NovelToon NovelToon

MENTARI

BAB 1

Hari ini adalah hari pertama Mentari mengikuti ospek di salah satu universitas terbaik di kotanya. Mentari berhasil lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di universitas tersebut. tidak hanya itu Mentari juga lulus dengan nilai terbaik dan berhasil mendapatkan beasiswa. Tentu saja hal menggembirakan itu membuat Mentari dan bu Sofi sedikit lega, setidaknya bu Sofi tdk perlu terlalu memikirkan biaya kuliah Mentari.

Seperti biasanya Mentari akan bangun pukul lima pagi karena dia harus menyiapkan segala kebutuhannya sendiri. Mulai dari memasak sarapan, membersihkan rumah dan bersiap siap untuk pergi ke kampus. kegiatan seperti itu selalu dilakukan Mentari dengan mandiri selama tiga tahun belakangan ini. tentu saja hal itu menimbulkan sebuah kesedihan dalam hati bu Sofi, karena ia tidak bisa mengurus putri sematawayangnya seperti ibu lainnya. Tapi apa mau dikata, semuanya juga bu Sofi lakukan demi masa depan Mentari. Pergi bekerja jam lima pagi dan selalu pulang di atas jam sembilan malam. begitulah pekerjaan bu Sofi sehari harinya sebagai asisten rumah tangga disalah satu kediaman pengusaha kaya dikota mereka.

Selesai beres beres Mentari segera memasukan kotak bekal kedalam ranselnya lalu keluar dari rumah dan mengunci pintu. Dengan mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam Mentari terlihat sangat cantik. Mentari melangkahkan kakinya menuju ke gang depan untuk menunggu ojek, tidak lama menunggu ojek yang ditunggupun datang.

Ospek akan dimulai jam delapan lewat lima belas menit. Mentari tiba di kampus tepat pukul delapan sehingga membuatnya berlari gelagapan karena takut terlambat. Mentari tidak ingin terlambat dan membuat kesalahan karena Mentari sungguh sadar diri bahwa dirinya tidak akan berada di kampus itu kalau bukan karena mendapat beasiswa, tentu saja Mentari akan memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik baiknya.

Karena terlalu terburu buru tanpa sengaja Mentari menabrak seorang pria bertubuh tinggi dan berbadan atletis, hingga membuat Mentari jatuh.

" auh.... " teriak Mentari berusaha berdiri.

" loe punya mata nggak sih main tabrak tabrak aja! " bentak pria tersebut yang membuat Mentari gemetaran. Bagaimama ia tidak gemetaran pria itu adalah kakak semesternya dan termasuk salah satu panitia ospek.

" ma maaf kak, saya tadi buru buru jadi nggak sengaja nabrak kaka " Mentari terus menunduk tidak berani menatap pria tersebut, kakinya gemetaran karena rasa takut.

Sementara di sekeliling Mentari terdengar suara ribut gaduh.

" Ya Tuhan ganteng banget " seru salah seorang mahasiswi baru.

" Tatapannya bikin meleleh " ucap mahasiswi yang lainnya.

" Eh itu kak Arjunakan, pewaris ERLANGGA group? sumpah yah aslinya emang ganteng banget ".

" Iya benar benar " seseorang menimpali.

Sementara Mentari terus menunduk ketakutan karena Arjuna belum juga pergi dari hadapannya.

" Maafkan saya kak, saya benar benar nggak sengaja kak tadi saya buru buru takut telat kak " seru Mentari lirih.

" Kali ini kamu saya maafkan, sekarang cepat pergi masuk kebarisan peserta ospek yang lainnya. " titah Arjunah dengan terus menatap ke gadis yang ada dihadapannya itu. " cantik juga " Arjuna bergumam dalam hatinya.

Arjuna Saputra Erlangga, siapa yang tidak mengenalnya. Cowok tampan, bertubuh atletis pewaris perusahaan terkaya di kota A. Arjuna banyak digila gilai oleh kaum hawa, di kampusnya Arjuna adalah cowok paling tampan dan populer. selain tampan Arjuna juga memiliki otak yang cerdas. Tapi sikapnya yang cuek dan dingin membuat beberapa kaum hawa sedikit takut untuk mendekatinya. Tidak terkecuali dengan Alisa. Ya, Alisa Sudarjo cewek cantik yang juga anak pengusaha kaya. Alisa dan Arjuna sangat dekat bahkan ada gosip yang beredar Alisa dan Arjuna adalah sepasang kekasih, tetapi gosip tersebut dibantah oleh Arjuna.

" Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Dimas. saya adalah ketua panitia Ospek. Ospek akan berlangsung selama satu minggu . " seru Dimas memperkenalkan dirinya. " tentu saja saya tidak sendiri, saya akan dibantu beberapa rekan saya yang berada disamping saya. baiklah sekarang semua masuk kedalam barisan sesuai dengan fakultas yang dipilih. " titah Dimas dengan suara tegas dan berwibawa.

Mentari masuk kedalam barisan di fakultas Ekonomi. Mentari sudah memiliki seorang teman yang diajaknya berkenalan tadi saat masuk kedalam barisan. kebetulan mereka satu fakultas. Salsa gadis berwajah imut itu menjadi teman pertama Mentari.

" Tar, kak Arjuna cakep banget yah " Salsa berbisik sambil menyikut lengan Mentari.

" Ia cakep Sa, tapi galaknya ituloh bikin serem. " Mentari terus membayangkan kejadian tadi pagi saat dirinya menabrak Arjuna.

" Galak tapi gantengnya gak nahan " Seru Salsa sambil terus menatap ke arah Arjuna.

" Aku sih lebih suka sama kak Dimas Sa, orangnya juga ganteng terus kelihatannya lembut banget " Mentari manatap ke arah Dimas dengan senyum mengembang diwajahnya.

" Iya iya kak Dimas juga gak kalah ganteng kok Tar "

DI KANTIN KAMPUS

Waktu menunjukan pukul dua belas siang, kini saatnya istirhat. Waktu istirahat yang diberikan panitia ospek hanya satu jam setelah itu kegiatan ospek akan dilanjutkan lagi sampai selesai pukul empat sore.

" Tar, kantin yuk lapar nih. " ajak Salsa.

" Ayo Sa, tapi aku bawa bekal sendiri Sa "

" Ya udah gak apa apa Tar, kamu makan bekal kamu aku pesan bakso. udah lapar banget ni. " Salsa menarik tangan Mentari dan melangkah menuju kantin.

Salsa memilih tempat untuk mereka berdua, setelah memilih tempat Mentari duduk meletakan kotak bekalnya di meja dan Salsa pergi memesan bakso beserta dua gelas es teh manis. Tidak lama menunggu semangkuk bakso dan dua gelas es teh manis sudah tersaji. dengan cepat Salsa mengambil mangkuk bakso dan mulai melahapnya. Mentaripun juga membuka kotak bekal yang dibawahnya, ada nasi dan telur ceplok.

" Tar, kamu makannya itu aja? " Salsa menatap Mentari dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

" Iya Sa, emang kenapa Sa? "

" kamu nggak mau pesan bakso juga? kasihan kamu makannya cuma pake telur ceplok. "

" nggak apa apa kok Sa ini aja udah enak banget kan udah ada es teh manis " Mentari tersenyum menatap Salsa

" Aku yang bayarin deh, kamu pesan bakso juga sana "

" Nggak usah Sa, aku emang suka makan kaya gini. " Sebenarnya Mentari juga sangat ingin memesan semangkuk bakso, tapi mengingat uang jajan yang diberikan ibunya pas pasan Mentari lebih memilih makan nasi dan telur ceplok.

Saat sedang asik menikmati makanan, Mentari dan Salsa dikejutkan dengan kedatangan seorang cowok yang tidak lain adalah Dimas.

" Hai " seru Dimas seraya beridiri tepat di samping Mentari.

karena terkejut akan kedatangan Dimas, Mentari dan Salsa tidak langsung menjawab sapaan dari Dimas. Mereka berdua malah bengong menatap Dimas.

" gue boleh duduk disini nggak? " suara Dimas menyadarkan Mentari dan Salsa yang daritadi masih saja bengong.

" eh si silahkan boleh kok kak " Mentari dan Salsa kompak mempersilahkan Dimas untuk duduk.

Suasana yang tadinya begitu santai mendadak menjadi begitu menegangkan karena kedatangan Dimas. Terlihat jelas rasa gugup di wajah Mentari karena Dimas duduk tepat disebelahnya.

" Mentari.. " Dimas mencoba memulai percakapan agar menghilangkan rasa canggung di antara mereka bertiga.

" I iya kak " Mentari masih kelihatan gugup.

" Entar lo pulangnya sama siapa? " akhirnya dengan segenap keberanian yang dimiliki Dimas mulai membuka suara lagi mengutarakan maksudnya.

" sa saya pulangnya sendiri kak, emangnya kenapa kak? "

" Entar mau gak pulang bareng sama gue, biar gue yang anterin. "

Deg.. jantung Mentari berdegup kencang. Mentari menggenggam tangannya erat. Tidak disangka sama sekali cowok yang baru saja ia dan Salsa bicarakan datang duduk tepat disebelahnya dan mengajaknya pulang bersama. Salsa yang duduk tepat dihadapan Mentari dengan sengaja menyenggol kaki Mentari sambil tersenyum dengan senyuman yang tidak bisa di artikan.

" em gimana yah kak, saya nggak mau ngerepotin kakak " jawab Mentari tanpa menatap ke Dimas yang duduk tepat disebelahnya.

" Nggak apa apa kok gue nggak merasa direpotin, mau yah? "

" Ya udah kak saya mau "

" Oke kalo gitu entar gue tunggu diparkiran, oh iya masukin nomor hp kamu sekalian biar entar bisa gue hubungi " Dimas menyodorkan sebuah handphone keluaran terbaru yang harganya sangatlah mahal.

dengan tangan yang gemetaran Mentari memasukan nomor miliknya.

" oke thanks yah Mentari, entar gue tunggu di parkiran mobil " dimas bangkit lalu pergi meninggalkan Mentari dan Salsa.

tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang daritadi mengamati mereka.

Salsa yang daritadi terdiam akhirnya mulai membuka suaranya.

" Cieh yang diajakan pulang bareng " Salsa menggoda Mentari sambil mengedipkan sebelah matanya.

" Ih apaan sih Sa " seketika wajah Mentari merah merona bagaikan kepiting rebus.

" Mau dong di ajakin pulang bareng " goda Salsa lagi sambil terus tertawa menatap Mentari.

" Udah yah Sa jangan dibahas lagi, jantungku udah mau copot ni " Mentari tersenyum malu malu.

" Kalau copot entar udah nggak bisa pulang bareng dong "

" ih apaan sih Sa, udah yuk balik ke aula tinggal sepuluh menit lagi waktu istirahatnya " ajak Mentari disambut dengan anggukan oleh Salsa.

DI AULA

" Darimana aja loe Mas " seru Kevin membuyarkan senyuman di wajah Dimas.

" eh eh itu gue dar.. "

belum sempat melanjutkan kalimatnya Arjuna langsung menyambar.

" Abis godaan mahasiswi baru dia " Arjuna menyenggol lengan Dimas.

" Wah ngeri juga lo Mas belum sehari ospek udah godain mahasiswi baru " timpal Kevin.

" Eh jangan ngaco yah loe berdua, gue gak godain anak orang " bantah Dimas membela diri.

" Kalau gak godain terus ngapain loe ke kantin duduk disebelah tuh cewek sambil masang senyum sok imut kaya tadi " Arjuna menatap ke arah Dimas dengan tatapan menggoda.

" Yah gak ngapa ngapain, gue cuma ngajak Mentari pulang bareng kok "

" Mentari? mahasiswi baru itu? " sambar Kevin sedikit terkejut dan disambut anggukan oleh Dimas.

" Wah berani juga loe Mas, tapi emang cantik sih Mentari. kalau kata gue nyaris sempurna tu anak, otaknya juga oke makanya dia bisa dapat beasiswa di kampus kita " jelas Kevin seolah olah tahu segalanya.

" Loe tahu Mentari juga? " Arjuna dan dimas kompak bertanya kepada Kevin.

" Ya gue tahulah, daritadi gue dengar banyak cowok cowok yang ngomongin Mentari katanya cantiklah, pintarlah, cewek idamannyalah dan yah yang gue perhatiin daritadi emang cantik anaknya "

" Ah tapi tuh cewek bukan tipe gue banget. lihat aja penampilannya biasa gitu " timpal Arjuna.

" Iya tahu, loekan suka cewek yang seksi dan berpenampilan modis " seru dimas seraya menyenggol lengan Arjuna.

" Terus gimana Mentari mau gak pulang bareng sama loe? " tanya Kevin lagi.

" Ya maulah, Dimas gitu " sambil mengibaskan kerah bajunya Dimas tersenyum bangga. " Gue juga dapat nomornya Mentari " Dimas menunjukan ponsel yang dilayarnya terdapat tulisan Mentari.

" Wah asik juga loe udah langsung dapat nomornya, gue boleh minta gak nomornya Mentari? " pinta Kevin sambil tersenyum.

" enak aja loe, masa loe mau nikung gue. loe cari aja yang lain " Dimas segera memasukan handphone kedalam saku kemeja yang dipakainya.

" Apaan sih loe berdua cewek biasa kaya gitu aja direbutin. hati hati loe Mas, Mentari itu masuk ke kampus kita karena beasiswa udah pasti dia orang gak mampu awas loe entar diporotin sama dia " timpal Arjuna dengan sikap cueknya.

Tanpa Arjuna dan Dimas sadari ternyata Mentari sedang berjalan dari arah belakang mereka, Kevin yang melihat Mentari segera menendang kaki Arjuna. Mentari yang sudah mendengar ucapan Arjuna berpura pura seolah olah tidak mendengar apapun. Tapi sungguh tidak bisa dipungkiri ekspresi wajah Mentari yang tadinya tertawa lepas bersama Salsa tiba tiba berubah menjadi pucat. Salsa yang menyadari hal itu segera merangkul bauh Mentari.

" Jangan dipikirin Tar kata kata kak Arjuna, diakan gak kenal sama kamu makanya di asal ngomong kaya gitu " Salsa mengelus bauh Mentari.

Mentari tersenyum menatap Salsa yang begitu baik kepadanya.

Arjuna dan Dimas yang terlambat menyadari kehadiran Mentari terlihat salah tingkah tapi tidak dengan Arjuna sikap cueknya lebih mendominasi. Arjuna merasa bahwa apa yang dikatakannya itu adalah kenyataan. Arjuna sangat anti terhadap cewek yang hidupnya susah karena menurutnya cewek yang susah itu mendekati pria pria kaya hanya untuk memoroti hartanya saja.

" Mentari " Dimas menatap ke arah mentari seolah ingin menjelaskan yang terjadi. tapi buru buru Mentari melemparkan sebuah senyuman ke arah Dimas dan berpura pura seakan tidak mendengar ucapan Arjuna tadi.

" Eh iya kak, saya permisi mau duduk di tempat saya kak " Mentari melangkah sambil menggandeng tangan Salsa.

Deg.. jantung Mentari berdegup kencang saat berjalan melewati Arjuna yang berdiri didepannya. Hatinya sungguh sakit mendengar perkataan Arjuna tadi tapi Mentari mencoba tetap tersenyum menutupi perasaan sedihnya. begitupula dengan Arjuna, bagaikan tersengat listrik jantungnya tiba2 berdegup kencang saat Mentari berjalan di dekatnya, tiba tiba saja muncul rasa bersalah dalam dirinya namun segera ditepisnya dalam hati.

Dimas dan Kevin yang melihat Mentari pergi merasa tidak enak hati akibat perkataan Arjuna sahabat mereka itu. Entah Mentari mendengarkan atau tidak tapi Dimas yakin bahwa Mentari sudah mendengar perkataan Arjuna tadi.

" Wah parah loe men " Dimas menatap kesal ke arah Arjuna.

" Apanya yang parah? kan gue ngomongin kenyataan. " Arjuna berusaha membela diri.

" Woi udah udah gak usah dibahas lagi, Mentarinya juga gak apa apa kalian yang pada ribut " Timpal Kevin memeluk bahu kedua sahabatnya dan mengajak kedua sahabatnya untuk kembali ke tempat mereka karena kegiatan ospek akan segera dilanjutkan kembali.

BAB 2

" Arjuna.. "

mendengar namanya dipanggil Arjuna segera membalikan badannya melihat ke arah suara tersebut.

" Elo Al, ada apa? "

" aku nebeng mobil kamu yah Ar? " pinta Alisa dengan suara manjanya. "

" oke boleh " jawab Arjuna datar tanpa ekspresi.

Alisa Sudarjo cewek yang saat ini sangat dekat dengan Arjuna. Alisa dan Arjuna berteman sejak duduk di bangku SMA. Arjuna sudah menganggap Alisa seperti saudarinya sendiri tapi tidak dengan Alisa. Alisa sudah memendam perasaan cinta yang cukup lama kepada Arjuna tapi sampai saat ini belum bisa ia ungkapkan. bagi sebagian orang yang melihat tingkah Alisa kepada Arjuna sudah bisa langsung ditebak bahwa Alisa sepertinya memiliki perasaan cinta kepada Arjuna. karena sikap cuek dan dingin yang dimiliki oleh Arjuna ia sama sekali tidak peka akan hal itu. Padahal banyak teman teman dikampus yang mengatakn bahwa Arjuna dan Alisa akan menjadi pasangan yang serasi karena keduanya memiliki wajah yang cantik dan ganteng serta status sosial keduanya yang sederajat sama sama anak dari pengusaha kaya.

Saat sedang berjalan menuju parkiran tidak sengaja Arjuna melihat Dimas yang daritadi seperti sedang gelisah menunggu seseorang disamping mobilnya.

" Ngapain loe Mas kaya orang kebingungan gitu? " Arjuna berjalan mendekati Dimas dengan wajah kebingungan.

Tidak biasa sahabatnya sperti orang kebingungan seperti itu. Biasanya selesai jam kuliah Dimas akan langsung pergi keparkiran masuk kedalam mobilnya dan pulang tapi berbeda dari biasanya sekarang Dimas terlihat gelisah seperti sedang menunggu seseorang.

" Elo Ar, gak kenapa kenapa gue lagi nungguin Mentari. daritadi gue wa, sms, telepon tapi gak ada satupun yang dibales " ujar Dimas seperti orang kebingungan.

" Parah loe cuma gara gara ga direspon sama tuh anak loe kaya orang kebingungan kaya gini " Arjuna tertawa mengejek Dimas yang saat ini sedang gelisah.

" Elo yang parah ngomong gak bisa dijaga! gue khawatir Mentari dengar kata kata loe tadi terus dia tersinggung. " Dimas terus menatap layar handphonenya sesekali menatap ke arah kampus.

" Gila loe cuma gara gara hal sepele kaya gitu loe ngambek sama gue " Arjuna terus tertawa mengejek.

" Gue gak marah cuma kecewa aja sama mulut loe yang gak bisa di kontrol " timpal Dimas dengan memasang tampang kesal.

Alisa yang daritadi berada diantara Arjuna dan Dimas mulai kesal dengan keduanya dan mencoba menyudai perang mulut antara kedua sahabat itu.

" Udah udah apaan sih kalian berdua kaya anak kecil aja! ribut diparkiran kaya gini, yang benar aja masa kalian ngeributin cewek kampung kaya sih Mentari itu! " ujar Alisa dengan nada sombong.

" Hati hati loe Al jangan ngomong sembarangan Mentari bukan cewek kampung " Dimas terlihat sangat kesal dengan ucapan Alisa.

" Lagian siapa juga yang ngeributin cewek susah kaya dia, gue cuma bingung aja sama Dimas yang ngebet banget sama tuh cewek " Arjuna tersenyum sinis pada Dimas.

Melihat sosok Mentari yang berjalan keluar dari salah satu ruangan, Dimas segera berlari menghampiri Mentari. ia tidak peduli lagi dengan keberadaan Arjuna dan Alisa. Dimas mengabaikan semua perkataan Arjuna dan Alisa lalu menghampiri Mentari dengan senyuman terukir dibibirnya.

" Mentari... " Dimas berlari kecil ke arah Mentari.

" Eh iya kak Dimas " balas Mentari tersenyum canggung.

"Jadikan pulang bareng? "

" Ja jadi kak, tapi aku pamit sama Salsa duluh yah kak " Mentari segera membalikan badannya dan berjalan ke arah Salsa yang baru saja keluar dari toilet.

" Sa, aku balik duluhan yah soalnya dari tadi ditungguin sama kak Dimas " pamit Mentari kepada Salsa.

Salsa mengangguk sambil tersenyum nakal membuat Mentari semakin salah tingkah.

" Oke Tar nggak apa apa, udah sana balik. lagian aku juga udah di jemput sama sopir. kamu hati hati yah Tar jangan langsung pulang yah " Goda Salsa yang membuat Mentari semakin tidak bisa mengontrol ekspresinya.

" Ya udah Sa aku duluhan yah, daa... "

Mentaripun berbalik dan berjalan menuju ke parkiran tempat Dimas menunggu. Di parkiran sudah ada Dimas yang menunggu, tidak hanya Dimas saja yang sedang berdiri diparkiran. Ada dua orang cowok lagi yang tak lain adalah Arjuna dan Kevin serta seorang cewek yang tidak lain adalah Alisa. mereka berdiri berhadap hadapan. Mentari yang melihat sosok Arjuna disana terasa berat melangkahkan kakinya. Mentari masih ingat betul kata kata Arjuna di aula yang mengatai dirinya, dan hal itu membuat perasaan sedih Mentari kembali menguasai hatinya.

" Mentari ayo.. " teriakan Dimas yang mengajaknya untuk segera pulang membuyarkan lamunannya.

" eh eh iya kak " Mentari segera melangkahkan kakinya menuju parkiran. jantungnya berdegup kencang. bukan karena takut kepada Dimas tapi karena ia merasa tidak pantas untuk berada di antara kumpulan orang kaya seperti mereka.

Entah kenapa jantung Arjuna berdegup kencang saat melihat Mentari terus mendekat ke arah mereka sedang berdiri. Ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan yang dirasakan Arjuna saat melihat Mentari dari dekat. Alisa yang menyadari bahwa daritadi Arjuna sedang memperhatikan Mentaripun segera mengajak Arjuna untuk pulang.

" Ayo Ar kita pulang yuk, aku udah cape banget nih " rengek Alisa manja.

Tanpa menjawab rengekan Alisa, Arjuna segera melepaskan tangan Alisa yang sedang menggandeng lengannya lalu pergi dan masuk kedalam mobil. Begitupula dengan Kevin dan Dimas. Dimas tersenyum senang sambil membukakan pintu mobil untuk Mentari.

Dalam perjalanan pulang hanyalah keheningan yang tercipta. Dimas dan Mentari sama sama canggung untuk memulai obrolan. Akhirnya Dimas mulai memberanikan diri untuk memulai sebuah obrolan ringan.

" Mentari " sembari menatap wajah Mentari.

" Iya kak " jawab Mentari dengan jantung yang berdegup tidak karuan.

" Kenapa loe nggak balas sms gue atau jawab telepon gue? daritadi gue coba ngehubungin loe lewat WA tapi WA loe gak aktif gue coba sms tapi gak dibalas telepon juga gitu " Dimas menjelaskan berharap mendapat jawaban dari Mentari.

" eh itu kak.. " Mentari terdiam sejenak tidak tahu harus berkata apa. Karena sejujurnya dia memang ingin menghindari Dimas setelah mendengarkan perkataan Arjuna tadi siang dan disisi lain Mentari juga tidak punya pulsa untuk membalas sms dari Dimas. Tapi dia enggan mengatakannya. Mentari tidak mau Dimas salah paham dengan penjelasannya. Mentari tahu betul kalo seandainya dia bilang dia tidak memiliki pulsa, ia akan terkesan seperti ingin meminta Dimas membelikannya pulsa. Dan itu akan membuatnya semakin malu. dengan cepat Mentari memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan Dimas.

" Tadi hp saya... "

belum sempat menyelesaikan kalimatnya Dimas segera memotong perkataan Mentari.

" Udah gak apa apa Mentari, gue ngerti kok. gue minta maaf karena ucapan Arjuna tadi benar benar udah kelewatan. tapi sebenarnya Arjuna itu baik kok Tar " jelas Dimas sembari tersenyum menatap Mentari.

Mentaripun mengangguk mengiyakan perkataan Dimas.

DIRUMAH MENTARI

" Kak, berhenti didepan rumah yang catnya hijau itu kak. Mentari menunjuk kedepan memberitahu Dimas letak rumahnya.

dimas mengangguk sambil tersenyum.

Akhirnya mereka sampai di depan rumah bercat hijau mudah. Sebuah rumah yang tidak besar berukuran sedang terdapat pagar berwarna putih yang tidak begitu tinggi. Sebuah teras kecil dan halaman yg tdk begitu luas. Di halaman tersebut terdapat beberapa pot bunga plastik yang menghiasi.

" Ini rumah loe? " Tanya Dimas sopan.

" Ia kak ini rumah saya " Mentari melepaskan seat belt yang dipakainya. " kakak mau mampir duluh? " ajak Mentari pada Dimas.

" Emang boleh? " tanya Dimas lagi tersenyum sumringah

" Ia boleh kak, kakak sudah nganterin saya pulang padahal kita nggak searah dan sebagai rasa terimakasih, saya ingin buatkan minum untuk kaka "

" orangtua kamu ngijininkan? "

" Di rumah nggak ada siapa siapa kak, ibu sedang bekerja di rumah majikannya, kalo ayah sudah meninggal sepuluh tahun lalu. kalaupun ada ayah dan ibu pasti mereka akan mempersilahkan kaka untuk mampir karena kaka sudah berbaik hati mengantarkan saya pulang " jelas Mentari sembari membuka pintu mobil dan bergegas turun.

Dimas tersenyum mendengar penjelasan Mentari. Hatinya seakan akan ditumbuhi oleh bunga bunga, senyuman tidak pernah luput dari bibirnya.

" gue masuk yah Tar "

" Ia kak silahkan, kakak duduk disini duluh yah saya buatkan minum duluh " Mentari menunjuk sebuah sofa kayu dan mempersilahkan Dimas untuk duduk. " kakak mau minum apa? " tanya Mentari lagi sebelum melangkah ke dapur meninggalkan Dimas.

" Apa ajalah Tar " Dimas tersenyum ke arah Mentari.

" Kalau gitu kakak tunggu sebentar ya saya buatkan minum duluh "

Dimas menggangguk dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya.

Tak berapa lama Mentari datang dengan membawah secangkir teh dan satu toples berisi kue nastar buatannya sendiri. Mentari segera mempersilahkan Dimas untuk minum dan mencicipi kue buatannya. Sesekali mereka sambil melempar senyuman ditengah obrolan.

Tidak terasa hari sudah gelap, jam sudah menunujukan pukul setengah tujuh malam. Akhirnya Dimaspun pamit untuk pulang. Mentari mengantar Dimas sampai kedepan gerbang. Setelah mobil Dimas melaju meninggalkan kediaman Mentari, iapun masuk kedalam dan mengunci pintu rumah. Dalam perjalanan pulang Dimas terus tersenyum seperti orang kesambet. Karena tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya akhirnya Dimas mengambil handphonenya lalu membuka aplikasi WA dan mengirim chat untuk kedua sahabatnya lewat grup WA yang mereka buat ADK

" gue lagi bahagia ni " Dimas tersenyum melihat isi chatnya.

" bahagia kenap loe? dapet mobil baru dari bokap? " tebak Kevin di ujung sana

" Bukan woi, yang pastinya lebih dari dapet mobil " Balas Dimas

" Terus apa dong? loe kaya anak perawan aja pake rahasia rahasia segala " balas Kevin mulai kesal karena dibuat penasaran oleh Dimas.

Daritadi hanya Dimas dan Kevin yang asik berbalas chat sedangkan Arjuna yang sudah melihat isi chat tersebut lebih memilih duduk

dibalkon kamarnya sambil memetik gitar. Entah apa yang dipikirkan Arjuna tapi dia seperti tidak berselera untuk melakukan apapun. Yang ada dipikirannya sekarang adalah Mentari. Tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya wajah Mentari terus saja muncul dalam pikirannya. Saat sedang memikirkan Mentari tiba tiba handphonenya berbubyi lagi

dert.. dert.. dert..

Arjuna segera mengambil dan membuka isi chat tersebut ternyata dari grup ADK lagi. Kali ini Arjuna langsung mengetikan sesuatu setelah membaca isi chat yang baru saja dikirim Dimas.

" Gue baru balik dari rumahnya Mentari "

" Loe ngapain ke rumah tuh cewek? " balas Arjuna penuh selidik.

" Nggak ngapa ngapain sih, tadi gue cuma ngantar Mentari doang terus ditawarin mampir duluh mau dibikinin minum " terdapat emoticon seyum dari chat yang dikirim Dimas.

" Yakin loe nggak ngapa ngapain? " Kevin bertanya dengan penuh kecurigaan.

" Sumpah gak ngapa ngapain gue, loe kira gue kaya loe otaknya ngeres! " balas Dimas mulai kesal.

percakapan antara ketiga sahabat itu terus berlanjut. entah kenapa hati Arjuna seperti tertusuk jarum setelah membaca isi chat Dimas. Dimas begitu bahagia mengungkapkan perasaannya. seharusnya ia juga bahagia melihat sahabatnya bahagia tapi berbeda dengan perasaannya saat ini.

" Arghhh " Arjuna berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri.

BAB 3

" Mentari " Salsa berlari menghampiri sahabatnya itu.

Mentari berbalik lalu tersenyum saat dirinya mendapati sang pemilik suara tersebut.

" Nggak usah pake lari Sa, pelan pelan aja jalannya, akukan gak kemana mana " Mentari lalu merangkul lengan Salsa yang sudah berada disampingnya.

Ini hari terakhir kegiatan ospek berlangsung. Tentunya ini hari yang paling menyenangkan, karena jujur saja Mentari, Salsa serta mahasiswa lainnya sudah sangat jenuh mengikuti kegiatan ospek yang hanya berpindah dari aula ke lapangan.

Saat hendak berjalan masuk kedalam aula Mentari tidak sengaja berpapasan dengan Arjuna. Deg.. tatapan mata keduanya beradu. Menyadari tatapan mata mereka yg beradu Mentari segera memalingkan wajahnya ke sembarang tempat dan dengan cepat menarik tangan Salsa untuk segera duduk di kursi milik mereka. Arjuna yang menyadari sikap Mentari yang menghindarinya mulai merasa kesal.

" Gila tuh cewek kaya anti banget sama gue! " gerutu Arjuna dalam hati sambil terus melihat ke arah Mentari. " Lihat aja loe gue bakal bikin loe bertekuk lutut dihadapan gue ".

" Oke baik semuanya, sekarang sudah waktunya istirahat. Seperti biasa waktu istirahat satu jam. tepat pukul satu kita berkumpul kembali di aula. Karena ini hari terakhir ospek waktu pulang yang sebelumnya pukul empat akan diubah menjadi jam tujuh malam karena akan ada acara penutupan " Jelas Dimas dengan nada penuh wibawa.

Semua mahasiswa baru berhamburan keluar ada yang menuju kantin, taman, perpustakan ada juga yang ke toilet. berbeda dengan Mentari dia lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam aula.

" Tar, kantin yuk lapar ni " Salsa memegang perutnya menenangkan cacing cacing yang sedang konser dalam perutnya.

" Aku lagi malas ke kantin Sa, kepalaku pusing aku pingin istirahat disini aja "

" Terus kamu gak makan gitu? "

" Aku makan disini aja Sa, tadi pagi aku sempat singgah di warung buat beli roti " Mentari mengeluarkan dua buah roti dari dalam ranselnya.

" Kamu gak apa apa cuma makan roti aja? " Salsa terlihat begitu perhatian.

" gak apa apa Sa, aku kenyang kok makan ini lagian tadi pagi aku juga udah sarapan di rumah " Mentari tersenyum menatap sahabatnya yang penuh dengan perhatian.

" Ya udah kalo kamu emang gak mau ke kantin. aku ke kantin duluh yah selesai makan aku langsung balik kesini " Salsapun membalikan badannya dan berjalan keluar meninggalkan Mentari sendirian di dalam aula yang sangat besar. Sejujurnya Mentari sangat lapar tapi apa boleh buat sekarang tanggal tua, uang jajan yang diberikan ibu kepadanya hanya cukup untuk ongkos ke kampus dan untuk membeli roti sedangkan tanggal gajian ibu masih lima hari lagi. Kini hanya keheningan yang tercipta didalam aula tersebut. Tiba tiba Mentari dikejutkan dengan langkah kaki seseorang. Mentari tak menoleh pada suara langkah kaki tersebut, mulutnya terus mengunyah roti yang ia beli di warung tadi sambil sesekali meneguk air mineral yang dibawahnya dari rumah. Toh itu pasti langkah kaki mahasiswa lain yang hendak masuk kedalam aula, pikirnya dalam hati.

" Loe nggak ke kantin? " seru Arjuna yang membuat Mentari tersedak roti.

segera Mentari meraih botol air minum dan meneguknya dengan cepat.

" e enggak kak " jawab Mentari gemetaran. Mentari sungguh ketakutan karena ia tahu betul Arjuna sangat tidak menyukainya apalagi semenjak Arjuna pernah mengatainya dengan kata kata yang menyakitkan hati.

" Nggak punya duit loe buat jajan " Arjuna berkata sambil menatap Mentari dengan tatapan dingin.

Mentari terdiam berusaha untuk tidak terpancing dengan perkataan Arjuna. Mentari tahu betul ucapan Arjuna tadi hanya untuk merendahkannya saja.

" Kenapa diam? benarkan loe nggak punya duit? " kali ini Arjuna mengakhiri perkataannya sambil tertawa kecil.

" Bukan urusan kakak kalau saya punya uang atau nggak " Kali ini Mentari memberanikan diri untuk menjawab. Mentari sudah tidak tahan lagi dengan sikap Arjuna yang seolah olah merendahkan dirinya.

" Berani juga loe ngejawab. gue peringatkan loe yah jangan ganggu dan porotin duit sahabat gue Dimas. gue tahu cewek miskin kayak loe ngedeketin cowok kaya cuma buat porotin duitnya aja " Entah apa yang terjadi, setelah mengucapkan kata kata penghinaan tersebut Arjuna seperti tersengat aliran listrik perasaannya menjadi tidak nyaman.

mendengar perkataan Arjuna, tak diduga air mata Mentari mengalir membasahi pipinya.

" Kak, saya tidak tahu apa salah saya sama kak Arjuna sampai kakak tega berkata kasar seperti ini. Saya tahu kak saya cuma cewek miskin yang bisa masuk ke kampus sebagus ini dengan bantuan beasiswa, tapi bukan berarti saya tidak punya harga diri dan bisa kakak hina sesuka hati kakak " Mentari meletakan roti yang baru digigitnya seperempat dan segara menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya. " maaf kak saya permisi " Mentari segera berlari keluar.

Arjuna yang melihat Mentari menitikan air mata merasa begitu bersalah. apalagi saat ia melihat gadis itu baru saja memakan seperempat rotinya. Arjuna berusaha mengejar Mentari namun sayang langkah kakinya terhenti oleh kedatangan Kevin. Arjuna tidak ingin sahabatnya tahu tentang apa yang ada dipikiran dan hatinya saat ini. Karena rasa gengsi yang begitu tinggi. Sejujurnya Arjuna tidak bermaksud untuk menyakiti hati Mentari, ia hanya ingin menyapa Mentari tetapi karena gengsinya yang tinggi akhirnya Arjuna spontan mengucapkan kata kata yang sangat tidak pantas. Pikirnya dengan begitu dia akan mendapatkan perhatian dari Mentari ternyata dugaannya meleset.

Kevin yang berpapasan dengan Mentari saat hendak masuk kedalam aula merasa kebingungan karena melihat Mentari keluar sambil menyeka air matanya.

" Ar, kenapa tuh Mentari kok keluar keluar udah nangis gitu " Kevin bertanya dengan tatapan penuh kecurigaan.

" Enggak tahu kenapa. tadi pas gue masuk gue udah lihat dia nangis nangis kaya gitu " jawab Arjuna dengan cuek seolah olah tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua.

" Ah yang benar aja loe bro, gak yakin gue. jangan jangan udah loe apa apain anak gadis orang " selidik Kevin lagi

" Gila loe yah ngeres mulu otak loe. tuh cewek bukan tipe gue mana mau gue apa apain dia " Arjuna berjalan meninggalkan Kevin sendirian dalam kebingungan.

Arjuna keluar dari dalam aula dan segera mencari Mentari. Arjuna ingin meminta maaf atas perkataannya yang sudah menyakiti hati Mentari. Arjuna berjalan sambil melirik kesetiap ruangan, tiba tiba langkah kaki Arjuna terhenti mendengar namanya di panggil. Suara yang tidak asing lagi bagi Arjuna, ya itu suara Dimas.

" Arjuna... " Dimas berlari kecil ke arah Arjuna.

" Kenapa loe Mas? kaya dikejar kejar setan gitu. "

" Nggak kenapa napa, oh yah loe lihat Mentari gak? tadi gue tungguin di kantin dia gak datang. "

" Tadi sih gue lihat dia di aula tapi udah keluar gak tahu kemana " jawab Arjuna dengan tatapan seolah olah tidak terjadi apa apa antara dirinya dan Mentari. " kenapa sih loe Mas ngebet banget ama tuh cewek, kaya nggak ada cewek lain aja " timpal Arjuna sembari memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

" Loe nggak akan ngerti Ar, ini tuh cinta pada pandangan pertama. " balas Dimas lagi.

" Ya udahlah terserah loe aja, gue pusing sama cinta cintaan "

" Loe kenapa sih Ar, kaya gak mau banget gue dekta sama Mentari, jangan jangan loe juga suka yah sama Mentari? " tanya Dimas penuh selidik.

" Gila loe, tuh cewek bukan tipe gue. gue sama sekali gak tertarik sama tuh cewek " Kata kata yang baru saja di ucapkan oleh Arjuna sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya saat ini.

" Bagus deh kalau Mentari bukan tipe loe, jadi gue sama loe gak perlu bersaing. " Dimas memukul lengan Arjuna sambil tersenyum kecil.

" eh gue ke toilet duluh Mas, udah kebelet " Arjuna berlari meninggalkan Dimas sendiri yang menatap kepergiannya dengan senyum kecil.

Saat waktu istirahat selesai semua peserta ospek segera masuk kembali ke dalam aula. Salsa yang sudah berada didalam Aula sekitar limabelas menit yang lalu merasa ada yang aneh. Melihat bangku Mentari yang kosong serta roti yang masih ada di atas meja, Salsapun berinisiatif untuk mencari Mentari. Salsa segera menghampiri Dimas untuk meminta ijin mencari Mentari sebentar. Dimas yang sejak tadi tidak melihat Mentaripun mengiyakan keinginan Salsa, karena sebetulnya Dimas juga sangat khawatir pada Mentari. Salsa segera keluar dari Aula dan mulai berjalan menyusuri lorong kampus diliriknya kekiri dan kekanan berharap disana ia dapat menemukan Mentari. Tiba tiba langka kaki Salsa terhenti di sebuah taman belakang kampus. Salsa terkejut saat mendapati Mentari sedang duduk di bangku taman dan dihadapannya berdiri sosok yang tidak asing, ya Arjuna yang sedang beridiri dihadapan Mentari.

" Mentari " kini suara Arjuna sedikit lebih bersahabat.

Mentari enggan menatap ke arah Arjuna hatinya masih sangat terluka bahkan air matanya masih terus mengalir tanpa henti.

" Gue minta maaf, gue nggak bermaksud ngehina loe tadi. " Arjuna melangkahkan kakinya lagi lalu duduk disamping Mentari.

Kali ini Arjuna duduk dan menghadapkan tubuhnya ke arah Mentari. Mentari yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Arjuna berusaha menghindar. dengan cepat Mentari bangun dari duduknya hendak melangkah meninggalkan Arjuna, tapi dengan cepat Arjuna menarik pergelangan tangan Mentari hingga membuat Mentari jatuh terduduk di atas pangkuan Arjuna. Waktu seakan berhenti berputar, jantung Arjuna berdegup begitu kencang begitupan dengan Mentari. Mereka berdua saling beradu pandangan yang membuat Mentari semakin gugup tidak karuan. Arjuna menatap Mentari dengan tatapan yang begitu dalam. Mentari yang menyadari dirinya terjatuh tepat di atas pangkuan Arjuna segera bangun dan menarik tangannya dari genggaman Arjuna, namun sayang Arjuna menggenggam tangan Mentari dengan begitu erat.

" Lepasin saya kak, saya nggak ada urusan sama kakak " pinta Mentari kembali menitikan air mata.

" gue nggak akan ngelepasin tangan loe sebelum loe dengar penjelasn dari gue " Arjuna menatap lekat kedua mata Mentari yang membuat Mentari semakin tak kuasah menahan tangisnya.

" Saya mohon kak, lepasin saya. nggak ada yang perlu dijelaskan. saya tahu kaka nggak suka sama saya dan sangat membenci saya jadi nggak ada yang perlu dijelaskan " balas Mentari sambil menyeka air matanya.

" Loe salah, gue nggak benci sama loe. please Tar loe dengarin penjelasan gue. oke gue akuin gue emang salah nggak seharusnya gue ngomong kasar kaya gitu sama loe, gue khilaf Tar " Arjuna terus menggenggam tangan Mentari kali ini genggamannya makin kuat.

" Lepasin tangan saya kak, saya nggak marah sama kaka, karena semua yang kakak ucapkan itu benar, saya memang orang miskin yang masuk ke kampus sebesar ini karena belas kasihan " kali ini Mentari mengucapkan kata kata yang menyakitkan sambil menangis. tangisannya tidak dapat dibendung lagi.

Arjuna yang melihat tangisan Mentari pecah semakin merasa bersalah. Arjuna tidak tahu apa yang harus dia lakukan lagi untuk mendapatkan kata maaf dari Mentari. Tanpa pikir panjang Arjuna langsung menarik Mentari masuk kedalam pelukannya. Mentari yang terkejut diperlakukan seperti itu berusaha melepas pelukan Arjuna tapi Arjuna enggan melepaskan pelukannya.

Jantung Arjuna berdegup kencang, entah disebut apa perasaannya saat ini yang jelas Arjuna merasa sangat nyaman saat memeluk Mentari bahkan ia tidak ingin melepaskan pelukannya sekalipun ia tahu Mentari berusaha lepas dari pelukannya.

Salsa yang melihat kejadian itu dari kejauhan langsung menutup mulutnya karena terkejut melihat sikap Arjuna kepada Mentari.

" Lepasin saya kak, tolong lepasin saya " Mentari berusaha menggerakan badannya agar bisa terlepas dari dekapan Arjuna.

" Gue nggak bakal ngelepasin elo sebelum loe mau dengar semua penjelasan gue! "

" Saya akan dengarkan semua penjelasan kakak tapi tolong kakak lepasin saya. saya nggak mau ada orang yang lihat dan salah paham " pinta Mentari kali ini dengan nada yang sedikit kasar.

Tanpa Arjuna, Mentari dan Salsa sadari ternyata ada sepasang mata yang daritadi sedang memperhatikan Mentari dan Arjuna.

" Mentari, gue minta maaf kalo beberapa hari ini ucapan gue selalu nyakitin hati loe. gua nggak ada maksud buat nyakitin hati loe. gue berbuat seperti itu hanya untuk... " Arjuna terdiam tidak melanjutkan kalimatnya. Arjuna seperti takut salah mengucapkan kalimat yang dapat membuat dirinya malu.

" Untuk apa kak? untuk mempermalukan saya dan menyadarkan saya bahwa saya nggak pantas berada di kampus ini? " Mentari bertanya dengan suara yang serak akibat terlalu menangis.

" nggak gitu tar.. gue kaya gitu karena gue pengen dapat perhatian dari loe. loe bisa tersenyum manis dan tertawa lepas saat bersama Dimas tapi loe selalu menghindar tiap kali bertemu gue. makanya gue ngerasa kesal dan berusaha menarik simpati dari loe Tar " ucap Arjuna dengan menahan rasa malu yang luar biasa.

Mendengar ucapan Arjuna Mentari terdiam tidak dapat berkata apa apa. Mentari merasa bingung apa yang harus ia katakan. Disisi lain Mentari juga tidak begitu yakin dengan apa yang diucapkan Arjuna, Mentari khawatir kalau perkataan Arjuna tadi hanya untuk mengerjainya. Disaat Arjuna sedang lenga Mentari dengan cepat melangkahkan kaki dan berlari meninggalkan Arjuna sendirian di bangku yang tadi ia duduki. Salsa yang melihat Mentari pergi dengan cepat juga berlari pergi agar tidak ketahuan oleh Mentari.

" Mentari... " teriak Arjuna namun tak dihiraukan oleh Mentari.

Karena tidak dihiraukan oleh Mentari Arjuna menendang nendang kearah pohon yang ada dihadapannya, Arjuna kelihatan seperti orang yang sedang frustasi. Ia sungguh menyesal atas apa yang sudah ia lakukan kepada Mentari selama hampir seminggu ini.

MENTARI

ARJUNA

DIMAS

SALSA

ALISA

KEVIN

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!