NovelToon NovelToon

CINTAKU BERSEMI DI KOREA...!!

Chapter 3 (Hamil....??)

Ada sesuatu yang kurang di kos, aku belum menemukan Kayla. Entah kemana dia seharian. Aku mengira dia akan ke perpustakaan hari ini, tapi kata Kak Wisnu tadi Kayla ada acara. Aku membuka pintu kamar kos dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur berukuran sedang. Aku membuang napas beberapa kali. Menyesali yang terjadi hari ini.

Kenapa aku harus ke perpustakaan siang tadi? Dan kenapa aku menjawab semua pertanyaan Kak Wisnu? Kali ini tidak hanya namaku yang bakal terpampang jelas di grub Facebook mahasiswa kampus, tapi nama Kak Wisnu juga bakal jadi trend center. Karena penatnya, aku pun tertidur pulas.

Aku terbangun ketika senja telah datang, aku mendapati ada yang tertidur di sampingku. Iya, itu adalah Kayla.

“Kemana saja kau, Kay?” Aku menyapanya sambil mengucek kedua mataku.

“Maaf Rick.” Ia pun mengucek matanya yang juga baru bangun tidur.

“Kenapa kau tidur di sini? Kenapa tidak di kamarmu sendiri?” Aku melihatnya, kini pandanganku sedikit lebih terang walau lampu kamar masih belum dinyalakan. Aku melirik ke jam bekerku sudah pukul 17.35 WIB.

“Tadi aku lihat berita mengenaimu di grub Facebook. Aku berpikir akan menemanimu, tapi ternyata kau justru enak-enakan molor. Sepertinya kau baik-baik saja sekarang, Rick!” ujarnya sambil merenggangkan otot tangannya ke atas.

“Mungkin menurutmu aku baik-baik saja, Kay, tapi jujur aku sedang sedih. Mengapa aku tidak bisa menerima mereka? Ada apa dengan perasaanku ini, Kay? Kenapa aku tidak bisa melupakan Andra? Tapi justru menyakiti mereka yang benar-benar memedulikan aku?” Aku terisak lirih.

Sengaja aku berkata pelan agar penghuni kamar lain tidak mendengarkan percakapan kami.

“Rick, kau tidak salah. Aku mendukungmu. Segala apa yang kau anggap itu yang terbaik. Jika kau menerima mereka, belum tentu mereka juga akan bahagia. Terlebih lagi kau yang pastinya akan terluka. Semoga ada jalanmu menemukan cinta sejatimu. Entah itu Andra atau laki-laki lain di luar sana.” Kayla menatapku dalam-dalam.

Kadang wajahnya tak sesuai dengan nasehat yang ia lontarkan. Wajahnya yang imut dan lucu mampu menghipnotis orang yang sedang bermasalah menjadi mengungkapkan semua perasaan kepadanya. Kami berpelukan, aku dengan bebasnya menangis sesunggukan dalam pelukan sahabat terbaikku itu.

Selesai bebersih diri Kayla mengajakku ke alun-alun kota yang lumayan ramai di malam hari. Lampu-lampu jalan menghiasi malam bagai kunang-kunang yang mematung. Kami sepakat untuk menyantap sate ayam langganan kami yang berada di sebelah utara alun-alun. Baru memasuki kedai sate ayam, tiba-tiba Kayla menarikku keluar.

“Rick… aku nggak sanggup ke tempat ini… huuuek…!” serunya sambil menutup mulut.

“Kau kenapa, Kay? Kau masuk angin? Kita beli obat ya?” Aku mulai panik.

“Tidak… akhir-akhir ini aku sering merasa pusing dan suka mual, Rick, mungkin karena di kampus banyak tugas dan aku kurang tidur belakangan ini,” katanya perlahan.

“Kay, akhir-akhir ini aku juga sering melihatmu pucat, sebaiknya kau periksa deh!” Aku mulai khawatir.

“Kau tenang saja, aku nggak apa-apa kok!” jawabnya diiringi senyuman tipis.

Tak lama kemudian baru selangkah jalan, Kayla tiba-tiba pingsan. Untung di samping alun-alun ada dokter yang masih buka praktek malam. Betapa terkejutnya aku mendengar perkataan dokter itu. Dokter itu bilang kalau Kayla sedang hamil dua bulan.

Bagai disambar petir di malam hari rasanya. Badanku lemas lunglai, mana mungkin sahabat terbaikku yang aku tahu dia belum punya kekasih, bisa tiba-tiba hamil.

Dengan siapa? Kapan? Yah… aku ingat beberapa bulan lalu dia berkenalan dengan salah satu mahasiswa lain jurusan yang dikenalnya lewat grub Facebook, apa mungkin dia orangnya? Apa yang harus aku lakukan? Kayla perlahan menemukan kesadarannya.

Dia terkejut ketika mendapati dirinya yang diinfus di klinik. Aku menunggunya untuk bicara. Tapi ia malah menangis sesunggukan.

“Kay….” Perlahan aku memegang pundak kanannya.

“Rick… apa yang terjadi?” nada bicaranya masih lemah.

“Kau hamil, Kay, dua bulan….” Aku menatapnya dengan ekspresi yang sulit aku gambarkan.

Kayla terdiam dan membuang muka ke berlawanan arah denganku. Aku sangat tahu dan yakin ia menangis saat ini. Aku tahu dia pasti sangat kecewa dengan apa yang menimpanya saat ini.

“Berani berbuat berani bertanggung jawab, Kay, siapa laki-laki itu…?” selidikku. Kayla masih saja membisu. Mungkin pertanyaanku tadi sangat menyinggungnya. Aku menyesal telah bertanya dengan pertanyaan konyol seperti itu.

Aku memegang bahunya, memeluknya yang sedang tiduran di tempat tidur pasien. Perasaannya pasti lebih sakit dibanding dengan perasaanku sekarang. Bagaimana aku bisa tidak tahu betapa gelisah dia belakangan ini? Aku menganggap dia baik-baik saja, ketika beberapa waktu lalu mengeluhkan tak kunjung datang bulan. Kayla juga mengeluhkan nyeri di perut bawahnya. Dia merasa tubuhnya sedikit gemuk dan otot-ototnya sakit sekali. Kenapa aku tidak sepeka itu? Kenapa juga aku bisa tidak mengetahui rahasia besarnya ini? Kenapa dia merahasiakan hubungannya dengan laki-laki itu? Beribu pertanyaan besar muncul dalam benakku tanpa ada keberanianku menanyakan langsung kepada Kayla.

“Please… Ricka, hanya kita yang tahu masalah ini,” suaranya seperti tertahan di kerongkongan.

“Laki-laki itu…,” aku tak berani melanjutkan kalimatku.

“Dia belum tahu…,” ia manahan tangis yang seakan hendak meletus kapan saja.

“Kenapa…?” tanyaku ragu-ragu.

“Karena aku tidak bisa menjawabnya, Rick. Aku hanya takut kehilangannya. Aku takut ia meninggalkan aku.” Kini air mata itu jatuh bebas melewati pipinya yang kemerahan.

Aku semakin erat memeluknya, aku menangis. Menangis meratapi nasib sahabatku yang paling aku sayangi. Bagaimana nasibnya kelak? Bagaimana nasib calon bayi yang ada di perutnya? Apakah punya masa depan yang cerah? Apakah ia akan punya seorang ayah? Semua pertanyaan konyol itu pun langsung memenuhi otakku.

Tak mungkin aku menanyakannya sekarang. Situasi saat ini sedang tidak tepat.

“Kay, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?” Mataku menangkap matanya. Aneh memang meminta suatu permintaan di saat kondisi seperti ini. Kayla hanya menatapku tanpa sanggup menjawabnya. Dia hanya mengangguk ringan.

“Aku minta... tolong jaga dia, tolong rawat dia sebaik-baiknya. Dia makhluk kecil yang suci tanpa dosa!” Aku memegang perut Kayla yang sebenarnya belum terlihat membesar. Tak terasa air mataku menetes deras.

Kayla hanya membalas anggukan kecil dan menggenggam erat tanganku yang berada di atas perutnya. “Rick… terus berada di sisiku ya sampai akhir. Aku takut… takut sekali menghadapi semua ini. Apakah aku mampu…?” suaranya semakin lirih. Aku hanya mengangguk pelan sambil mengusap rambutnya.

Tak lama kemudian, Kayla telah mendapatkan kekuatannya kembali. Kami pulang dengan perasaan yang berbeda dari saat kami berangkat.

“Kay… apa pangeran kecil tidak lapar?” aku bertanya sambil menggodanya berusaha menghiburnya.

“Lapar Tanteeee…” nada suaranya telah kembali seperti Kayla yang aku kenal.

“Haish… dasar tukang makan! Bagaimana kalau kita makan nasi liwet di depan sana?” seruku.

Kayla menggenggam tanganku erat.

“Ayo Tante…!” ujarnya dengan riang.

Di balik riang senyumnya aku tahu perasaan apa yang ada di dalam hatinya. Entah kegilaan apa yang ia lakukan hingga terjebak dengan kesalahan besar dalam hidupnya. Aku masih belum sanggup menanyakannya. Biarlah suatu saat ia mengungkap kebenarannya.

Kayla, sahabatku, ada apa denganmu? Bagaimana kau bisa menghadapi hari esok dengan semua kesalahan ini? Bagaimana masa depanmu? Akankah kau sanggup melanjutkan kuliah lagi? Bagaimana respon ibumu jika ia mengetahui kondisimu saat ini? Hanya kau yang ia miliki, Kayla.

Ibu Kayla adalah seorang wanita karir yang membuka bisnis butik di beberapa wilayah di Jakarta. Tak heran kalau ketertarikannya dengan fashion menular ke anak semata wayangnya yang sekarang mengambil kuliah jurusan Tata Busana. Ayah Kayla sudah lama meninggal saat ia kelas satu SMA. Aku yakin perlahan tapi pasti perutnya akan membesar, lalu bagaimana ia bisa menyembunyikan kekhawatiran itu?

chapter 4 (Siapa...?)

Yang aku takutkan akhirnya terjadi, selang tiga bulan setelah targedi Kayla pingsan di alun-alun, desas-desus tidak enak perlahan muncul. Terutama di grub Facebook kalangan mahasiswa.

Banyak yang memposting kalau mahasiswa dari jurusan Tata Busana yang berinisial ‘K’ sedang hamil dan sedang menjalin hubungan dengan warga negara asing.

Bahkan ada pula yang mempost foto daftar nama pasien yang datang di klinik saat Kayla pingsan dan menyatakan kalau Kayla sedang hamil dua bulan saat itu. Foto Kayla tersebar di wall Facebook. Aku sungguh geram dengan komentar mereka yang menyudutkan Kayla. Bahkan tak sedikit yang membully Kayla. Ada pula gosip mengenai Kayla yang kawin lari dengan suami orang.

Ya ampun, sampai aku malas untuk membuka Facebook karena postingan yang menggelikan itu. Sampai sekarang, aku masih belum bertemu dengan laki-laki yang merupakan ayah dari bayi yang dikandung Kayla.

Hari ini kuliah dimulai pukul 08.00 WIB kebetulan sama dengan jam kuliah Kayla. Aku menunggunya di luar gerbang kos. Sudah lima menit Kayla belum juga keluar. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkulit putih pucat, aku yakin itu bukan orang pribumi.

Ia menggunakan mobil sedan, jaket, topi, dan kacamata yang serba hitam. Ia berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku melihatnya dengan tatapan aneh. Dan aku yakin ia juga menatapku dengan pandangan aneh. Aku hendak menghampirinya dan menanyakan apakah ada yang bisa aku bantu, tapi ia pergi begitu saja. Setelah beberapa saat Kayla baru muncul dari dalam kos.

“Rick, ada apa? Kok kamu melamun pagi-pagi? Kata orang, kalau suka melamun di pagi hari, kau akan dapat jodoh yang rumahnya jauh dari yang pernah kau bayangkan loh!” suara Kayla mengagetkanku.

“Ah! Kau mengagetkanku. Tidak ada apa-apa, Kay. Kau sudah lihat grub Facebook?” Aku membuka layar ponsel sambil mengikutinya berjalan menuju kampus yang memang jaraknya dekat dari kos kami.

“Udah, jangan dipedulikan, itu hanya tulisan saja, kan?” matanya berbinar.

“Apa sampai sekarang ini kau akan merahasiakan identitas laki-laki itu kepadaku, Kay? Aku sahabatmu!”

Aku menundukkan pandanganku, terdapat sekelumit rasa kecewa karena ia masih saja merahasiakan laki-laki misterius itu.

“Aku tidak bermaksud untuk merahasiakannya darimu Rick, tapi belum saatnya. Jika suatu saat nanti aku menemukan saat yang tepat, aku akan mengenalkannya kepadamu.

Soalnya, aku ingin mempertemukan langsung kalian berdua. Dia laki-laki yang super sibuk!” Kayla memanyunkan bibirnya.

“Sesibuk apa sih? Ia bukan mahasiswa?” tanyaku, pandangan kami bertemu.

“Bukanlah... aku paling tidak suka berpacaran dengan kalangan mahasiswa. Kau tahu itu, aku lebih suka laki-laki yang sudah mapan!” Kini pandangannya mendongak ke atas sambil tertawa lepas. Aku tahu, sahabatku ini sedang dibutakan oleh cinta.

“Oh…” hanya itu jawabanku.

Saat ini Kayla sudah terjerumus dalam pacaran ala dewasa yang menjurus ke cinta itu berujung pada kenikmatan dunia belaka.

“Tapi kau janji ya, kalau sudah ada waktu yang tepat, kau akan mempertemukan aku dengannya? Jangan sampai kau melupakan janjimu! Dan juga, ceritakan bagaimana kisah cinta kalian, oke?” Aku mengangkat jari kelingkingku meminta perjanjian dengan Kayla.

Dengan senyuman Kayla menerima jari kelingkingku dengan tanda bahwa ia setuju untuk berjanji sesuai kesepakatan kami. Sampai di gerbang kami berpisah menuju kelas masing-masing. Kayla menuju kelasnya di gedung jurusan Tata Busana sedangkan aku menuju ke kelasku yaitu kelas jurusan Ekonomi.

Chapter 5 (Kepergianmu)

Hari semakin senja. Berat rasanya hari ini. Karena perkuliahan yang super padat. Apalagi tugas menuju akhir semester yang menumpuk. Hari ini selain di kelas, aku menghabiskan waktuku di perpustakaan untuk menyelesaikan sebagian tugas yang akan deadline minggu ini.

Aku berjalan sendiri, kondisi jalanan semakin ramai karena lalu lalang para pekerja dan karyawan yang pulang dari tempatnya mencari rejeki. Aku membuka ponselku. Aku mengetik pesan ke Kayla.

Pangeran kecil lagi pengen apa nih…

mumpung Tante sedang ada di minimarket

Aku send pesan singkat tersebut melalui BBM Kayla. Tapi hanya ceklist saja. Kemudian aku menelponnya dan ternyata nomornya juga tidak aktif.

“Mungkin ponsel Kayla sedang kehabisan baterei,” pikirku.

Aku pun membeli kebutuhanku dan beberapa cokelat untuk Kayla. Aku tahu dia suka sekali cokelat, katanya dengan makan cokelat pikirannya jauh lebih tenang. Aku berjalan melalui gang sempit menuju kamar kosku. Ku dapati kamar Kayla masih gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Tapi aku belum menemukan Kayla. Kamarnya masih terkunci rapat. Lampu dari dalam belum dinyalakan.

Aku berusaha menghubunginya tapi tetap saja nomor tidak aktif. Aku menanyakan salah satu penghuni kos bernama Risa yang kamarnya tepat di samping Kayla.

“Ris, kau tadi ketemu Kayla tidak?” nada bicaraku sedikit panik.

“Ketemu Kak, tadi sekitar jam dua siang Kak Kayla pulang ke kos dengan wajah sedih dan mata sembab seperti habis menangis. Setelah itu dia keluar lagi dan aku belum ketemu lagi sejak saat itu,” jelasnya.

Aku hanya diam, kemudian menyalakan lampu kamarku yang sebelumnya gelap gulita. Pikiranku masih kalut. Aku bingung kemana Kayla pergi. Selain kos ini, dia tidak ada tempat tinggal lain kecuali rumah ibunya yang kurang lebih dua jam dari sini.

Aku berusaha menenangkan diri dan masih menghubungi Kayla via BBM, Whatsapp, Line, Instagram, Path, dan akun media sosial lainnya. Tapi semua hasilnya zonk. Aku bebersih diri dan merebahkan badanku di atas tempat tidur. Meraba-raba tempat tidur di mana kita sering bercanda bersama, menangis bersama, seru-seruan nonton drama Korea bersama. Aku menangis lagi.

Baru beberapa jam aku tak berjumpa dengan Kayla, aku sudah sangat merindukannya. Apakah dia baik-baik saja sekarang? Apakah dia sekarang sedang bersama ibunya? Ataukah bersama laki-laki yang dicintainya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul bergantian dari otakku.

Aku membuka akun Facebook-ku berharap menemukan Facebook Kayla. Tapi hasilnya nihil. Facebook Kayla tutup akun. Sebenarnya ada apa dengan Kayla? Kenapa sama sekali dia tidak mengabarkan apa pun? Facebook, BBM, WA, Path, Line semua tidak aktif.

Aku pun membuka grub Facebook, aku terkejut bukan main, membaca post-post yang semakin gila membully Kayla. Bahkan beberapa foto Kayla dibuat karikatur dengan tulisan-tulisan yang menjijikkan.

Ada sebuah post yang berisi bahwa tadi pagi Kayla juga disindir terang-terangan oleh seorang dosen dan disambut bullyan teman-temannya yang lain. Ya ampun, sungguh kasihan Kayla. Beban yang dia terima sekarang sangatlah berat. Dimana dia harus menerima resiko atas kesalahannya yang tak masuk akal.

Aku berdiri hendak berjalan keluar mencari udara segar, karena aku merasa di kamar udara semakin pengap karena otak panasku membaca postingan yang tidak pantas dibaca itu. Saat aku berdiri tak sengaja aku menjatuhkan sebuah bantal. Di sana aku melihat sebuah amplop biru muda bergambar Doaremon tokoh kartun favorit Kayla.

Perlahan aku membuka amplop itu. Berisi secarik kertas dan kunci kamar. Iya, aku selalu memberi kunci cadangan kamarku kepadanya untuk berjaga-jaga jika aku kelupaan sesuatu dan Kayla lah yang akan mengantarkannya ke kampus. Aku seperti tidak berkekuatan membaca surat itu. Aku takut kalau Kayla pergi dan tidak akan kembali menemuiku. Perlahan aku membaca sebait kata dalam secarik kertas biru muda itu.

Ricka sayang, sudah saatnya aku pergi. Mungkin ini merupakan batas kekuatanku untuk bertahan disisimu. Sudah waktunya aku bertemu dengan kehidupanku yang baru. Terimaksih sudah menjagaku dan pangeran kecil ini. Aku ingat janjiku, jika beberapa waktu ke depan kita dipertemukan kembali. Aku janji akan menceritakanmu semuanya. Apa pun yang kau tanyakan padaku, aku akan menjawabnya dengan senang hati. Maaf tidak bisa berpamitan langsung kepadamu. Karena aku takut, akan muncul keraguan untuk bertahan atau kabur dengan semua kenyataan yang ada. Peluk hangat….

Dari sahabatmu

Kayla

Aku menitikkan air mata seakan tak sanggup mengijinkan kepergiannya. Aku merasa sendirian di muka bumi ini. Bahkan aku merasa kehilangan sahabat lebih sakit dari pada kehilangan cinta. Aku memeluk bantal bersama surat dari Kayla. Menangis, dan terus menangis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!