Tangisan Gaun Pengantin
Bab 1
Di siang yang cerah, Naya beraktifitas seperti biasa. Berdesakan dengan penumpang bus yang lain, agar cepat sampai ke tempat tujuannya.
Bersama dengan Firman, seorang lelaki yang dikenalnya di dalam bus itu beberapa bulan yang lalu, mereka pun pergi bersama menuju ke tempat kerja.
Mereka menjadi teman yang akrab dan orang selalu mengira jika Naya dan Firman adalah sepasang kekasih.
Naya
Fir, lindungi gue dong. Sakit ni!"
Berdiri tegak dalam bus bukan hal yang baru bagi Naya. Tapi, tetap saja dia merasakan sakit ketika bersenggolan dengan penumpang yang lain saat bus tiba-tiba berhenti mendadak.
Seperti biasa, Firman melindungi Naya dengan tubuhnya yang tinggi dan tegap.
Sambil tersenyum, Naya pun memuji Firman.
Firman
Nggak usah gombal, aku nggak akan terkelepek-kelepekan oleh gombalanmu itu.
Naya
Terserah dirimu saja, babang tamvan. Aku mah serah lu dah.
Firman dan Naya pun berpisah karena mereka bekerja di tempat yang berbeda.
Rose
Tumben loe telat, Naya. Ada apa? Gak seperti biasanya.
Rose adalah teman kerja Naya.
Mereka bekerja di salah satu pusat perbelanjaan dibilangan Ibukota.
Naya
Alarm yang gue setel, ternyata bukan jam delapan pagi, tapi jam delapan malem.
Naya
Untung ibu kos bangunin gue, kalo kagak, pasti gue gak kerja hari ini.
Rose
Ya udah, cepet beresin tu barang-barang yang baru masuk. Untung si bos gak masuk hari ini, jadi kamu selamat.
Mereka berdua pun mulai mengerjakan tugas masing-masing
Rose mendapat bagian menjaga toko, sedangkan Naya bagian mengirim barang ke luar kota.
Sore harinya, sepulang dari kantor. Firman mampir ke tempat kerja Naya.
Seperti biasa, dia membawa makanan untuk gadis penggila kerja itu. Kalo sudah kerja, dia melupakan segalanya, termasuk makan.
Firman
Rose, Naya ke mana? Kok nggak kelihatan.
Rose
Dia pergi antar barang, mungkin besok baru pulang.
Firman
Keluar kota lagi ya?
Firman
Ya udah deh, kalo gitu makanannya untuk kamu aja.
Firman meletakkan kantong yang berisi makanan di meja kasir.
Rose
Firman, mumpung sepi nih. Aku mau tanya sesuatu, boleh nggak?
Firman
Tapi, ntar malem jalan ya?
Sudah lama Firman suka pada Rose, tapi dia tidak berani mengutarakan isi hatinya.
Begitu juga sebaliknya, Rose juga suka pada Firman.
Udin
Hape loe bunyi terus tuh, Nay. Angkat dong, berisik banget tau.
Udin adalah sopir mobil yang biasa digunakan untuk mengantar barang ke luar kota.
Renna
Siapa sih yang telpon, kok nggak diangkat?
Naya
Nggak tahu, nomornya nggak dikenal.
Udin
Angkat aja, siapa tahu penting.
Renna
Betul tuh kata bang Udin, siapa tahu itu orang tua loe dari kampung.
Dengan malas Naya pun mengangkat panggilan di ponselnya.
Naya
Cieee ... kompak nih yeee
Renna
Cepetan, Nay. Siapa yang telpon?
Naya
Orang salah pencet nomor katanya.
Biasalah anak muda jaman sekarang, acak-acak nomor, nyambung trus ngajak kenalan.
Renna
Sikat Nay, kan lumayan untuk temen malam minggu.
Naya
Loe mah, semua lumayan.
Mereka pun tertawa bersamaan.
Begitulah tingkah mereka di sepanjang perjalanan, agar tidak terasa capek dan bosan.
Bab 2
Naya masih rebahan di atas kasurnya. Di hari libur, dia tidak pernah beraktivitas kecuali makan dan tidur.
Kriiing ... ponselnya berdering. Nama orang iseng tertera di layar ponselnya.
Meski begitu, Naya tetap menjawab panggilan telepon dari orang iseng yang bernama Totok.
Totok Setiawan
Mas ada kirim pulsa tadi, apa sudah masuk?
Naya
Sudah, Mas. Terima kasih ya.
Totok Setiawan
Hari ini, apa kegiatanmu dek?
Naya
Tiduran aja, Mas. Kan hari ini libur.
Meski pun telepon nyasar dan belum pernah bertemu, entah kenapa Naya merasa nyaman berbicara dengan Totok di sambungan telepon.
Begitu juga dengan Totok, jika Naya tidak membalas pesan singkat darinya, dia langsung mengirimkan pulsa. Dia mengira Naya tidak punya pulsa.
Totok Setiawan
Mas ada di seberang pom bensin nih, kita ketemuan yuk.
Naya langsung beranjak dari kasurnya, kaget setelah mendengar Totok mengatakan jika sedang berada di sekitaran rumah kosnya.
Naya
Mas gak sedang bercanda, kan?
Totok Setiawan
Mas serius, dek.
Totok Setiawan
Cepetan ya, mas tunggu.
Naya
Mas tunggu di mini market depan aja, sebentar lagi Nay ke sana.
Naya
Atau Mas bisa tunggu di Masjid. Kosan Naya gak jauh dari masjid itu.
Totok Setiawan
Oke, dek.
Mas naik motor sport dan kemeja abu-abu, ya.
Naya langsung mematikan ponselnya dan bergegas untuk mandi.
Naya masih berusia delapan belas tahun, dan semua teman sebayanya paling suka memencet nomor dengan asal. Jika panggilan tersambung, langsung ajak kenalan.
Dari cara itulah Naya dan teman-temannya mencari teman ngobrol jika sedang suntuk.
Naya sudah sampai di Masjid. Kebetulan ada sederet rumah kontrakan tepat di samping itu, dan Naya mengenal para penghuninya.
Naya
Rian, coba lihat di depan masjid. Ada cowok pake kemeja abu-abu gak.
Naya
Bocah! pake banyak tanya.
Udah cepetan.
Dengan semangat Rian berlari ke depan masjid. Bagaimana tidak semangat, setiap mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Naya, dia pasti mendapat upah.
Rian
(Teriak dari depan masjid)
Teh Naya, ada nih cowoknya.
Naya
(Tepuk kening, lalu bergumam)
Pake teriak lagi, bagaimana kalo cowoknya jelek, pendek, item, gendut.
Oh ... tidak.
Belum selesai Naya bergumam, seorang lelaki menghampirinya sambil tersenyum.
Naya
( Dalam hati)
Wuaaaa ... tampannya, kalo ini mah gua mau dan gak bakal nolak.
Naya berjalan menghampiri Totok sambil tersenyum manis dari yang paling manis.
Totok Setiawan
Jalan yuk, sekalian makan siang. ( Tersenyum )
Tanpa ba bi bu, Naya pun langsung mengangguk.
Tidak peduli pada ibu-ibu rumpi yang sedang berkumpul di sekitaran masjid.
Naya
( Teriak )
Teh Unay, Naya pergi dulu. Bilang emak ( panggilan untuk ibu kos )
Totok dan Naya pun langsung pergi menggunakan motor sport milik Totok.
Tidak ada tujuan pasti mau ke mana, mereka hanya berkeliling kota sambil berwisata kuliner.
Bab 3
Hari ke hari hubungan Naya dan mas Totok semakin dekat. Bahkan Totok sudah menyatakan isi hatinya pada Naya, dan Naya menerima uluran kasih dari mas Totok.
Mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Mas Totok yang pekerjaannya harus bepergian di dalam dan luar negeri, membuat mereka jarang bertemu.
Mereka berkomunikasi melalui panggilan telepon atau saling mengirim dan membalas pesan singkat.
Sifat mas Totok dan lembut dan penyayang, membuat Naya merasa nyaman.
Naya anak yang tidak diakui di keluarganya sendiri, bahkan keluarga besarnya tega mengusir Naya hanya karena hasutan orang luar yang mengatakan bahwa Naya datang untuk mengambil harta warisan peninggalan almarhum ayahnya.
Karena itulah Naya menerima mas Totok menjadi kekasihnya. Kasih sayang yang tidak didapatkan dari keluarganya, dia dapatkan dari mas Totok.
Firman
Nay, kita harus ngomong.
Tiba-tiba Firman datang ke tempat Naya bekerja dan langsung menarik tangan Naya.
Naya
Ada apaan sih?
Lepasin tangan aku dong, sakit nih
Firman
Sejak kapan kamu pacaran sama pak Totok?
Naya
( Mangerutkan kening )
Kamu tahu dari mana kalo aku pacaran sama mas Totok?
Naya
Kamu panggil dia apa tadi, pak?
Firman
Pak Totok atasan aku di kantor, ups
Firman
Ruangan pak Totok ada di atas ruang kerja aku.
Aku di lantai dua, dia di lantai atas ( berkilah )
Naya
Udah lama sih, sekitar dua bulanan gitu.
Naya
Gimana menurut kamu, dia baik atau enggak?
Firman
Dia cowok yang baik, penyayang dan penuh perhatian.
Firman
Bersyukur kamu bisa mengenal dia.
Firman tahu kisah pahit hidup yang dilalui oleh Naya. Di usir oleh keluarganya saat malam dan hujan deras. Tidak tahu hendak pergi ke mana, dia belum menguasai kota ini.
Naya dibesarkan oleh kedua orang tua angkatnya. Saat usianya berusia sekitar satu tahun, sang ayah pergi menghadap Sang pencipta. Ibunya terlarut dalam kesedihan hingga Naya diangkat oleh orang lain untuk dijadikan anak asuh.
Saat berusia tujuh belas tahun, barulah dia di pertemukan kembali dengan ibu kandungnya. Tapi, yang menyedihkan, saat Naya menemui keluarga dari pihak ayahnya, keluarga itu tidak menerima Naya dengan baik. Bahkan mereka mengusir anak yang belum tahu seluk beluk kota asal ayahnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!