Vino Kazawa adalah seorang laki-laki yang terlahir sederhana, penyabar, Dan penyayang. Namun di balik kesabaran nya. Iya di dalam keluarga Pak Robin hanyalah laki-laki pecundang yang tidak berguna. Dan hanya jadi benalu di mata mereka. Yang memandang nya hanya dengan sebelah mata. Setiap harinya hanya mendapatkan caci maki, Juga hinaan dari keluarga besar Pak Robin tersebut. Terutama istrinya Vino, Yang dengan teganya mengkhianati Vino dari belakang. Saat itulah perceraian suda tidak bisa dielakkan lagi. Akan tetapi, tanpa mereka sadari, laki-
laki yang selama ini, Di mata mereka hanyalah laki-laki yang tidak berguna. Ternyata ia adalah laki-laki pewaris tahta, yang secara menyeluruh di sala satu Perusahaan ternama di kota Yogyakarta, dan masih banyak lagi cabang-cabang perusahaan lainnya. Baik itu di luar kota. Seperti di Bandung, Sukabumi, dan Kalimantan. Tidak ada yang tidak mungkin baginya.
________________________________________________
Hari itu adalah di mana hari yang sangat mengejutkan untuk Vino, Bagai mana tidak, Vino yang sedang membawa makanan kesukaan milik Anggeline, Tiba-tiba Vino di kejutkan oleh pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Ya, saat Vino hendak mengantarkan makanan tersebut, Ia melihat istrinya sedang bermesraan bersama pria lain di ruang kerja nya tersebut.
Seketika itu Vino terdiam sesaat, Setelah melihat ada seorang pria yang tengah duduk mesra bersama Anggeline, Sambil mengelus-elus paha milik istri nya tersebut.
Pria tersebut berkisar sekitar Umur 27 Tahun. Dengan bertubuh tinggi semampai, Dan berbadan kekar berkulit kecoklatan, Dan di tambah lagi dengan pakaian mewah yang ia kenakan.
Di pergelangan tangan nya melingkar sebuah jam tangan mewah. Yang di mana kemungkinan, Harga Jam tangan tersebut berkisar antara 28 JT. Bahkan lebih dari harga segitu. Pikirku dari dalam hati. Mengetahui akan hal itu, Vino benar benar sangat marah dan berkata:
"Anggeline! Bentak ku kuat, Mengakibatkan keduanya terkejut.
"Apa-apaan kamu hah!? siapa dia!? Tanyaku
dengan perasaan jengkel.
"Hei...hei...hei....!" Siapa kau!? Lancang betul kau!" Berani-Beraninya, kau masuk ke ruangan ini, tanpa meminta izin. Dan tanpa mengetuk pintu terlebih dulu" Jawab pria itu dengan marah.
"Kamu yang siapa!? Tanya Vino kembali lantang.
"Kau sendiri yang siapa!? Saya dan Anggeline calon istri saya ini, Ingin bersenang-senang.!" "Malah tiba-tiba, kau datang dengan lancang!" Jawab ia sambil memukul meja yang ada di hadapannya.
"Apa!? Calon istri?"
"Gilak-gilak.! "Jangan mimpi hello,"
"Anggeline!! Kamu, ah!" Kamu benar-benar ya!"
Jawab Vino dengan perasaan semakin marah, Dan terkejut mendengar perkataan si pria tersebut.
"Kenapa!? Kaget ya!?. Uda sayang, nggak usah di ladeni orang macem dia mah." Seru Anggeline kepada laki-laki tersebut, sambil melontarkan senyum kepada Vino.
"Ehh, tapi sukur deh, kamu ada di sini Vin.
"Jadi sayang, dia ini memang suami aku, tapi nggak lama lagi, aku dan dia segera bercerai kok yank. Jadi kamu gak perlu mencemaskan akan hal itu."
Mendengar perkataan Anggeline seperti itu, Tentu saja membuat hati Vino semakin berapi-api.
"Anggeline!" Teriak Vino kuat.
"Apa!? Kenapa dengan ku!? Mau menampar aku!? silahkan!. Asal lu tau ya Vin, lu itu laki-laki nggak berguna, miskin, dan cuma jadi benalu di keluarga, Gue aja." Cetus Anggeline sambil menghina Vino.
"Tapi aku adalah suami kamu Anggeline. Suami sah kamu.! Ingat itu.! Tega kamu mengatakan seperti itu kepada ku!"
"Apa katamu!? Apa telinga ku nggak salah dengar?".
"Haha haha haha... Coba ulangi kalimat itu sekali lagi?" Ujar Anggeline meledek
"Sekarang aku tanya sama lu, sejak kapan kita
menikah?. Sejak kapan lu jadi suami gua? Gua ni ya, wanita berkarir, mana mungkin lah punya suami, gembel seperti lu! Dasar gak tau malu!"
"Jadi, selama 2 Tahun Kita menikah, itu apa maksudnya?". Tanya Vino kembali.
"Sudahlah, lu itu cuma gua anggap babu di keluarga gua. Jadi jangan bermimpi setinggi langit!" Paham!" Uda deh mending lu pergi dari sini!". Gua uda muak liat muka lu!. Uda jelek, Item, dekil lagi." Uda pergi sana!" Cetus Anggeline mengusir Vino.
Tapi selangkah kaki pun aku tak akan pergi dari
ruangan itu, sebelum aku menghajar laki-laki
biadab itu.
"Brengsek!. Dasar kau laki-laki bajingan! nyah kau dari ruangan istriku!. Berani-beraninya kau goda istri ku!". Bantah Vino kepada pria itu, sembari mengepalkan tangan kanannya dengan kuat-kuat. Dan melangkah menuju ke arah laki-laki tersebut, yang telah berani mengganggu istri sahnya itu.
Tiba-tiba Anggeline menarik tangan Vino lalu:
"Plak!
Terdengar la suara tamparan yang begitu amat
keras, Terkena tepat di wajah Vino. Vino yang terkejut akan hal itu, Tiba-tiba terdiam sejenak. Ia tidak habis pikir, betapa sungguh tega nya istri yang selama ini ia sayangi, tega memperlakukan Vino seperti itu. Seketika itu perasaan Vino pun semakin hancur. Dan tak kuasa membendung gejolak amarahnya yang berapi- api. Vino pun melanjutkan langkahnya dan kepalan tangan yang sedari tadi ia genggam. Yang ingin sekali Ia layangkan kembali ke wajah Tuan Brayen. Dan benar
tiba-tiba:
"Buggghg!"
Suara pukulan yang keras mendarat tepat di wajah Tuan Brayen dengan telak.
Tuan Brayen seketika itu tersungkur ke lantai.
Yang berlantaikan kaca, mengakibatkan lantai tersebut retak, hingga beberapa bagian. Tuan Brayen tak menyangka akan hal itu terjadi, Ia tak menyangka, Vino berani melakukan hal itu kepadanya. Seketika itu juga, darah segar mengucur deras hingga berceceran di bawah lantai.
Sambil menahan rasa sakit, Tuan Brayen mencoba untuk bangkit, dan mencoba membalas perbuatan Vino terhadap nya, dengan memberi sebuah pukulan yang tak kalah kerasnya kepada Vino. Namun sayang, dengan sergap Vino menangkis pukulan tersebut, dan justru membalikkan pukulan tersebut kepada Tuan Brayen. Hingga mengakibatkan Tuan Brayen kembali jatuh tersungkur ke lantai. Namun Brayen tidak mau kalah.
Tuan brayen kembali bangkit, Dan mencoba membalas nya lagi. Dengan cara melemparkan
salah satu meja kaca yang ada di hadapannya.
Namun, dan lagi Vino dengan sergap dapat menghindari lemparan tersebut. Hingga meja yang ia lempar tadi, mengenai dinding. Yang mengakibatkan meja tersebut pecah berhamburan kemana mana.
Mendengar suara keributan tersebut, beberapa
karyawan mendatangi tempat suara keributan itu berasal. Dan sesaat sampai nya mereka di
sana, mereka pun terkejut. Bahwa yang sedang
berkelahi adalah manejer mereka sendiri.
Melihat akan hal itu, Anggeline yang sedari tadi mulai mencemaskan keadaan Tuan Brayen, yang sudah terlihat dengan jelas, bahwa Tuan Brayen kalah telak di bikin Vino. Anggeline pun berteriak dengan keras, dan mencoba melerai perkelahian mereka.
"Vino suda! suda cukup! Apa kalian tidak malu?. Di jadikan bahan tontonan pada semua orang!? Lihat, apa yang sedang kalian perbuat? Tingkah laku kalian seperti anak TK saja!"
Sambil menarik tangan Vino, Anggeline pun membopong Tuan Brayen, dan di dudukkan di atas kursi sofa tersebut. Melihat akan perhatian Anggeline terhadap laki laki biadab tersebut, Vino pun semakin jengkel lalu berkata:
"Dasar bajingan..! Laki-laki brengsek seperti
mu, tak pantas di beri kesempatan untuk hidup!"
"Dan kamu Anggeline!. Apa kah kamu tak bisa, menghargai sedikit perasaaan ku!?.Aku ini masi suami sah kamu!. Aku yang seharusnya kamu
perlakuan seperti itu. Bukan laki-laki brengsek itu!"
"Diam kau Vino!. Camkan ni baik-baik.! Jika kau masi berada di hadapan ku?, aku tak segan-segan untuk menelfon Polisi, agar segera menangkap mu!" Cetus Anggeline mengancam.
"Silahkan aku tidak takut.! Justru aku sebaliknya, yang akan menjebloskan kalian berdua ke dalam bui. Sebab kalian telah berbuat zinah."
Dengan semakin panas nya suasana saat itu,
Anggeline yang melihat Vino sedari tadi pun, tiba-tiba mengambil sebotol minuman, berupa Anggur merah beserta Bir. Ia pun melangkah menuju hadapan Vino dan tiba tiba:
"Byuurrr!"
Dan dua botol yang berisikan minuman beralkohol itu pun, di siramkan ke kepala Vino. sehingga kepala, wajah, serta baju Vino jadi basah kuyup.
Begitu mendapatkan siraman dari Anggeline, Vino yang tadi sempat tertunduk akibat terkena siraman itu, tiba-tiba mengepalkan tangannya kembali, dan berlari menuju ke arah tuan Brayen yang sedang duduk tidak berdaya. Dan lagi lagi:
"Buggghg"
"Suara Bogeman mentahpun terdengar. Pukulan Vino tepat mendarat di perut tuan Brayen, beberapa pukulan yang menghantam beberapa
bagian tubuh Tuan Brayen, mengakibatkan tuan
brayen mengeluarkan darah yang begitu banyak
sehingga berceceran ke bawah lantai.
"Uhhhkh!"
Suara muntahan dari mulut Tuan Brayen terdengar sangat menjijikkan. Ketika Anggeline melihat hal itu, Anggeline pun berteriak dengan keras.
"Vino sudah cukup!"
"Aku bilang sudah, aku benci padamu!"
sambil menarik, dan mendorong ku, sehingga aku terbalik ke belakang. Dan ketika aku bangkit, aku mulai menyadari akan semuanya. Bahwasanya apa yang sudah aku perjuangkan selama ini, hanyalah sia-sia.
Dan ketika itu, aku pun bangkit dan berkata:
"Baik aku akan pergi!
dan mulai sekarang, aku nggak akan lagi mengganggu kesenangan mu!
"Tunggu! Tak tahu kah kau? Apa yang kau lakukan sekarang ini, akan kau tuai di hari esok.! Kau tidak tahu, kau sedang berhadapan dengan siapa.!"
"Orang yang kau aniaya sekarang ini, adalah orang yang berkuasa di perusahaan Ziqrawa ini. Dengan ucapannya saja kau bisa mati! Camkan itu!. Sekarang aku pinta berlutut kau sekarang juga!. Lalu meminta maaf kau kepada Tuan Brayen!" Pinta Anggeline dengan lantang.
"Apa, berlutut kata mu!?"
"Cuuih!"
"Bajingan seperti ini, tidak pantas untuk di beri hormat
Dan...
"Buggghg!"
"Argh!"
Dan sekali lagi Vino menganiaya Tuan Brayen,
dengan menendang tubuhnya, hingga terpental
menabrak meja yang ada di belakang. Hingga
meja itu pecah dengan serpihan kaca yang bertebaran di mana-mana.
"Beraninya kau.! Tak tahu kah kau siapa aku!?.
"Aku orang yang berkuasa di perusahaan Ziqrawa Group ini!. Kau akan mati!."
Teriaknya sambil berusaha bangkit dari lantai.
"Tuan Brayen. Maafkan suamiku yang bodoh
ini. Aku janji, aku akan segera menceraikannya
demi kamu." Bujuk Anggeline kepada Tuan Brayen.
Sementara itu, Vino semakin panas hatinya,
melihat bagaimana perhatian istrinya tercurah kepada laki-laki lain. Suatu hal yang tidak pernah di dapat kannya selama 2 Tahun mereka menikah.
"Anggeline! Beraninya kau! Aku ini suami mu!"
"Hargai aku walau sedikit!" Teriak Vino marah.
"Sudahlah Vin, aku bilang pergi, ya pergi dari sini..!" "Aku sudah muak melihat muka mu, yang seperti Anjing itu." Ujar Anggeline semakin emosi sembari menunjuk-nunjuk jarinya ke arah Vino"
Dia kesal karena Vino telah berani memprovokasi Tuan Brayen, dengan memukulnya. Seperti nya suda hilang kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari Tuan Brayen, akibat perlakuan Vino kepada nya.
"Cuihh!" Anggeline meludah ke arah Vino dan
tepat mengenai wajah Nya.
Untuk sedetik Vino terdiam, dan tidak percaya. Istri yang selama ini benar-benar di cintainya, dan selalu di jaganya, justru malah tega melakukan perbuatan hina itu pada nya.
"Baiklah kalau itu mau kamu. Setelah ini kamu
akan menyesal karena telah melakukan penghinaan padaku." Jawab ku dengan tenang.
"Apa, apa katamu?" Menyesal?"
"Haha...Haha..haha..."
"Gembel seperti mu berani mengatakan menyesal, pada seorang Putri dari keluarga Pak Robin?"
"Jangan mimpi kau?" Ujar Anggeline sambil tertawa geli. Kemudian mendekati Tuan Brayen, lalu memeluknya dan kemudian membersihkan baju mahalnya tersebut dari debu.
Melihat Visual itu, Vino sejujurnya tidak tahan
juga. Ingin rasanya meninju wajah Tuan Brayen
sekali lagi, berikut Anggeline istrinya itu.
Tapi Vino lebih memilih untuk meninggalkan
ruangan itu, dengan hati yang benar-benar sakit. kantong makanan yang sedari tadi di bawa, di lemparkan ke dalam keranjang sampah yang berada di dekat nya.
"Dengan melamun, Vino melangkah meninggalkan halaman kantor tempat istri nya berkerja, tak tahu arah mana yang akan ia tuju. Pikiran dan perhatiannya tidak fokus, hingga tidak secara sengaja, dia menabrak seorang wanita yang bertubuh ramping, yang pada saat itu juga sedang lewat tepat di depan nya.dan tiba tiba:
"Bruk.."
"Ahhh!"
Teriak sebuah suara perempuan muda, ketika tubuhnya di tabrak oleh Vino, hingga beberapa
Files yang di bawa oleh perempuan tersebut, jatuh ke aspal. Hingga bertaburan di mana- mana.
"Hei...! Hati-hati, kenapa kamu berjalan sambil melamun?" Tegur suara lembut menyapa Vino setelah dia bisa menguasai dirinya.
Vino segera tersadar dari lamunannya, dan
melihat sebuah wajah yang sangat di kenalnya, waktu masa kuliah dulu
"Bunga.." Sapa ku terkejut.
"Eh kamu Vin?..." Tanya perempuan itu.
"Apa kabar? Kenapa kamu jalan sambil melamun begitu.?" Tanya perempuan itu.
"Iyaa ni kagak tau kenapa" Jawabku sambil
berbohong.
"Aku minta maaf ya Bunga, uda nabrak kamu. Aku benar-benar nggak sengaja." Jawabku kembali tanpa menjawab pertanyaan dari Bunga.
"Ah sudahlah, aku juga tidak sedang fokus tadi."
"Oh ya, Btw kamu sedang apa di perusahaan ini?"
"Apa kah kmu juga berkerja di perusahaan ini?".
Tanya perempuan itu lagi penasaran.
"Tidak ada Bunga. Aku hanya mengantarkan makan siang untuk istriku." Jawab nya malas, dengan putus asa.
"Kamu sudah menikah?" Tanya Bunga penasaran.
"Ya, sudah dua tahun lalu, aku menyandang status sebagai seorang suami pada seseorang perempuan dari keluarga Pak Robin."
"Kenapa kamu tidak mengundang ku?. Atau setidaknya teman-teman mu yang lain?" Tanya Bunga tidak memahami situasi.
"Ah, sudahlah. Lebih baik jangan di bahas lagi masalah itu." Sergah Vino tidak semangat.
Sebagai perempuan yang cerdas. Bunga memahami, ada sesuatu kejanggalan dari cerita Vino. Tapi, dia lebih memilih mengganti topik yang lain, untuk mengusir kecanggungan obrolan mereka.
"Oh ya Vin, setelah lulus kuliah, apa saja yang
kamu kerjakan di rumah.?"
Setelah lulus kuliah, kawan-kawan seperti nya kehilangan kontak dengan mu." Sebenarnya apa yang sedang terjadi padamu?" Tanya Bunga mencoba merubah suasana canggung menjadi lebih rileks.
"Cerita nya panjang Bunga." Jawab Vino singkat.
"Ceritakan lah," Kebetulan aku sedang tidak
ada kegiatan saat ini. Kebetulan, aku baru saja
di pecat oleh manejer nona Anggeline." Saut Bunga dengan tidak semangat.
"Di pecat?, kok bisa?. Emangnya kesalahan apa yang kamu lakukan?. Sampai-sampai kamu di pecat?" Tanyaku penasaran.
"Iyaa Vin, Aku di pecat, karena aku mengetahui
perbuatan manejer aku yang telah melakukan
tindak penyelewengan terhadap dana perusahaan
Ziqrawa Group".
"Apa kah kamu di pecat karena berani membongkar perbuatan manejer kamu itu Bunga.?
"Tidak Vin, tapi mereka takut, aku akan menjebloskan mereka ke penjara suatu waktu nanti. Maka dari itulah aku di pecat, karena tidak sengaja aku membuka beberapa dokumen, yang isinya itu, adalah berupa data-data biaya pemasukan, dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan barang masuk maupun barang yang keluar." Jawab Bunga dengan detail.
"Oh begitu. Kamu yang sabar ya Bunga?"
"Iya Vin, oh ya, ngomong-ngomong istri kamu kerja disini juga?". Tanya kembali Bunga.
"iya Bunga, dan manejer yang kamu sebut tadi
adalah istri ku." Jawab Vino malas.
"Ah yang serius kamu Vin.? Nona Anggeline itu
istri kamu.?" Tanya Bunga terkejut.
"iya Bunga. Dia adalah istri sah ku. Tapi itu tidak akan lama lagi. Setelah perbuatan apa yang aku lihat dan aku terima tadi di dalam ruangan itu. Aku akan membuat surat gugatan cerai padanya.!"
"Loh, Kenapa kamu ingin menceraikan Nona
Anggeline? Bukannya ia adalah wanita yang amat cantik, dan berkarir?". Tanya Bunga yang masih belum memahami keadaan Vino.
"Lagi-lagi cerita nya panjang Bunga. Aku gak bisa menceritakan hal ini di tempat seperti ini. Ujar ku dengan sedikit emosi.
"Em kalau begitu, Gimana kita cari tempat yang
lebih tenang? Yang lebih nyaman, untuk kita saling mengobrol? Tanya Bunga dengan lembut.
"Emang kamu mau mengajak aku ke mana?" Tanya Vino penasaran.
"Gimana kalau kita ke Cafe Pinus saja? Di sana
adalah tempat yang sangat cocok untuk kita berdua mengobrol, Gimana?. Kamu mau kan?". Tanya Bunga kembali.
"Kamu yakin Bunga? Mau mengajak aku ke tempat itu?"
"Lah, emangnya kenapa?, kamu nggak mau ya?"
"Bukan begitu Bunga."
"Udah deh Vin, aku ngerti, kamu tenang aja, kali ini aku yang traktir kamu. Jadi kamu nggak usah mikir yang bukan-bukan ya."
"Jadi nggak enak Bunga sama kamu nya. Masak cewek yang mentraktir cowok?. Bukan cowok nya yang mentraktir cewek nya.?"
"Udah Vin nggak apa-apa kok, kan sekali-kali juga kita begini. Ayolah Vin." Paksa Bunga mengajak Vino
"Yauda deh Bunga, Kalau kamu maksa."
Saat itu juga, mereka beranjak meninggalkan halaman perusahaan Ziqrawa Group tersebut. Kemudian kami berniat untuk menuju tempat yang dimaksud oleh Bunga tadi.
________________________________________________
Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun telah tiba di Cafe Pinus, Cafe yang sangat populer bagi kalangan anak muda, atau pasangan muda yang ingin merayakan ulang tahun, atau lain sebagainya.
Cafe tersebut cukup asri, karena suasananya sangat teduh. Di topang oleh pepohonan yang sangat rimbun. Dan juga di kelilingi pohon Pinus di berbagai tempat yang begitu sangat amat terawat.
Di tambah lagi, dengan beberapa kolam ikan yang
ada di dalamnya, menambah suasana menjadi sangat nyaman, sehingga banyak orang yang makan di sana. Tentu saja bagi yang levelnya berada di kalangan menengah ke bawah.
Setelah mendapat kan tempat yang pas, berada di kolam ikan yang amat jernih, Yang di lengkapi pula oleh air mancur kecil. Vino dan Bunga segera duduk di gazebo mungil, Dan unik itu.
Beberapa saat berlalu, belum ada yang mencoba memulai percakapan. Suasana menjadi canggung sangat jelas di antara mereka.
Tidak mau berlama-lama, Bunga mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk memulai percakapan.
"Mari kita memesan makanan dulu Vinn, Aku sudah lapar. Kamu pasti juga sudah lapar kan?"
Tanya bunga menatap ku.
Setelah memecahkan kebuntuan suasana di antara mereka, Setelah dia melihat dari jauh, Seorang pelayan Cafe, yang sedang berjalan sambil membawa menu pun menuju ke arah tempat di mana mereka duduk.
Tanpa di duga sama sekali, Vino melupakan kekesalan hidupnya selama ini kepada temannya yang bernama Bunga Asyila tanpa Bunga pinta.
"Kamu pesanlah Bunngg, Aku ini laki-laki yang tidak
berguna. Aku tidak pernah memegang uang atau
mempunyai uang. Kerja ku hanya di rumah, membantu
semua perkerjaan rumah tangga, sehari-harinya pekerjaanku, mencuci baju, menyetrika, mengepel, memotong rumput, menyapu halaman, berbelanja
segala kebutuhan bahan bahan di dapur."
"Nyaris aku tidak memiliki waktu untuk mencari
uang sendiri." Ujar nya sambil mengusap buliran
air mata yang mengalir tipis di matanya.
"Kamu menangis Vinn?.Tanya Bunga bingung.
"Ahh, tidak... Ini cuma keringat biasa kok. Jawab Vino beralasan.
Namun, ketika Vino ingin berbicara, langkah kaki
dari seorang pelayan, perlahan datang menuju ke arah mereka, sehingga pembicaraan Vino menjadi terhenti sejenak. Pelayanan yang bersikap ramah itu pun sambil tersenyum dengan menyodorkan beberapa
makanan serta minuman yang di pesan oleh Bunga tadi. Dan akhirnya mereka pun makan dengan lahap nya.
Setelah selesai makan, mereka pun kembali
melanjutkan pembicaraan mereka. Namun
kala itu, Vino masi berada di fase yang sangat bingung. Namun, bunga tetap kekeh memberi
semangat untuk Vino, agar Vino mau menceritakan masalah yang ia pendam. Dan bunga yang sedari tadi suda penasaran, Bunga pun memaksa Vino untuk bercerita:
"Ayolah Vino, Lepaskan semua uneg-uneg kamu padaku."
"Huuh..." Vino menghembuskan nafas beratnya lalu melanjutkan berkata:
"Selama 2 tahun lebih aku menjadi babu mereka. Aku terpaksa melakukannya, karna kakek Anggeline.
Berpesan kepadaku. Dan berkat kakek Anggeline la yang dulu telah menyelamatkan aku dari sekelompok pemuda, suruhan dari sebuah keluarga kaya raya yang ada di kota "Y". Hari itu aku ingin diracuni oleh mereka, Tapi gagal untung saja aku berhasil di selamat kan oleh kakek nya Anggeline pada saat itu juga. Dan alhasil aku di bawa ke rumah Anggeline di mana sebuah keluarga yang kaya raya. Yakni keluarga Pak Robin.
Setelah 3 bulan tak terasa aku tinggal bersama mereka, kakek menjodohkan aku dengan cucu putrinya yang bernama Anggeline. Namun, beberapa anggota keluarga nya termasuk Nenek Anggeline tidak menyetujui perjodohan itu. Tetapi Kakek, bersikukuh untuk menjodohkan ku pada cucu putrinya. Tidak ada seorang pun yang berani membantah perjodohan pada saat itu.
"Dan setelah aku dan Anggeline menikah, tak beberapa lama, dalam jarak 2 Minggu Kakek pergi untuk selama-lamanya. Dari sejak itulah perlakuan mereka mulai di bentuk terhadap ku. Akan tetapi, sebelum almarhum pergi, dirinya sempat memberi kan sebuah kalung kepada ku. Tapi saat itu, aku nggak mengerti tujuan Kakek memberi kalung ini kepadaku."
Kata Vino sambil memperlihatkan kalung yang melingkar di leher nya.
Sesaat Bunga melihat kalung tersebut, tanpa
berniat untuk menyentuh nya. Dia hanya melihat dari jarak 1 meter saja. Tapi, apa yang ia lihat, jelas tidak salah. Kalung itu, memang mengandung sebuah misteri yang besar yang tidak bisa di tebak.
"Tapi apa itu?" Tanya bunga penasaran.
"Terus kenapa selama ini, kamu tidak berusaha untuk mencari pekerjaan di luaran sana?"
Tanya bunga jelas tidak mengerti kondisi vino.
"Aku sudah mencoba melamar pekerjaan kemana-mana Bungg, Tapi rata- rata hanya menjadi
OB atau Cleaning Servis di perusahaan-perusahaan terbesar itu.
Tidak ada di antara mereka yang mau mempercayai
kemampuan ku, atau mungkin memang ada yang
berpengaruh di kota "Y". Untuk menekan semua
perusahaan-perusahaan itu, agar tidak menerima ku berkerja pada mereka. Tapi mungkin, itu hanya asumsi ku saja.
"Aku juga pernah melamar pekerjaan di perusahaan ternama yaitu perusahaan Ziqrawa Group, Tapi percuma semua mentah, aku di tolak di sana."
"Rata-rata Manejer nya bersikap arogan, Dan memandang rendah kepada kalangan bawah seperti ku."
"Jadi selama 2 tahun lebih ini, aku terus bertahan dan
berkerja di keluarga Anggeline."
"Tapi tenang,,,itu semua tidak akan berlangsung lama lagi, keluarga mereka, selain nenek Anggeline yang sangat membenciku, apa lagi Ibu Mertuaku, dan juga adik iparku, serta saudara sepupunya Anggeline."
"Boleh di katakan, setiap hari, setiap sa'at, Dan setiap jam. Kalau mereka melihat ku, tuntutan untuk berpisah dengan Anggeline terus mereka kumandangkan. Begitu terasa sudah kebal telingaku mendengar nya."
"Sejujurnya aku sudah tidak tahan melihat perlakuan mereka pada ku. Tetapi demi memenuhi wasiat kakek, aku terus bertahan terhadap caci makian mereka kepada ku. Segala perlakuan buruk akan ku terima untuk beberapa hari lagi." Jawabku dengan sedikit emosi.
"Tetapi, semakin hari caci makian mereka semakin intens. Bukan hanya menyerang dengan kata-kata, tapi mereka juga menyerang ku secara fisik."
"Dan puncaknya adalah, ketika dengan kedua bola mataku sendiri telah melihat secara nyata bahwa istriku sedang bermesraan dengan laki-laki lain tepat di belakang ku."
"Dan dengan tega juga ia menghinaku, meludahi ku, merendahkan ku, Dan bahkan menyiram ku dengan beberapa minuman beralkohol di kepala ku. Ia juga menamparku di depan laki-laki yang tak seharusnya ia hormati.
"Sebagai laki-laki, aku juga tidak naif, aku sadar, bahwa kalau aku begini terus, nasib ku akan selalu
tertindas oleh mereka, harga diri hilang, bak seperti binatang."
"Cinta telah membuat ku buta akan segala-gala nya."
"Aku berharap dengan terus melayani nya, akan tumbuh benih-benih cinta di hati Anggeline. Tetapi
ternyata dugaan ku selama ini salah."
"Memanfaatkan cinta itu, Anggeline beserta keluarga nya, mempunyai kesempatan untuk menindas ku. Selama menikah dengan nya. Semua perkerjaan rumah di dapat dengan secara gratis melalui
diriku."
"Tapi untuk sekarang, aku sudah membulatkan tekat kuat ku, untuk menyetujui tuntutan mereka untuk bercerai dengan anggel".
"Apa lagi setelah dia menolak ku, di hadapan orang lain, Dan lagi aku sudah melaksanakan amanat dari kakek Robin."
"Jadi tolong, bantu aku Bunngg. Ujar Vino memohon."
"Bagaimana cara nya agar aku bisa membantu mu Vino? aku tidak punya hak apa-apa terhadapmu. Apa lagi kalau berhadapan dengan Nona Anggeline."
"Cukup dengan melalui do'a, Dan memberikan semangat padaku, agar aku tidak semakin terpuruk."
"Vino! kamu adalah laki-laki tangguh yang selama ini aku kenal. Kamu tidak gampang putus asa, tidak gampang menyerah pada keadaan. Itu yang aku tahu selama aku mengenal mu Vinn."
"Ayolah Vinn, Jangan terus tenggelam dalam
kemelut rumah tangga mu. Kuatkan tekat, kalau
kamu benar-benar ingin berpisah dengan Nona
Anggeline, Jangan ragu-ragu lagi.
"Terima kasih ya Bungg, kamu memang sahabat terbaik ku. Jika dalam kesempatan lain, ada
kelonggaran hidup padaku. kamulah orang yang pertama yang akan aku tuju" Vino membatin dari dalam hati.
"Setelah beberapa waktu, mereka berdua pun beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu sembari membayar makanan yang mereka makan
tadi."
Dan kemudian, Bunga pun kembali melanjutkan untuk mencari pekerjaan di berbagai perusahaan. Ia sangat membatin. Siapa tau ada yang membutuhkan
karyawan baru.
Sedangkan Vino langsung pulang kerumah
tempat para keluarga Pak Robin tinggal.
**
Sesampainya di sana. Alangkah terkejut nya dia,begitu sampai. Seluruh keluarga besar istri nya, termasuk kepala keluarga yaitu nenek anggel, sedang duduk di kursi kebesarannya. Dengan wajah tegang, seperti habis marah.
"Seperti nya mereka sedang membicarakan
sesuatu yang sangat penting."
"Itu manusia pecundang nya!!" Teriak salah seorang sepupu Anggeline. Tiara dengan kuat.
"Beraninya kau pulang kerumah ini! Setelah apa
yang kau lakukan kepada Tuan Brayen" Sela Anggeline galak.
"Dasar Pecundang!"
"Kau benar-benar sampah! Yang tidak berguna. Gara-gara kau, kerja sama yang sudah di sepakati dengan Ziqrawa Group jadi hancur berantakan." Teriak ibunya Anggeline.
Tuan Brayen dengan pengaruhnya, telah membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaan Robin, Dan Foo kita. Itu semua gara-gara kau!!" Ujar Tiara tak kalah ketusnya dengan Everly.
Dan lagi, Tuan Brayen berniat menuntutmu ke jalur hukum, karena kau telah melakukan penganiayaa'an terhadap nya." Sambung tiara lagi.
Tapi Nenek menangguhkannya. Asal kau mau menandatangani surat perjanjian dengan Kakek
Anggeline. Celutuk Viola adik Anggeline dngan enteng
nya."
"Kau mirip seperti binatang! Apa kah kau tuli Vino!?" "kenapa kau diam saja!?"
"Semua diam!!!....
"Biar Nenek di sini yang akan memutuskan, apa yang harus di lakukan oleh cucu menantu yang tidak berguna itu!"
"Mulai sekarang! kau tidak lagi tuk di izinkan berada tinggal di rumah ini, kau segera angkat kaki dari keluarga besar ini, kau telah di usir, dan kau tidak lagi di butuhkan di sini!"
"Sekarang tanda tangani surat perjanjian cerai
mu kepada cucuku Anggeline. Kalau kau masih
menolak, kau akan ku jebloskan ke dalam penjara."
Ujar Nenek Anggeline mengancam.
"Setelah Nenek Anggeline selesai mengucapkan
Ultimatum itu, suasana menjadi hening, tidak
ada yang berani bersuara. Mereka semua menunggu, apa yang akan di lakukan oleh Vino, menantu yang gak tidak berguna itu.
Seperti nya sudah tidak ada lagi yang bisa aku
lakukan di sini untuk membela diri." Vino berhenti sejenak, Dan memandang semua yang hadir di sana dengan acuh.
"Kalau itu memang kemauan kalian baik."
Tiba-tiba Vino menghentikan kalimatnya, membuat semua orang yang hadir menjadi geram.
"Cepat katakan! Apa maksudmu bangsat!" Pinta
Tiara dengan ketus.
"Hay...Hay!" Apakah kamu di tidak di ajarkan dengan sopan santun oleh orang tua mu?" Vino berucap sekenanya.
"Bajingan kau Vin! Dasar menantu tidak berguna!" "Enyah kau dari hadapanku!" Bentak Tiara geram.
"Jika aku pergi, bagaimana dengan perjanjian
itu?"
"Kalau aku tidak menandatangani surat persetujuan itu, maka secara otomatis, wanita ****** itu masi menjadi istri sah ku."
Vino berkata seperti itu sambil tertawa, padahal dalam hatinya penuh dengan dendam.
"Dasar pecundang! Siapa yang kau maksut dengan
****** itu bangsat!? Teriak Anggeline marah sambil maju melangkah berniat untuk menampar Vino. Akan tetapi, dengan sergap Vino dapat menangkap telapak tangan Anggeline yang sudah siap mendarat di wajah Vino.
Dan berkata:
"Tangan kotor mu itu, tak akan ku biarkan menyentuh wajah mulia ku ini!" Bentak Vino sambil menghentakkan tangan Anggeline kuat-kuat. Membuat Anggeline terhuyung, Dan terdorong kebelakang hampir jatuh.
"Beraninya kau Vino! Di rumah ku, kau seenaknya main tangan pada seseorang perempuan!" Teriak Nenek Robin murka.
"Nenek Robin yang terhormat," Ujar Vino merubah nama kepala keluarga seenaknya sambil meledek.
"Siapa yang main tangan? Bukan kah kau melihat sendiri, bahwa perempuan ****** ini yang terlebih dahulu ingin menampar ku?" Ujar Vino membela diri.
"Dasar bajingan kau Vino!"
"Lantang sekali kau merubah nama Nenek ku, Seenak perut mu saja!" Teriak Tiara emosi.
""Hoo.. hoo! Ada yang marah ni."
memangnya kenapa? Kalau aku merubah nama orang seenaknya? Bukankah kalian juga bersikap begitu kepada ku? Jadi, Aku rasa itu adalah sesuatu yang adil bukan? Jawab Vino dengan senyuman.
"Kau!" Bentak Tiara semakin geram.
"Kenapa!? Kenapa dengan aku? Kau ingin memukulku? Sini pukul aku, kalau kamu berani?"
Hardik Vino tanpa rasa takut sedikitpun, Dan maju mendekati Tiara dengan suara mengintimidasi. Tiara yang di dekati, spontan melangkah mundur, Dan berlindung di belakang Nenek Anggeline.
"Beraninya kau Vino! Cepat, panggil pengawal! Suruh hajar orang ini!" Teriak Nenek Anggeline tidak bisa menahan diri.
Beberapa anggota keluarga bergegas keluar
memanggil pengawal yang selalu bersiap di
sekitar rumah.
Beberapa saat kemudian, 7 Orang pengawal
keluarga datang. Dengan tubuh tinggi, juga kekar, Dan di iringi tampang yang sangat sangar. Tanpa di komando, dengan sigap mereka pun mengepung Vino.
Kehadiran mereka bukan membuat Vino takut, justru malah membuat Vino merasa geli Dan Tertawa terbahak-bahak. Lalu Vino berkata:
"Haha haha haha..." 7 Cecurut seperti ini, yang
kau sebut pengawal? Ejek Vino meremehkan mereka.
'"Sini maju! Kalau ingin merasakan pukulan mentah ku. Seru Vino memprovokasi mereka.
"Mendapat cemoohan yang merendahkan harga diri mereka. Ke 7 pengawal itu serentak maju dengan pukulannya masing- masing.
Tapiii....
"Buukkk...dezzz... buukkk... plaaakkk..."
Entah kapan Vino terlihat bergerak. Tapi tiba-tiba saja, terlihat ke 7 Orang pengawal itu, terlempar ke segala arah yang berbeda. Dan kemudian berguling-guling di lantai. Ada yang terlempar mengenai dinding, ada yang terlempar mengenai jendela, Dan ada yang sampai pingsan.
Hal tersebut tentu saja membuat semua yang
ada berada di situ merasa sangat terkejut. Setelah melihat Vino, laki-laki yang mereka anggap selama ini adalah laki-laki pecundang, tiba-tiba saja menjadi kuat. Apakah selama ini dia menyembunyikan kekuatan nya?
"Dasar sampah!" "Cuihhhh!" Vino melepaskan kebenciannya kepada ke 7 Pengawal tersebut. Kemudian, ia memandang satu demi satu anggota keluarga yang hadir, Hingga membuat mereka ketakutan, Dan tidak berani bertatap muka pada Vino.
"Selama ini kalian menindasku, menghinaku, mencaci ku, Dan memperlakukan diriku seperti binatang aku diam!" "Karena tu semua aku lakukan atas dasar bentuk rasa cintaku pada wanita ****** itu!"
"Tetapi itu semua tak akan lagi aku lakukan, tak
akan lagi!" "kamu ingat itu baik baik!"
"Sini bawakan surat perjanjian itu pada ku!" "Aku akan dengan senang hati menandatangani nya!"
Ujar vino dengan emosi.
Dengan tergopoh-gopoh, salah seorang anggota keluarga datang, Dan memberikan surat perjanjian cerai itu dengan takut-takut.
Vino merampas surat itu dengan kasar. Sekilas
melihat isinya kemudian berkata:
"Ingat suatu saat nanti, Aku akan membalas
semua perbuatan buruk kalian terhadap ku,
berpuluh-puluh kali lipat dari yang kalian lakukan terhadap ku!"
"Aku akan menghancurkan seluruh keluarga besar kalian!" "Aku akan buat kalian miskin!" "Sampai kalian menjadi pengemis di jalanan!"
Teriak vino sambil menandatangani surat perjanjian itu.
Kemudian di lemparkannya ke wajah Nenek Robin dengan perlakuan yang kasar itu, tentu saja membuat seluruh anggota keluarga menjadi marah, tapi cuma berani dalam hati.
Mereka tidak berani terang-terangan menunjuknya kepada Vino, yang sudah terbukti kekuatan
nya, termasuk juga Nenek Robin, yang duduk di kursi kebesarannya dengan tangan gemetar, menahan marah.
7 Orang Pengawal yang kuat saja, tidak berdaya ketika berhadapan dengan Vino, Apa lagi mereka.?
Tak seorang pun yang berani membantah, atau
menghina Vino lagi seperti tadi. Mereka semua
bungkam, Tidak berani bersuara walau hanya
berbisik, termasuk Nenek Robin sendiri.
Setelah puas melampiaskan kemarahan, Dan
sakit hati yang selama ini di pendamnya. Dengan
percaya diri, Vino melangkah pergi meninggalkan
ruangan pertemuan keluarga Nenek Robin, Lalu
menuju kamar belakang, mengambil pakaiannya yang cuma 3 pasang, yang selama ini di milikinya Dan memasukkannya ke dalam tas nya yang sudah lusuh.
Tidak ada seorang pun yang berani mencegah
nya, mereka terdiam menahan marah.
Tapi setelah Vino pergi, dan terlihat keluar dari pintu gerbang, barulah suara-suara ramai terdengar.
"Dasar Pecundang! Dia kira dirinya siapa!?"
Ujar Nenek Robin melampiaskan kemarahannya yang sedari-tadi ia tahan.
"Tiara! kau cari orang kuat, Yang bisa mengatasi laki-laki bajingan seperti itu!"
"Buat dirinya menjadi cacat! Atau bila perlu bunuh dia!" Teriak Nenek Robin sambil memberi perintah.
"Beres Nek, urusan seperti itu biar Tiara yang
menanganinya sendiri, Tiara memiliki teman, Beberapa di antaranya bukan orang sembarangan, yang akan membasmi laki-laki brengsek seperti Vino itu." Jawab Tiara dengan percaya diri.
Anggota keluarga yang mendengar perintah
Nenek Robin, tentu saja tiba-tiba terkejut. Mereka tidak menyangka, begitu marahnya Nenek kepada Vino.
Menantu lemah yang selama ini mereka hina, telah berani merendahkan kepala keluarga mereka dengan amat sangat lancang. Tentu saja mereka maklum, atas sikap Nenek. Justru mereka malah sangat mendukung akan hal itu, dalam niat untuk membunuh Vino lewat orang lain. Mereka juga sangat marah, apa lagi Anggeline, Setelah mendapat panggilan wanita ****** dari Vino mantan suaminya itu. Seketika itu juga, timbullah niat jahatnya Vino untuk membalas dendam pada keluarga mereka suatu saat nanti. Ibu Anggeline Dan Ayahnya, Juga marah terhadap perlakuan Vino kepada Putrinya. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan karena tidak mampu, tapi yang jelas tidak berani. Setelah mereka melihat kekuatan Vino, yang mampu mengalahkan 7 orang pengawal mereka dengan sangat mudah itu. Saat ini tidak ada yang bisa mereka perbuat, mereka hanya mampu menunggu aksi yang akan di lakukan oleh PEWARIS TAHTA Utama itu.
"Pertemuan kali ini cukup sampai di sini. Hasil
suda di dapat, si Cupu itupun sudah tersingkirkan
dari keluarga kita."
"Maka mulai sekarang, Mari kita bangkit, Dan kita
bangun secara bersama-sama kekuatan yang sebenarnya dari keluarga Robin. Agar ia faham,
siapa orang terkaya di kota ini." Jawab Nenek Anggeline dengan percaya diri.
"Dan untuk kamu Anggeline, Kau dekati Tuan Brayen
itu lagi!" "Sampaikan salam Nenek pada nya. Dan bilang kepada nya juga, Bahwa Nenek ingin mengajak
nya untuk makan malam bersama keluarga kita. Dalam rangka memperingati hari perceraian kau
dengan laki-laki bajingan itu." Ujar Nenek Robin
dengan semangat.
Tak ada satupun anggota keluarga mereka yang
berani menentang akan perkataan Nenek Robin. Mereka semua memandang Anggeline sambil dengan penuh harapan yang sangat cemas.
Tentu saja, karena hidup mati keluarga Robin, ada di tangan Anggeline. Semua tergantung pada usaha Anggeline, Yang akan membuat kerja sama dengan Tuan Brayen, Manejer sumber daya manusia, yang berkuasa di suatu anak perusahaan yang bernama Ziqrawa Group itu.
Saat ini, usaha keluarga mereka sedang mengalami kesulitan keuangan setelah beberapa tender mereka di batalkan secara sepihak oleh Tuan Brayen.
Oleh karena itulah, mereka sangat ngebet sekali untuk
menjodohkan Anggeline dengan Tuan Brayen. Dengan
mengorbankan Vino sang menantu yang tidak
berguna, Dan hanya jadi parasit di keluarga mereka.
Menurut mereka, apa bila Anggeline mempunyai
hubungan khusus dengan Tuan Brayen, maka semua tender yang mereka perjuangkan, akan mudah untuk di dapat kan. Itu menurut pendapat mereka yang bersifat licik Dan tamak.
Setelah semua pembicaraan selesai, Nenek Robin segera beranjak pergi, meninggalkan kursi kebesarannya itu.
Sesaat itu juga, seluruh anggota keluarga besarnya pun juga ikut bubar. Terkecuali Anggeline, Dan kedua orang tuanya tersebut.
"Sekarang kau telah bebas dari laki-laki yang tidak berguna itu, Ibu sangat senang sekali. Akhirnya kau dengan dia segera ingin bercerai, Dan itu tandanya, kehidupan kita akan jauh lebi membaik setelah ia hengkang dari kehidupan keluarga kita. Celutuk ibu Anggeline dengan senang hati.
"Ayah juga ikut senang Buuu, Apa bila Putri kesayangannya Ayah ini terbebas, dari siksaan batin yang selama ini di rasakan nya. Akibat si laki-laki miskin itu." Ujar Ayah Anggeline dengan senangnya.
"Semoga Tiara juga segera mendapatkan orang
yang akan membuat si brengsek itu mendapatkan balasannya" Ujar Ayah Tiara berharap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!