnya tak ada yang menyadari hal tersebut karena Nara duduk di bangku belakang, hanya ada Si Brian cuek yang mejanya sejajar denga Nara.
Satu jam berlangsung tenang dalam mimpi Nara, hingga suara Bu Guru Ani terdengar nyaring di telinganya.
Bu Guru Ani
Nara! Kalau mau tidur, silahkan pulang!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!