NovelToon NovelToon

Endless Winter

[ Necro Tragedy ] Chapter 1 : Prologue

Jika seseorang yang memiliki keyakinan cukup besar, maka ia pasti menyimpulkan bahwasanya dirinya mencapai titik kebenaran. Meskipun hal tersebut tidak semata-mata benar, nyatanya rintangan yang dialami akan dihadang hanya untuk mempertahankan keyakinannya. Ini adalah penyesalan terdalam yang kurasakan selama hidupku hingga ajal menjemput.

Bukan seorang artis, atau pun seseorang yang terpandang. Aku hanyalah siswa SMA biasa dengan kehidupan yang cukup kekurangan. Nasib malang terjadi ketika aku terjatuh dari tangga cukup keras. Yang terakhir aku ingat hanyalah di saat aku sudah berada di bawah, aku melihat seorang temanku melihatku dengan senyuman jahat.

Setelah kejadian itu, aku berada di ruangan gelap gulita. Entah siapa yang membawa ku kesini, yang ku tahu hanyalah aku harus masuk ke dalam gerbang yang hanya satu satunya di ruangan itu. Di saat aku memasuki gerbang itu, seberkas sinar menyilaukan membutakan pandanganku. Di situlah aku menyadari bahwa aku bereinkarnasi ke dunia lain.

Terlahir dalam keluarga bangsawan tidak menjamin kebahagiaan. Seperti diriku, Alex Witcher. Aku dibesarkan di keluarga bangsawan cukup mapan, The Witcher Family. Satu satunya yang berkontribusi besar dalam membangun kerajaan Vigilo. Juga mempunyai gudang berbagai macam mantra dan ilmu sihir.

Rasanya berbeda sekali saat aku berada dalam lingkup keluarga. Seakan berada di dalam kekosongan tak terbatas. Mereka semua tidak menyadari hawa keberadaan ku sama sekali terutama kedua orang tuaku. Apa karena aku adalah anak terakhir? Atau aku tidak mempunyai kapasitas mana di dalam diriku? Aku bertanya demikian, namun tidak ada dari mereka yang menanggapi pertanyaan ku barusan.

Tidak ada masalah bagiku, yang terpenting adalah tidak bertentangan dengan tujuanku. Vigilo Guard Department akan menjadi rumah sebenarnya bagiku. Sebagai pemimpin dari organisasi paladin ini, keadilan dan kedisiplinan ku terapkan kepada masyarakat. Dan itu adalah salah satu impianku. Dunia dimana tidak ada kejahatan dan hanya ada perdamaian abadi (utopia) adalah tujuan ku yang sulit untuk tercapai.

 ___-----___------___----______

Kehangatan dari malam hari ini bisa menidurkan semua makhluk hidup. Badai salju yang kuat pun tidak dapat mengganggu mereka bermimpi. Namun, batu ini berkata lain. Meluncur dan memecahkan kaca, serta merusak kesunyian. Terbangun dengan perasaan kaget dan cemas, aku mengecek sumber dentuman keras dari arah ruang tengah.

"Bagus sekali, sekarang salju ikut masuk ke dalam. Besok pagi harus diperbaiki, untuk sementara ku tutup dengan kayu ini saja... Ehh ada surat. Ternyata surat perintah dari Raja."

Meskipun rasa kantuk ini memberatkan kedua mataku, aku tetap melanjutkan membaca surat ini setelah menutupi jendela dengan batang kayu.

(Yang terhormat pemimpin VGD. Hal pertama yang ingin saya sampaikan adalah cara penyampaian surat ini kepada anda. Saya mohon maaf atas hal ini sekali lagi dikarenakan masalah darurat yang harus anda selesaikan sesegera mungkin. Paduka Raja mendapatkan banyak laporan mengenai kasus hilangnya seseorang dalam sekejap mata. Saat pertama kali kami mendengarnya, kami menganggap ini hanyalah sekedar lelucon belaka. Namun, setelah ada bukti otentik, kami langsung menarik kata kata kami sebelumnya. Untuk itu, mohon kehadirannya besok pagi di kantor pusat VGD. Salam hangat dari penasihat Raja, Jamerson.)

"Hmm jadi begitu rupanya. Baiklah, akan ku selesaikan dengan cepat dan rapi!" Aku yang penuh semangat.

Pagi yang cerah ku sambut dengan membiasakan diri bangun pagi. Tidak lupa untuk berolahraga dan sarapan, serta membersihkan diri untuk bekerja. Setelah itu, aku berangkat menuju kantor pusat VGD.

"Oh.. tumben hari ini badai saljunya reda. Tapi, tetap saja ini masih sangat dingin ukuran manusia. Aku harus memakai jaket musim dingin ku."

Di perjalanan yang penuh salju dan hawa dingin, yang kulihat hanyalah berbagai macam penderitaan yang dirasakan rakyat. Terutama para tunawisma, tidak mempunyai tempat untuk berlindung. Dalam keadaan ini banyak petani mengalami gagal panen, sehingga pasokan makanan pun terbatas. Hampir seperempat manusia mati kelaparan.

Andaikan saja aku bisa mengetahui asal muasal kejadian ini, tidak menutup kemungkinan aku dapat membebaskan para manusia dari rumah penderitaan ini.

------_____----------______------

Tanpa sengaja ketika aku melintas di persimpangan, di dekatku ada seorang kakek tua yang dirampok oleh seseorang berjubah misterius. Tanpa diminta, aku langsung mengejar perampok itu.

"Jangan khawatir, akan ku tangkap dia."

Aku hanya terfokus pada orang yang berjubah putih tersebut, dan tanpa memperdulikan sekitar. Namun sialnya, secara mengejutkan badai salju kembali menerpa di kerajaan Vigilo. Semua orang yang di sana sontak masuk ke dalam bangunan terdekat agar tidak kedinginan.

"Cih... lagi-lagi begini terus! Sampai kapan badai ini terus ada? Huh... buruknya lagi aku kehilangan orang itu!"

"Aku tidak boleh menyerah! Meskipun badai menerjang, aku tidak akan mengecewakan janjiku kepada kakek tadi." Batinku.

Aku tetap menerjang badai ini hanya untuk menangkap si perampok, walaupun rasa dingin yang amat sangat menusuk ke tulang. Sekarang aku berada di gang sempit, dan yakin bahwa pelaku masih berada di tempat ini. Tanpa sepengetahuan ku, aku dipukul oleh benda tumpul hingga aku pingsan.

____-----______-------_______

"Uh... Dimana aku? Tempat apa ini?" Ucapku dengan suara yang rintih.

"Oh... ternyata tukang tidur akhirnya bangun juga. Selamat pagi pengantuk! Apa tidurmu nyenyak?" Ucap seorang yang rupanya ditutupi krudung.

Aku menyadari bahwa sebelumnya aku dipukul dan diculik, dan sekarang aku diikat dan bergelantungan layaknya kelelawar.

"Lepaskan aku! Jika saja aku lepas dari ikatan ini, aku pasti akan menjebloskan mu ke penjara!"

"Hahahaha......"

"Apanya yang lucu? Tidak ada yang lucu disini!" Kataku dengan nada tinggi.

"Hahahaha... Kau lah yang lucu. Sebab kau terus saja mengigau ketika tidur, bahkan sekarang kau tetap saja mengigau! Hahahaha..." Ucap si perampok dengan nada mengejek.

"Benar benar keterlaluan, bisa bisanya dia mengejekku seperti itu. Tak akan kuberikan pengampunan padanya!" Batinku.

"Lantas, apa yang akan kau lakukan padaku? mengejekku terus menerus?" Aku bertanya padanya.

"Tentu saja aku akan melenyapkan mu! Kau akan menjadi penghalang jika dibiarkan hidup. Ngomong-ngomong, apa kau pernah merasakan rasanya digiling hidup-hidup? Jika belum, ini saat yang tepat untuk merasakannya! Hahaha... Apakah ada permintaan terakhir?" Ucapnya sambil memulai menyalakan mesin penggiling di bawah ku.

Setelah mendengarkan perkataan dari perampok itu, aku merasa kehilangan semangat hidup dan putus asa. Dan berpikir apakah perjalanan ku berakhir disini? Tidak.

"Sebelumnya, aku punya permintaan!"

"Apakah itu? Apakah pesan terakhirmu untuk keluargamu?"

"Tidak... Siapa kau sebenarnya? Perlihatkan dirimu! Buka kerudung yang menutupi mukamu!"

"Oh maaf, ini salahku. Aku lupa memperkenalkan diri. Takjub lah pada Vernon Si pencuri!" Kata wanita itu sambil melepaskan jubahnya.

"Tunggu dulu... Jadi kau adalah Vernon? Kau yang selalu saja keluar masuk penjara beberapa kali belakang ini. Bagaimana bisa..?" Kata ku yang terheran-heran.

"Ternyata kau masih ingat denganku ya, petugas! Sampai disini saja basa-basi nya, sekarang waktunya untuk mati!" Ucap Vernon sambil menyalakan kembali mesin penggiling.

Di saat waktu bersamaan, seseorang datang, lalu berlari dan mengayunkan kakinya ke perampok tersebut. Ya, aku mengenal orang itu. Tidak lain tidak bukan adalah rekanku atau bisa ku sebut pacarku, dia adalah Eryka Lou. Setelah melihat kedatangan dari Eryka, harapan dan keyakinan ku pun kembali bersinar kembali.

"Dasar kau ini, Alex! Bisa bisanya seorang seperti dirimu bisa diculik dengan mudah! Apa yang mendasari kali ini?" Ucap wanita berambut hitam itu sambil melepaskan ikatan ku dan mematikan mesin penggiling.

"Untung saja kau datang tepat waktu. Kalau tidak, dipastikan aku tidak selamat.... Kali ini aku sedang menolong seseorang yang sedang dirampok. Dan perampoknya adalah orang yang kau tendang barusan. Dan akhirnya aku pun berakhir di gubuk tua ini." Ku jawab dengan percaya diri.

"Huh... Lagi lagi kau ini! Sebaiknya kau tidak perlu sampai melakukan tindakan seperti ini, apalagi bertindak gegabah tanpa memberitahu yang lain. Lain kali jangan ulangi lagi ya!"

"Tapi aku sudah berjanji kepada kakek itu untuk mengembalikan uangnya yang telah dicuri barusan. Jika aku sudah berjanji, pasti akan ku tepati secepat mungkin tanpa memikirkan kondisi."

"Meskipun kau itu pemimpin dari VGD, tetap saja kau adalah manusia. Manusia seharusnya memerlukan bantuan sesama manusia lainnya. Lagipula kau pun belum kuat untuk melakukan tindakan ini"

Kata kata terakhir yang diucapkannya, secara tidak langsung menyayat hati ku. Aku termenung sejenak, apakah aku lemah untuk menjadi pahlawan? Apakah ada pahlawan yang tidak memiliki kekuatan layaknya diriku?

"Oi... Apa yang kau pikirkan? Jangan melamun! Cepat bereskan semua ini agar kita dapat sampai ke kantor pusat! Kita sudah terlambat nih!" Teriak Eryka yang mengisi kekosongan di pikiranku.

"Oh.. ya baiklah. Maaf tadi aku tadi melamun."

Setelah membereskan semuanya, juga menangkap Vernon si pencuri. Kami langsung bergegas menuju ke kantor pusat untuk menghadiri rapat.

...Terima kasih sudah membaca novel ini...

......Jangan lupa like, Share, and Vote ......

Chapter 2 : Teleport?

Sesampainya di kantor pusat VGD

"Darimana saja kalian? Gara gara kalian rapat ini sampai ditunda 3 jam!" Ucap Emma yang notabenenya adalah salah satu anggota VGD.

"Maafkan kami atas keterlambatannya. Kami berjanji akan datang lebih awal." Ucap Eryka yang seakan menanggung semua kesalahan ke dirinya.

"Hei, seharusnya kita tidak meminta maaf! Kita kan tadi mengurusi kasus kejahatan tadi." Ucap ku kepada Eryka dengan nada pelan.

"Diam saja kau! Membungkukkan lah!" Tegas Eryka dengan tangannya yang membungkukkan badanku.

Aku pun menjelaskan semua yang terjadi di pagi hari tadi kepada semuanya. Aku berharap Eryka agar tidak menanggung kesalahan sendirian.

"Hah..? Kau masih saja naif seperti dulu ya, Alex?" Tanya Emma dengan mengejek.

"Berulang kali kau selalu saja melakukan hal konyol seperti itu. Apakah kau berniat menjadi pahlawan kesiangan? Hahaha...." Ejek Zetta.

"Apa yang mereka bilang? Konyol? Apakah membantu sesama itu perbuatan konyol? Apakah mereka tidak punya hati nurani?" Batinku.

"Meskipun pemikiran kalian begitu, keyakinan ku tidak akan goyah dengan gangguan seperti itu! Karena itu adalah mimpiku!" Aku terlalu percaya diri untuk mengatakannya.

"Cih, dasar Alex!"

Setelah itu, mereka berdua berhenti mengusik Alex lagi. Tak lama kemudian, Penasihat Raja yaitu Jameson datang, dan memulai rapat darurat.

"Baiklah semua, kalian pasti sudah tahu kenapa kalian mendadak dikumpulkan disini."

"Pak, lain kali jangan lempar suratnya dari jendela! Ganggu tidur iya, kaca jendela rusak juga iya."

"Tenang nona, kami berusaha untuk menyembunyikan hal ini dari masyarakat."

"Cih...."

Setelah menanggapi Zetta, Pak Jameson melanjutkan omongannya.

"Sampai dari mana tadi... Oh ya, jadi hari ini kalian mendapatkan kasus baru, yaitu kasus menghilangnya seseorang dalam sekejap mata."

"Pak, coba jelaskan dengan detail mengenai kasus ini!"

"Baik nak Alex, jadi kasus bermula saat 1 minggu yang lalu. ketika tim ekspedisi menjelajahi sebuah reruntuhan kuil di sebelah barat dari kerajaan. Tim ini terdiri dari 5 orang, yaitu 2 penyihir dan 3 lainnya. Di saat mereka selesai menjelajah, tiba tiba salah satu dari penyihir hilang entah darimana. Mereka sebelumnya terpisah darinya, namun mereka tetap tidak menemukannya. Sisa berempat mencari kawannya hilang. Salah satunya melihat dengan langsung peristiwa tersebut. Dia terkejut dan tidak percaya apa yang ia lihat, penyihir yang tersisa menghilang tanpa sebab dengan satu kedipan mata."

"Mungkin itu hanyalah lelucon belaka, pasti kedua penyihir itu mengerjai teman temannya dengan menghilangkan diri menggunakan sihir teleportasi." Terka Eryka.

"Kami pertama kali mendengarkannya berpikir sepertimu. Namun, argumen mu dapat dibantah. Karena jika itu hanyalah sihir teleportasi, maka seharusnya mereka mesti tidak jauh dari tempat awalnya. Kami juga tidak menemukan adanya indikasi sihir teleportasi."

Setelah mendengarkan perkataan dari Jameson, kami semakin bingung.

"Bagaimana bisa seseorang menghilang begitu saja di depan mata? Apa mereka diculik hantu mungkin?" Emma memberikan argumennya.

"Jangan konyol kamu Rei, mana ada yang namanya hantu. Ini pasti berkat ulah dari makhluk luar angkasa." Zetta yang membalas.

"Kalian berdua memang pantas disebut duo idiot. Argumen kalian tidak masuk akal sama sekali!" Kataku mengejek mereka berdua.

"Apa kau bilang?"

"Lantas bagaimana argumen mu tentang hal ini?"

Ku jawab mereka berdua dengan kepala dingin.

"Aku belum punya. Meskipun begitu, kalian seharusnya memikirkan argumen yang faktual dan logis. Janganlah kalian mendengarkan konspirasi aneh dan berita palsu terus menerus!"

"Betul kata Alex. Aku setuju dengan apa yang dikatakannya." Kata Eryka.

"Ehem... Apa boleh saya lanjutkan?" Sela Jameson.

"Maafkan saya dan teman teman saya pak. Silahkan dilanjutkan perkataan Bapak!" Kataku.

"Baiklah untuk itu besok kalian memulai misi investasi mengenai kasus ini. Jadi kalian akan dikirim di wilayah sekitaran reruntuhan kuil. Apa ada pertanyaan?.... Tidak ada?..... Baiklah kalau begitu, semoga sukses untuk besok! Saya pamit dulu!" Lanjut Jameson.

Kemudian Jameson meninggalkan ruangan dan tidak lupa memberikan petunjuk yang sudah mereka dapat.

"Ini sangat mustahil. Sepertinya ada kejanggalan ketika Pak Jameson menjelaskan detail peristiwa tersebut. Bagaimana menurut kalian?" Tanyaku.

"Hah.... Kepalaku menjadi pusing memikirkan insiden ini, apalagi mendengarkan Pak Tua itu mengoceh terlalu panjang membuatku ingin membenturkan kepalaku ke tembok!" Jawab Rei.

"Aku juga mengalami hal serupa yang dikatakan Rei. Mending kita pulang saja, dan memikirkan rencana buat besok." Kata Zetta.

Setelah itu, mereka meninggalkan kami berdua sendirian di ruangan itu.

"Lebih baik kita pulang dan mempersiapkan diri untuk investasi besok. Aku yakin kau juga pusing dengan perkataan Pak Jameson." Ucap Eryka dengan raut wajah kurang senang.

"Oh baiklah, aku pulang dulu ya!"

Di saat aku ingin mengangkat kaki dari ruangan itu. Di situlah dimana Eryka menahan ku dengan memasang raut wajah malu.

"Eh... Ada apa?" Tanyaku

"Berjanjilah untuk tidak melakukan hal itu lagi!... Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang berharga lagi." Kata Eryka dengan rasa khawatirnya.

"Jika aku tidak melakukan itu, siapa lagi yang akan melakukan nya? Aku hanya ingin mewujudkan mimpiku!"

"Jangan keras kepala!!!!... Jika kau mati, siapa yang akan mewujudkannya? Hah? Siapa? Jadi... tetaplah hidup!" Seru Eryka sambil meneteskan air mata.

"Aku tahu... Kalau aku masih belum kuat untuk mewujudkannya. Namun, itu bukan masalah karena aku masih punya tekad yang kuat dan semangat yang membara!"

"Hiks...hiks..hiks... Kenapa? Kenapa kau sekeras kepala ini! Jika kau sangat menginginkannya, janganlah berjuang sendiri! Kau itu tetap manusia! Kenapa tidak berjuang bersama?" Ucap Eryka dengan menangis menjadi jadi.

"Aku menghindari itu karena aku tidak ingin kau menjadi bahan cemooh bagi masyarakat! Karena sikap ku bisa berdampak terhadap karirmu." Kataku mencoba memperjelas.

"Persetan lah!!! Yang terpenting adalah aku akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi. Ingatlah itu baik baik!" Eryka yang mulai memperpanas suasana. Untuk itu aku langsung memeluknya agar emosinya bisa lebih tenang.

"Ery..."

"Ya..?"

"Terima kasih atas perhatiannya. Namun, kau tidak perlu bertindak sampai begini! Untuk itu, aku akan mendengarkan apa yang kau ucap. Aku berjanji!" Ucapku sambil mengelus elus kepalanya.

"Aku juga minta maaf, karena terlalu emosional. Jadi apakah aku boleh berjuang bersamamu?" Ucap Eryka sambil menikmati kehangatan dari pelukan.

"Tentu saja, apa yang tidak untuk Eryka ku tersayang!" Ucapku sambil menggodanya.

Setelah mendengar perkataan ku, ia pun terkejut dan wajahnya memerah yang menandakan sikap malu. Dan tiba tiba ia pun mendorongku dan berlari meninggalkan ku.

"Eryka... Eryka... Meskipun diluar kau tangguh dan pemberani, tetapi kau tetap saja seorang perempuan. Seseorang yang lemah dan harus dilindungi." Gumamku.

Aku pun juga ikut pergi dan pulang ke rumah untuk mempersiapkan strategi untuk keesokan harinya.

Disisi lain, "Tahu darimana si bodoh itu mengetahui perkataan seperti itu! Apa dia tidak malu? Tapi, kenapa aku yang malah menjadi malu! Uuuughhh!" Dalam hati Eryka sambil menahan malu di jalan.

Sementara itu, "hei... sampai bertahan kapan VGD dipimpin oleh orang seperti dia?" Tanya Emma kepada Zetta.

"Tentu saja tidak akan bertahan lama. Prinsip prinsip nya terlalu kekanak-kanakan. Naif pula orangnya. Coba aja aku yang terpilih." Jawab Zetta.

"Apa kau ingin menyingkirkannya? kau sebagai wakil pemimpin tentu akan terpilih."

"Bagaimana caranya menyingkirkan dia?"

"Kita jebak saja. Aku akan menyewa penembak runduk untuk membunuhnya besok. Bagaimana?"

"Hmm... ide mu cukup bagus. Terserah lah, yang penting aku bisa menjadi pemimpin."

Mereka dua juga mempersiapkan niat jahat mereka untuk besok.

Chapter 3 : Stranger Girl

Setelah aku bergadang semalaman untuk memecahkan kasus misteri ini. Sayangnya, aku sama sekali tidak menemukan jawabannya. Semua jawabanku selalu menuju jalan buntu.

Dirasa terlalu lama bergadang, aku pun menyerah dan pasrah untuk investigasi besok. Ketika aku menaruh kepalaku untuk segera tidur, tiba tiba terdengar suara ayam berkokok yang menunjukkan hari sudah berganti. Aku panik setengah mati, dan sesegera mungkin mengganti baju sembari berlari.

"Gawat tinggal 15 menit untuk datang tepat waktu. Aku tidak boleh merusak rekor kedisiplinan ku. Aku haru lebih cepat."

Jantung ku berdegup kencang, entah mengapa sekarang aku tidak merasa mengantuk lagi. Paling karena rasa sensasi adrenalin yang membuat ku untuk terjaga.

*15 menit kemudian*

"Ah... akhirnya aku sampai juga... Huh... huh... huh..."

kurang beberapa detik saja, aku pasti akan terlambat. Lelah, lesu, dan rasa kantuk ini tidak masalah buatku asalkan tidak merusak rekorku.

"Alex, apa kau baik baik saja? Raut wajahmu terlihat pucat. Apa kau sakit?" Tanya Eryka yang khawatir.

"Tidak perlu cemas, aku baik baik saja. Lihat, aku sekarang datang tepat waktu kan." Ucap ku yang salah menghadap arah lawan bicara.

"Hei... Aku berada di sini." Beritahu Eryka.

"Eh... maaf maaf, kelihatannya aku kurang fokus." Ucap ku sambil berbalik arah menghadap Eryka.

Kemudian, kami pun berangkat menuju reruntuhan kuil yang disebutkan oleh penasihat Raja. Ketika sampai di tujuan...

"Baiklah kawan kawan, misi kita kali ini adalah mengungkap kasus orang hilang. Karena ini adalah pertama kalinya kita kesini, berhati hatilah dan tetap waspada. Investigasi ini selesai jika kita menemukan beberapa bukti baru. Jadi mohon kerjasamanya ya!" Ucap Eryka.

"Baik."

Aku tanpa sadar tidak mendengarkan apa yang Eryka ucapkan dan tertidur pulas di bantalan salju yang empuk ini.

"Alex, bangun! Kau tidak boleh tidur disini!..." Ucap Eryka yang mencoba membangunkan ku.

"Huh... ini anak susah sekali untuk dibangunkan!" Resah Eryka.

"Tenang saja Ery, kami akan membantumu membangunkannya." Ucap Emma dan Zetta.

Mereka berdua pergi menuju danau terdekat, kemudian mereka mengambil seember air. Lalu tanpa ragu, mereka menyiram ku dengan air dingin itu. Sontak aku pun bangun dan kedinginan walaupun sudah memakai pakaian hangat.

"Ahhhh... dingin sekali!"

"Hahaha... makanya jangan tidur terus!" keduanya tertawa melihat reaksiku.

"Hei kalian berdua! Apa kalian sudah gila? Alex bisa saja mati kedinginan akibat ulah kalian! Apa kalian tidak punya otak?" Teriak Eryka yang sangat marah.

Emma dan Zetta hanya bisa diam mendengarkan amarahnya Eryka.

"Bertahanlah Alex! kau istirahat saja dulu. Ini pakai saja jaket ku." Ucap Eryka yang penuh perhatian.

Setelah apa yang telah ku alami , aku merasa nyaman dan aman ketika bersama dengan Eryka. Dia sudah banyak menolongku sejak kecil. Namun, aku belum pernah membalas semua kebaikannya selama ini. Perasaan ini membuatku tidak nyaman. Itulah mengapa aku ingin membalasnya dengan membahagiakan nya dengan tulus dan sepenuh hati.

Aku terlalu terbawa suasana, hingga tidak menyadari ada yang tengah mengintai dari jauh. Di saat kami ingin berteduh, tiba tiba...

"Awas....!" Teriak Eryka dengan mendorongku

Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tetapi setelah berbalik badan aku melihat Eryka terbaring lemas tak berdaya.

"Eryka...." Sontak aku langsung mendekatinya dan berusaha menolongnya.

Setelah ku periksa luka dari Eryka, aku sangat terkejut melihat sebuah luka tembakan.

"Ini tidak salah lagi, ini adalah peluru dari senapan runduk." Ucapku.

Kemudian, aku memperhatikan sekitar untuk berjaga-jaga atas kehadiran dari penembak runduk. Tembakan kedua meluncur hampir mengenai kepala ku, tetapi untungnya Dewi keberuntungan berpihak padaku.

Setelah mendengarkan dengan seksama sumber suara dari tembakan kedua. Aku langsung menghadap ke arah lokasi tempat persembunyian dari penembak runduk. Dan menunjuk ke arahnya yang berindikasi bahwa aku mengetahui lokasinya.

Dikarenakan lokasi persembunyian diketahui, akhirnya si penembak runduk tidak punya pilihan lain selain mundur dan melarikan diri.

Aku sangat lega karena perkiraan ku tepat. Aku memperkirakan kalau seorang sniper akan mundur jika posisinya sudah diketahui. Aku hampir lupa dengan keadaannya Eryka.

"Oh ya... bagaimana keadaan Eryka. Semoga masih bisa tertolong."

Namun naasnya, aku melihat Emma dan Zetta sedang berduka atas kepergian dari Eryka. Aku sangat syok dan tidak percaya melihat jasadnya Eryka. Aku hanya bisa pasrah dan jatuh tersungkur menyesali semua perbuatanku.

"Hiks... hiks... Kenapa bisa ini terjadi? Ya Tuhan... mengapa engkau mengambil sesuatu berharga lagi dari ku? Kenapaaa?" Teriak ku bercampur aduk dengan kesedihan dan amarah.

____-----_____-----______

Di momen itulah dunia ku sudah berubah 180 derajat. Sekarang yang hanya kurasakan adalah penyesalan masa lalu. Semangat hidupku sudah redup dan aku sudah tidak punya harapan lagi.

Aku hanya mengurung diriku di kamar sepanjang hari tanpa ada kabar. Aku sudah mengabaikan semua panggilan tugas dari atasan. Aku juga sudah tidak peduli dengan dunia ini lagi.

"Sekarang aku sudah tidak bisa bertemu dengannya lagi... Tidak dapat membalas kebaikannya... Dan aku sangat merindukan nya!" Ucapku dengan stres yang amat berat.

Aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Namun, di saat aku menaiki kursi...

[Apakah kau menginginkan kekuatan?]

Suara wanita misterius terdengar jelas.

"Huh? Siapa itu?!"

[Aku katakan sekali lagi, apakah kau ingin menjadi kuat?] Suara itu semakin menggelegar.

"Hanya menginginkan saja tidak akan membuat takdir berubah!"

[Oh, malangnya! Apakah kau yakin ingin mengakhiri semuanya disini?]

"Sebenarnya kau ini siapa?! Kau mengejekku!?"

Ku naikkan volume suaraku.

[Oh maafkan aku, Alex yang malang! Aku adalah Maria. Aku akan membantumu keluar dari keterpurukan ini!]

"Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

[Ingatlah, kata kata temanmu, yaitu mendiang Eryka. Usahanya akan sia-sia jika kau mengakhirinya sekarang.]

Aku teringat kembali masa lalu ku dengan Eryka. Tujuan hidupnya adalah sama dengan tujuan hidup ku. Itulah sebabnya ia bersikukuh membantuku mewujudkan nya.

[Ternyata kau masih mengingatnya. Mendiang Eryka tidak akan tenang jika tujuan hidupmu tidak terwujud. Dulu kau berjanji dengannya tentang hal itu.]

"Aaaaah.... Kepalaku sekarang pusing! Aku tidak kuat lagi." Teriak ku dengan rasa sakit di kepalaku.

Aku langsung pergi dan melupakan rencana bunuh diri ku. Aku sangat tidak suka ketika diberikan opsi untuk memilih. Apalagi opsi nya seperti itu, membuatku sakit kepala dan pusing 7 keliling.

Setelah lelah berlari sangat jauh dan berhenti di persimpangan gang, aku mencoba istirahat sejenak dan mengatur nafas ku yang terengah-engah.

"Halo yang di sana? Apa kau tersesat?" Suara misterius kembali terdengar di telingaku.

Aku menoleh dan melihat seorang wanita berambut panjang berwarna putih seperti salju, dan mata merah nan indah seperti kristal Ruby.

"Dari wajahmu terlihat kau terbebani banyak masalah ya. Dari pada memikirkan masalah mu terus menerus lebih baik ikut denganku jalan-jalan menikmati indahnya kerajaan ini." Tanya wanita berambut putih itu.

"Ah... tidak perlu. Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain main." Ucap ku yang menolak ajakan nya.

"Ayolah! Ini tidak sekedar main main, ini juga baik untukmu. Akan berbahaya jika dibiarkan saja." Ucapnya yang merayuku.

"Hmm... Kamu cukup mencurigakan jika mengatakan itu. Kita saja belum pernah ketemu. Terlebih lagi bagaimana kau bisa tahu kalau aku stress berat. Mencurigakan sekali!" Curiga ku kepada wanita satu ini.

"Euuuughhh... Benar juga yang kau katakan. Tapi aku tidak berniat jahat padamu. Aku bersumpah! Bagaimana kalau kita saling memperkenalkan diri? Di mulai dengan aku dulu ya. Perkenalkan namaku adalah Yukki Sachenka. Kau bisa memanggilku Yukki saja. Salam kenal."

"Aku Alex. Salam kenal juga."

"Baiklah Alex, kita sudah tahu nama kita masing-masing. Apa kau mau ikut denganku?" Tanya wanita itu kepadaku.

"Aku masih meragukan mu. Namun, yang kau katakan tadi benar. Aku seharusnya tidak terlalu banyak memikirkan masalah ku. Aku ikut!"

Setelah aku setuju ikut dengannya, aku seperti dimanjakan dan dihibur olehnya. Dia sangat ramah dan suka bercanda. Itu yang membuat kondisiku lebih baik dari sebelumnya. Aku sangat menikmati momen momen menyenangkan itu. Dan kami memulai perjalanan keliling kerajaan ini.

Di sepanjang perjalanan, aku menceritakan semua masalah yang telah menimpaku kepada Yukki. Sementara dia hanya bisa memberikan saran dan sekedar hanya memberikan pertolongan ini. Dia juga berkata bahwa kalau kau punya masalah, kau juga harus punya temen pendengar untuk mendengarkan semua masalah mu. Kau akan merasa lebih baik jika kau membagikan masalah mu ke orang lain.

Aku beristirahat duduk di kursi taman dekat air mancur setelah lelah berkeliling. Sedangkan Yukki belum kembali, katanya ia ingin membelikan ku jajanan. Ia kembali dengan membawa dua roti yang masih hangat.

"Nih, roti hangat baru keluar dari oven."

"Oh terimakasih."

"Hei Alex, ayo taruhan! Yang bisa menembak jatuh ketiga buah apel yang di sana akan mendapatkan roti gratis." Ucap Yukki sambil menunjuk buah apel di atas pohon.

"Siapa takut... Aku mulai dulu. Lihat ya, aku pasti yang akan menang." Kata ku sambil melemparkan beberapa batu, tetapi tetap saja gagal.

"Sayang sekali, coba lagi lain kali. Sekarang giliran ku." Ucap Yukki sambil melemparkan beberapa batu dan berhasil menjatuhkan beberapa apel.

"Woah... Hebat sekali! Dari mana kau belajar itu." Ucapku yang terpesona.

"Haha... Kau harus tahu kalau aku termasuk top pemanah di dunia." Kata Yukki yang membanggakan diri sendiri.

"Kalau aku kalah, konsekuensinya apa?"

"Ya... kau harus membayar roti yang kita makan tadi!"

"Hah..? Jadi tadi kau mencuri?"

"Mana mungkin aku mencuri. Aku tadi mengatakan kalau pembayaran nya aku serahkan kepadamu. Jadi tolong bayar ya tagihannya! Kabur..."

Ucap Yukki yang menjebak ku dan menghilang ditelan bumi.

"Eh... tunggu dulu! Yukki...! Ah sial, ternyata dia jago mengerjai juga...Haduh." Ucapku yang sudah tidak heran lagi.

"Meskipun ia sudah menjebak ku, tetapi rasa ini... sepertinya... setiap saat aku memandang wajahnya, aku selalu menganggap Yukki adalah Eryka." Batinku.

Setelah selesai berurusan dengan Yukki, aku pun juga ikut pulang karena sudah mulai petang. Di saat aku membalikkan badan, aku malah menabrak seseorang yang cukup kuat dan besar sehingga aku ikut terjatuh.

"Tuan... Ini tagihan dari gadis rambut putih tadi. Tolong bayar sekarang! Kalau tidak, kau pasti tahu konsekuensinya kan." Ucap penjual kue yang tidak lazim itu.

"Uh oh..." Ucapku yang hanya pasrah dan tidak ada jalan lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!