NovelToon NovelToon

BOBBY'S LIFE STORY

Bab 1. Awal Cerita

Bobby adalah anak pria yang kini baru berusia tiga belas tahun yang adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang hidup di keluarga miskin.

Ayahnya berprofesi sebagai Kuli Bangunan dengan gaji yang hanya bisa mencukupi untuk makan mereka dalam sepekan.

Sedangkan ibu Bobby sudah tidak bisa lagi untuk melakukan pekerjaan untuk bisa menopang perekonomian keluarga mereka, hal itu di sebabkan karena penglihatannya yang sudah terganggu sejak melahirkan anak bungsunya.

Kini Bobby sudah duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, atau juga di kenal dengan Sekolah Menengah Pertama yang kini di sebut dengan Kelas Delapan.

Walau pun parasnya tidak terlalu tampan, tetapi Bobby sangat di sukai oleh teman perempuan sekelasnya, sebab Bobby adalah anak yang baik dan pintar, serta selalu ramah dengan teman - temannya.

Namun Bobby juga anaknya agak pendiam dan pemalu dengan orang - orang yang baru saja di kenalnya.

Tetapi hal yang tidak terduga dari sifat Bobby tersebut adalah, dirinya tidak boleh marah, sebab jika remaja pria itu marah, tingkahnya akan berubah drastis karena emosinya akan meledak - ledak dan bisa melakukan apa saja yang bisa membahayakan orang yang membuat dirinya marah.

Dani adalah kakak kedua dari Bobby, kini Dani sudah tidak bersekolah lagi, sebab Dani sudah putus sekolah saat masih duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar.

Dan karena usianya yang berbeda tiga tahun lebih tua dari Bobby sehingga saat ini Dani sudah mulai bekerja juga sebagai kuli bangunan.

Karena kehidupan yang mereka lalui semenjak kecil sangat keras, sehingga tubuh Dani sudah mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Walau pun keduanya adalah kakak beradik, namun tidak jarang juga keduanya bertengkar hanya karena suatu masalah yang sepeleh.

Dani yang sudah terbiasa bekerja sebagai kuli bangunan itu, tentu saja memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan yang Bobby miliki.

Suatu ketika saat keduanya bertengkar, dagu Bobby terkena tinju Dani dan langsung membuat remaja itu ambruk ke tanah.

Saat Bobby merasa sudah bisa untuk kembali bangkit, remaja itu langsung dengan cepat meraih sebuah parang dan langsung mengayunkannya untuk menebas kearah tubuh Dani.

"Aku bunuh kamu!". Teriak Bobby sambil mengayunkan parang yang sudah berada di tangan kanannya itu.

Untung saja reflex Dani sangat cepat, sehingga dirinya bisa melompat mudur dan lolos dari tebasan parang yang di lancarkan oleh adiknya Bobby.

Tidak hanya sampai di situ saja, akan tetapi Bobby masih tetap melanjutkan serangan untuk menebas kakaknya tersebut.

Dani pun langsung berteriak kepada ibu mereka agar bisa untuk mencegah tindakan adiknya itu.

"Bu...Ibu...! Bobby ingin membunuhKu Bu!". Teriak Dani sambil menghindari tebasan parang yang di ayunkan Bobby.

"Bobby!!! Apa yang kamu lakukan itu!?". Teriak ibu keduanya sambil berjalan meraba mencari posisi dimana tubuh Bobby berada.

Dani pun langsung berlari untuk berlindung di belakang ibunya.

Saat posisi Dani sudah berada di belakang ibunya, Bobby langsung menghentikan tindakannya yang ingin menebas kakaknya tersebut.

"Bobby berhenti...!!! Apa yang kamu lakukan itu, bisa membunuh kakakMu!". Bentak ibunya lagi.

"Tidak...!!! Dia harus ku habisi! Agar dia tidak lagi menganggap remeh diriKu!". Ujar Bobby dengan emosi yang masih meledak - ledak sambil mencari - cari cela agar bisa membacok kakaknya.

Mereka berdua mulai mengitari tubuh ibu mereka.

Saat merasa memiliki kesempatan, Dani pun langsung melarikan diri.

Bobby tidak bisa mengejar kakaknya itu.

Saat merasa jaraknya sudah tidak bisa terkejar oleh adiknya, Dani pun berhenti dan kembali menatap ke arah Bobby.

Karena dirinya merasa tidak bisa lagi untuk mengejar kakaknya itu, Bobby pun langsung berbalik ke rumahnya dan memasuki kamar dimana kamar tersebut di tempati oleh mereka berdua.

Setelah sampai di dalam kamar, Bobby langsung mengambil kaos lengan panjang milik Dani yang baru saja dia beli.

Remaja itu pun kembali keluar dari dalam rumah dan berdiri di halaman rumah mereka sambil menunjukkan kaos milik Dani tersebut dan berkata.

"Jika kamu tidak datang kesini, aku akan mencincang kaosMu ini". Bobby pun langsung menjatuhkan kaos tersebut ke tanah sambil bersiap untuk mencincangnya dengan parang yang masih di genggamannya itu.

Melihat hal tersebut, Dani langsung meneteskan air matanya.

Dia menjadi dilema dengan pilihan yang di berikan oleh adiknya itu.

Di satu sisi, kaos itu baru saja di beli dengan hasil jerih payahnya sendiri.

Tetapi di sisi yang lain, dirinya akan di bacok oleh adiknya itu.

Sehingga Dani pun pasrah dengan kaosnya tersebut.

Setelah melihat Dani tidak juga berniat untuk mendekat, akhirnya Bobby mulai mencincang kaos milik kakaknya tersebut.

Kakaknya hanya bisa menangis melihat apa yang di lakukan oleh adiknya itu.

Sejak kecil memang Dani di kenal sebagai anak yang suka membuat masalah dengan teman - teman sebayanya atau pun anak - anak yang lebih muda darinya.

Sehingga, terkadang banyak teman - teman sebayanya tidak mau untuk bermain lagi dengan Dani karena sifatnya itu.

Dani juga sangat lihai jika bertarung dengan tangan kosong, sehingga dirinya sering juga berkelahi.

Namun dirinya sangat takut jika bertarung dan menggunakan senjata tajam.

Sedangkan Bobby sendiri, walau pun sering berlatih teknik bertarung dari setiap film mandarin yang selalu memperagakan teknik ilmu bela diri yang berasal dari negara mereka, serta teknik bela diri yang berasal dari negara jepang, yaitu teknik yang di tampilkan oleh seorang Ninja, tetapi dirinya sering mengalami kekalahan saat bertarung dengan Dani. Sebab Dani memiliki kelebihan di tinjunya.

Walau pun Dani tidak pernah berlatih tinju, tetapi bobot pukulan tinjunya itu sering membuat lawan - lawannya Knock Out saat terkena pukulannya.

***

Beberapa hari kemudian, seperti biasanya hari itu Bobby berangkat untuk pergi ke sekolah.

Saat sudah tiba di sekolah, Bobby pun mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

Beberapa jam kemudian, Bel sekolah pun berbunyi, pertanda jam istirahat telah tiba.

Semua murid pun mulai keluar dari dalam kelas mereka masing - masing untuk menggunakan waktu istirahat tersebut.

Ada yang langsung ke kantin, ada yang menuju ke perpustakaan sekolah, dan ada juga yang tetap diam di dalam kelas sambil menikmati bekal yang mereka bawah sendiri dari rumah mereka.

Bobby sendiri langsung bergegas pergi ke kantin dengan bermodal uangnya yang hanya bisa untuk membeli tiga buah gorengan saja.

Saat selesai membeli serta memakan gorengan yang di belinya, Bobby pun langsung segera kembali lagi ke dalam kelasnya.

Teman sekampung yang sangat dekat dan sangat akrab dengan Bobby adalah Vence.

Namun keduanya berada di kelas yang berbeda.

Bobby duduk di kelas 2E, sedangkan Vence duduk di kelas 2G.

Sehingga saat sudah berada di sekolah, keduanya hanya bisa bertemu saat jam istirahat telah tiba.

Saat Bobby sedang berada di dalam kelasnya, teman sekelasnya yang juga adalah seorang altlet tinju yang sudah beberapa kali mengikuti pertandingan untuk kejuaraan daerah itu, tidak sengaja menginjak kaki Bobby.

Namun bukannya meminta maaf, melainkan teman sekelasnya itu tersenyum seakan meremehkan Bobby.

Remaja itu pun tidak terima dengan sikap teman sekelasnya itu.

Bobby langsung pergi dan langsung mengajak teman sekelasnya itu untuk bertarung.

"Ternyata kamu juga terlihat seperti sangat meremehkan diriKu yah!? Bagaimana kalau kita bertarung!? Siapa pun yang kalah jangan pernah untuk melapor kepada guru!". Ujar Bobby kepada teman sekelasnya itu.

Karena menganggap remeh Bobby, dengan cepat temannya itu langsung mengiyahkan tantangan Bobby tersebut.

"Siapa takut! Sebutkan, dimana tempatnya untuk kita bertarung!?". Ujar lawan Bobby dengan sangat bersemangat.

"Berani juga dia menantangMu! Apakah dia belum mengetahui siapa diriMu!?". Kata - kata yang langsung keluar dari mulut salah satu teman yang berada di samping Refli.

Menurutnya, untuk mengalahkan Bobby pasti tidak membutuhkan waktu yang lama, sebab dirinya termasuk atlet tinju yang berprestasi di kelasnya.

Bobby langsung memberitahukan tempat untuk keduanya melakukan pertarungan.

"Mari kita pergi ke area kebelakang sekolah, agar para guru tidak bisa mengetahuinya". Ujar Bobby sambil berjalan menuju ke tempat yang dia maksudkan.

Teman yang menjadi lawannya itu bersama teman - teman yang lain langsung mengikuti Bobby dari belakang sambil berkata.

"Ref! Boleh berapa ronde kemampuanMu untuk bisa menjatuhkannya!?". Tanya salah satu temannya sambil tersenyum.

"Kalian lihat saja, bagaimana aku akan mempermalukan dirinya". Tutur Refli yang menanggapi pertanyaan salah satu temannya itu.

~Bersambung~

Bab 2. Kejadian Di Sekolah

Akhirnya mereka tiba di tempat yang mereka tuju.

Bobby langsung bersiap untuk bertarung walau pun dirinya terlihat sangat santai.

Sedangkan Refli langsung tersenyum dan bersiap dengan gaya bertinjunya yang sering dia gunakan saat mengikuti pertandingan resmi.

Bobby yang sudah mengetahui kemampuan dari Refli sudah bersiap dengan serangan terampuh miliknya.

Teman - teman yang lain langsung berdiri dengan posisi melingkari kedua teman mereka itu yang akan bertarung.

Karena menurut mereka, Refli pasti akan mempermainkan Bobby saat bertarung nanti, dan itu akan sangat terlihat keren.

"Bagaimana? Apakah kamu sudah siap!?". Tanya Refli sambil tersenyum menyeringai menatap ke arah Bobby.

Bobby hanya tersenyum penuh makna menanggapi perkataan lawannya tersebut.

Refli pun langsung mendekat dengan gaya bertinju Swamer atau fighter.

Namun remaja itu tidak pernah berpikir bagaimana cara Bobby untuk menanganinya.

Saat jarak tubuh Refli sudah berada di dalam jangkauan serangan Bobby, remaja itu langsung mengangkat kakinya dan menendang kearah dagu lawannya itu.

Tendangan Bobby pun tidak bisa di antisipasi oleh Refli yang terlalu menganggap remeh dirinya.

Setelah tendangan Bobby mengenai dagu Refli, tubuh remaja itu langsung terangkat sedikit ke atas udara dan langsung tumbang ke atas tanah dengan posisi kepala bagian belakangnya yang membentur ke tanah terlebih dahulu.

Refli tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi kepada dirinya.

Kesadaran remaja yang menjadi lawan Bobby pun menghilang, semua murid yang ada di tempat itu langsung menjadi takut dengan apa yang telah terjadi.

Teman - teman yang awalnya bersama dan terus mendukung Refli, kini mereka semua langsung meninggalkan tempat itu.

Di tempat itu kini hanya tersisa Refli dengan posisi tubuh yang terbaring di tanah dalam keadaan tidak sadarkan diri dan juga Bobby yang sedang menatapnya.

Setelah beberapa saat menunggu, dan Refli tidak kunjung sadarkan diri, akhirnya Bobby langsung mengangkat tubuh lawannya itu dan membawanya ke ruang UKS.

Sebagian besar murid di sekolah yang melihat apa yang di lakukan oleh Bobby itu langsung mendekatinya dan melontarkan beberapa pertanyaan tentang apa yang mereka lihat itu.

"Kenapa Bobby membopong Refli!?".

"Apa yang telah terjadi dengan Refli!?".

"Apakah Refli sedang sakit!?".

Kata - kata yang keluar dari mulut murid - murid di sekolah itu saat melihat Bobby sedang membopong Refli seperti seorang anak kecil di kedua tangannya.

Beberapa saat kemudian akhirnya Bobby tiba di depan pintu ruangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Bobby pun langsung memasuki ruangan tersebut dan langsung di sambut dengan tatapan beberapa pasang mata kearahnya.

Beberapa guru yang sedang berada di dalam ruangan tersebut langsung tersentak saat melihat Bobby yang sedang membopong Refli memasuki ruangan tersebut.

"Kenapa dengan dia!?". Tanya salah satu guru yang ada di dalam ruangan itu.

"Refli tadi terjatuh dengan kepala bagian belakangnya yang terlebih dahulu membentur tanah." Jawab Bobby dengan nada suara seperti tidak bersalah.

"Aduh! Bagaimana ini!? Kita harus membawanya ke rumah sakit! Takutnya bisa terjadi apa - apa dengannya!." Ujar seorang guru lagi dengan nada suara yang ketakutan.

Seorang guru lagi kini sedang memberikan aroma minyak kayu putih untuk di hirup oleh Refli.

Saat yang lain sudah memutuskan untuk membawa Refli ke rumah sakit, tubuh remaja itu kini mulai bergerak dan membuka matanya perlahan - lahan.

"Ada dimana aku ini!?". Kata - kata yang keluar dari mulut Refli saat sudah siuman.

"Kamu ada di ruangan UKS". Jawab seorang guru.

"Kenapa aku bisa berada disini!?". Tanya Refli lagi.

"Kamu tadi terjatuh dan pingsan, sehingga Bobby langsung membawaMu kemari". Jawab guru itu lagi.

Saat mendengar bahwa Bobby yang membawanya ke ruangan itu, Refli kini sudah bisa mengingat apa yang terjadi dengan dirinya itu.

Remaja itu pun kini berniat untuk bangun dan beranjak pergi dari tempat itu.

Namun guru - guru yang berada di ruangan itu menyuruhnya untuk beristirahat terlebih dahulu sambil bertanya tentang apa yang Refli rasakan di kepalanya.

Sedangkan Bobby, saat dirinya melihat Refli mulai siuman, remaja itu langsung pergi dari tempat itu dan kembali menuju ke kelasnya.

Saat sudah tiba di depan pintu ruangan kelasnya, semua pasang mata yang ada di dalam ruang kelas tersebut langsung menatap kearahnya dengan berbagai macam ekspresi di wajah mereka.

Karena saat itu kegiatan belajar mengajar telah di mulai, sehingga kini meja yang berada di depan ruangan kelas itu sudah ada seorang guru yang menempatinya.

Guru tersebut langsung menyambut kedatangan Bobby dengan pertanyaannya.

"Bagaimana keadaan Refli? Apakah sudah siuman!?". Tanya guru itu dengan nada suara yang penasaran.

"Iya bu guru! Refli sudah siuman dan kini masih beristirahat di ruangan UKS". Jawab Bobby santai dan masih tetap berdiri di pintu masuk ruang kelas tersebut.

"Kalau begitu kamu masuk dan duduklah, agar bisa mengikuti materi yang ibu berikan!". Ujar guru perempuan tersebut.

Mendengar perkataan gurunya, Bobby langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang kelasnya dan langsung duduk seraya meraih buku dan juga pena miliknya.

Kegiatan belajar mengajar pada hari itu pun selesai, murid - murid kini mulai keluar dari ruang kelas mereka masing - masing.

Refli yang sudah kembali ke ruang kelasnya langsung beranjak pergi.

Sedangkan Bobby sendiri, masih tetap duduk di dalam ruang kelasnya.

Setelah beberapa saat, Vence pun tiba di depan ruang kelas Bobby.

Remaja itu langsung bertanya kepada seorang teman sekelas Bobby.

"Apakah Bobby belum pulang!?".

"Iya! Dia masih berada di dalam kelas". Jawab teman sekelas Bobby.

"Terima kasih yah!?". Balas Vence dan langsung melangkahkan kakinya untuk menemui Bobby.

Saat Vence melihat Bobby, remaja itu langsung meneriakinya.

"Woi! Tadi itu kenapa!?." Tanya Vence saat sudah berada di dekat Bobby.

"Maksudnya, apa yang kamu tanyakan ini!?." tanya Bobby.

"Katanya kamu tadi membawa teman sekelasMu ke ruangan UKS! Apa benar seperti itu!?." tanya Vence lagi.

"Oh itu!? iya, benar seperti itu!." Jawab Bobby santai.

"kenapa dengan dia!?." Tanya Vence lagi.

"Begini! Tadi saat istirahat, aku mengundangnya untuk duel dan dia menyetujuinya...jadi kita melakukan duel di lokasi belakang dari gedung ini".

"Saat sudah bersiap untuk duel, dia dengan cepat ingin memukul diriKu, jadi aku mengangkat kakiKu dan menendang dagunya hingga dia terjatuh".

Ujar Bobby menjelaskan apa yang terjadi.

"Aku dengar - dengar dari teman sekelasKu, Refli itu adalah petinju yang sudah beberapa kali mengikuti kompetisi kejuaraan daerah, serta sudah beberapa kali meraih juara satu, apakah benar begitu!?." Ujar Vence yang ingin memastikan kebenarannya kepada Bobby.

Bobby pun langsung menjawabnya.

"Iya! Memang benar seperti itu! Tetapi karena dia terlalu meremehkanKu, sehingga dia tidak bisa mengantisipasi tendangan kakiKu". Jawab Bobby lagi sambil bangkit berdiri.

"Ayo kita pulang!."

Bobby langsung mengajak Vence untuk segera pergi.

Saat keduanya sudah berjalan sejauh beberapa ratus meter meninggalkan erea sekolah, keduanya langsung melihat sekelompok siswa di sekolah yang sama dengan keduanya sedang duduk di pinggiran jalan.

Saat kelompok tersebut melihat kemunculan Bobby dan Vence, terlihat mereka langsung bereaksi seperti sudah menunggu kehadiran kedua orang remaja itu.

Melihat reaksi kelompok tersebut, Bobby langsung mengingatkan kepada Vence bahwa kelompok itu akan membuat masalah kepada mereka berdua.

Oleh karena itu, keduanya harus bersiap untuk menghadapi hal itu.

Vence pun langsung menganggukkan kepalanya saat di ingatkan oleh Bobby.

~Bersambung~

Bab 3. Pembalasan Bobby

Saat Bobby dan Vence sudah berada tepat di depan kelompok tersebut, kelompok yang awalnya sedang duduk tersebut langsung berdiri dan mengurung keduanya.

Perkelahian pun terjadi.

Vence yang memiliki kecepatan bertarung dengan menggunakan kakinya sama seperti kemampuan yang di miliki oleh Bobby langsung melakukan beberapa tendangan ke arah beberapa orang.

Hal yang sama juga yang di lakukan oleh Bobby.

Kedua remaja itu di keroyok oleh belasan remaja yang adalah sesama murid - murid kelas dua dan juga kakak kelas mereka yang duduk di kelas tiga dari sekolah yang sama.

Karena pertarungan yang di lakukan oleh keduanya sangat tidak berimbang, sehingga tubuh kedua remaja itu kini sudah terbaring di tanah dengan keadaan yang babak belur karena di hajar oleh belasan orang lawan mereka itu.

Untung saja pengeroyokan itu di hentikan oleh beberapa orang tua dan juga para pemuda yang melewati jalan tersebut.

Jika tidak, sudah bisa di pastikan nasib keduanya akan berakhir dengan sangat tragis.

Kedua remaja itu pun langsung berdiri dan langsung melanjutkan perjalanan mereka untuk pulang ke rumah.

Saat di tengah perjalanan, Bobby langsung berkata kepada Vence.

"Ven! Besok aku akan membalas satu persatu kepada mereka semua."

"Kamu tetap melanjutkan saja sekolahMu!."

Kata - kata yang keluar dari mulut Bobby dengan penuh amarah.

"Bagaimana caraMu untuk membalaskan perlakuan mereka itu!?." Tanya Vence penasaran.

"Besok aku akan datang kesekolah lebih awal dan aku akan mendatangi mereka satu persatu dan memukulnya saat bertemu nanti." Tutur Bobby dengan tekat yang sudah bulat.

"Aku sudah memikirkan sanksi yang akan aku terima nanti setelah melakukan hal itu." Lanjut Bobby lagi.

Mendengar hal itu, Vence hanya menganggukkan kepalanya menyetujui rencana Bobby tersebut.

Keduanya terus berjalan sambil berbincang - bincang hingga berpisah untuk menuju ke rumah mereka masing - masing.

Memang jarak dari rumah mereka sampai di sekolah berkisar dua kilo meter.

Sehingga saat pulang dari sekolah, mereka berdua selalu berjalan kaki untuk bisa sampai ke rumah.

Saat sampai di rumahnya, Bobby langsung mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian yang biasa di pakainya saat sudah berada di rumah.

Remaja itu pun kemudian mulai merencanakan serta berpikir bagaimana teknik pukulan yang akan di gunakannya untuk mengalahkan mereka hanya dengan satu serangan saja.

Tidak hanya itu saja, remaja itu juga kini menyiapkan sebilah pisau untuk mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi di luar rencananya itu.

Bobby pun mulai mengingat serta mempraktekkan teknik - teknik pukulan yang dia peroleh dari setiap film aksi yang pernah di tontonnya.

Teknik pukulan tersebut untuk di gunakan saat menyerang tempat - tempat yang sangat berbahaya di tubuh manusia, yaitu di bagian leher, ulu hati dan juga ******** lawan.

Semua itu telah di pikirkan oleh Bobby.

Saat yang dia nantikan pun tiba.

Bobby kini sudah tiba di sekolah saat pintu gerbang sekolah masih tertutup karena masih satu jam lebih lagi hingga kegiatan belajar mengajar akan di mulai.

Petugas keamanan sekolah pun kini membukakan gerbang sekolah tersebut.

Bobby dan juga beberapa murid yang mendapatkan tugas kebersihan di kelas mereka masing - masing langsung memasuki area sekolah.

Di antara murid - murid yang ada, Bobby tidak melihat salah satu dari targetnya.

Remaja itu mulai mengawasi setiap murid - murid yang memasuki area sekolah tersebut, agar dirinya bisa melihat dan mengetahui jika targetnya sudah memasuki area sekolah.

Remaja itu pun kini dapat mengenali seorang murid yang baru saja memasuki pintu gerbang sekolah itu.

Siswa itu adalah murid kelas dua yang duduk di kelas yang berbeda dengannya.

Bobby langsung bergerak dari tempatnya berada.

Remaja itu langsung menuju ke kelas targetnya itu sambil bersembunyi agar tidak di lihat oleh siswa tersebut.

Saat siswa itu sudah dekat dengannya, Bobby langsung muncul di depan remaja itu dan langsung menyerangnya dengan serangan tangan kanannya, dengan posisi jari - jari tangan yang terbuka dan langsung menebas leher tergetnya dari samping.

Remaja yang menjadi targetnya itu tidak sempat untuk melakukan perlawanan atau pun menghindari serangan Bobby itu.

Tubuh siswa laki - laki itu langsung roboh tak sadarkan diri.

Bobby pun dengan cepat langsung meninggalkan tempat itu.

Tidak ada siswa lain yang melihat apa yang di lakukan oleh Bobby tersebut.

Bobby pun kembali ke tempat awal untuk mengawasi lagi targetnya yang lain.

Dan saat dirinya baru saja tiba di tempatnya semula, remaja itu langsung melihat salah satu kakak kelasnya yang juga terlibat dalam pengeroyokan yang dia alami.

Bobby langsung bergegas mengikuti kakak kelasnya itu.

Dengan cepat Bobby sudah berada tepat di belakang targetnya tersebut.

Remaja itu pun langsung menarik bahu seniornya itu dan langsung menghajarnya dengan serangan yang sama seperti yang dia lakukan kepada target sebelumnya.

Tubuh seniornya itu langsung ambruk ke tanah.

Tindakan Bobby itu tidak ada juga yang melihatnya, sehingga remaja itu dengan cepat langsung meninggalkan tempat itu.

Sesaat kemudian, kegemparan pun mulai terjadi di dalam lingkungan sekolah itu.

Beberapa teriakan histeris dari siswi di sekolah itu terdengar saat mereka melihat seorang teman sekelas mereka saat ini sedang terbaring di tanah dan tidak sadarkan diri.

Karena masih sedikit siswa laki - laki yang tiba di sekolah, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk mengangkat tubuh siswa yang pingsan itu agar bisa di bawakan ke ruang UKS.

Bobby pun masih dengan kesibukan yang sama, yaitu kembali mengawasi gerbang sekolahnya.

Remaja itu pun kini melihat seorang siswa kelas tiga yang paling di takuti oleh para siswa pria di sekolah itu.

Kesombongan pun terpampang di wajah remaja itu saat memasuki area sekolah.

Dia tidak pernah menyangka jika dirinya saat ini sedang di awasi oleh seseorang yang ingin menghajarnya.

Bobby langsung mengikuti seniornya itu dari belakang secara diam - diam.

Namun tindakannya itu di sadari oleh targetnya.

Seniornya itu langsung membalikkan badannya dan melihat ke belakang.

Remaja itu sangat terkejut saat melihat orang yang di keroyok dan pukulinya kemarin, kini sedang mengikutinya.

"Apa mauMu!?." Tanya siswa yang di buntuti oleh Bobby.

"Aku ingin menghajarMu!." Jawab Bobby sambil menyerang remaja di depannya itu.

Karena tinggi badan targetnya itu lebih tinggi darinya, serangan Bobby tidak mengenai titik yang di tujunya.

Tangan Bobby hanya mengenai bahu seniornya itu.

Seniornya itu langsung membalas serangan Bobby itu dengan tinjunya.

Bobby langsung menghidar kesamping kiri dan langsung menyerang juga ulu hati lawannya dengan kepalan tangan kanannya.

Pukulan tinjunya tepat mengenai sasaran.

"Uhuk!". Suara yang secara spontan keluar dari mulut seniornya itu sambil tertunduk menahan sakit di perutnya itu.

Tidak hanya itu saja, Bobby juga langsung melanjutkan serangannya dengan menyerang bagian belakang kepala seniornya itu dengan siku tangan kanannya.

Saat mengenai belakang kepala, tubuh seniornya itu langsung terjerembab ke tanah.

Kejadian itu di saksikan oleh beberapa orang siswa dan langsung melaporkannya kepada guru mereka.

Beberapa guru yang sudah ada di sekolah langsung memanggil sekuriti di sekolah itu dan langsung menuju ke tempat dimana Bobby dan seniornya itu berada.

Saat mereka sampai, tubuh seniornya sudah dalam keadaan tertelungkup dan sedang di tendang oleh Bobby di bagian wajahnya.

Beberapa guru dan juga seorang sekuriti langsung meneriaki Bobby.

"Bobby! Berhenti! Kamu bisa membunuhnya!."

Remaja itu tidak menghentikan tindakannya tersebut, Bobby tetap menendang wajah seniornya itu.

Sekuriti langsung mendekati Bobby dan bermaksud untuk menangkap serta melumpuhkannya.

Namun remaja itu langsung berbalik dan menyerang sekuriti tersebut dengan tinjunya yang mengarah ke dagu.

Untung saja sekuriti itu telah berlatih seni bela diri dari negara Thailand, sehingga dirinya bisa menangkis serangan Bobby tersebut.

Remaja itu langsung berlari menuju ke arah pintu gerbang sekolah untuk melarikan diri.

Sekuriti pun pergi untuk mengejarnya.

Sedangkan beberapa guru yang ada langsung mengangkat tubuh siswa laki - laki itu dan langsung membawanya ke ruang UKS.

Kini sudah ada tiga orang siswa yang dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Para guru tersebut karena panik langsung berpikir membawa ke tiganya ke rumah sakit.

Namun sebelum mereka melakukan hal itu, seorang guru mata pelajaran matematika yang ahli dalam ilmu bela diri karate tenaga dalam yang baru saja tiba, langsung memeriksa kondisi ke tiga siswa itu satu persatu.

~Bersambung~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!