NovelToon NovelToon

TDM II : Rise Of The Demon Emperor

Pengenalan

Re:Life.

Sebuah game Full Dive VRMMORPG pertama yang bisa mereplikasi secara sempurna dunia nyata. Tak hanya itu, dunia virtual ini juga dihuni oleh para NPC yang memiliki kecerdasan buatan yang tak kalah dengan kecerdasan para pemain.

Sebuah dunia virtual yang begitu dinamis dan juga luas ini menanti seluruh pemain untuk menjelajahinya.

Tak hanya sebuah keseruan dalam dunia permainan, Re:Life juga membuka kesempatan yang sangat besar untuk mencari penghidupan dari dunia virtual itu.

Sebagian besar pemain yang mumpuni bahkan bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan juta Rupiah setiap bulannya dengan 'bekerja' secara Full Time di dunia Re:Life.

Beberapa diantara mereka memilih pekerjaan dengan jaminan keuntungan yang besar seperti pengrajin, penempa dan juga alkemis.

Beberapa pemain yang lain ada yang memutuskan untuk menguji keberuntungan mereka dengan menjadi seorang penambang ataupun petualang. Meskipun biasanya mendapatkan barang atau temuan tak berharga, beberapa pemain pernah memperoleh Jackpot dengan menambang sebuah Mana Steel yang seharga ratusan juta rupiah.

Sementara itu, pemain yang memang sangat ahli dalam pertarungan akan memutuskan untuk memburu para monster. Hasil buruan mereka yang berupa Drop Item itu dapat mereka jual untuk memperoleh keuntungan.

Semakin sulit dan kuat monster yang mereka buru, tentunya akan semakin besar juga keuntungan yang akan mereka peroleh.

Bagaimana cara para pemain memperoleh uang di dunia nyata?

Para pemain yang telah bekerja dengan baik di dalam dunia game dapat menukarkan mata uang game yang berupa koin emas, perak dan perunggu kepada kantor resmi Re:Life.

Setiap 1 koin emas memiliki nilai sebesar 10 USD atau setara dengan Rp. 100.000 sebelum dipotong dengan pajak.

Tentu saja hal itu sangatlah luarbiasa bagi para pemain yang memang ingin mencari penghidupan dari dalam game.

Termasuk juga Eric.

Seorang pemain yang berasal dari Indonesia itu memulai permainannya sejak SMA sebagai seorang penambang di Pegunungan Alpa, wilayah Kerajaan Farna di dunia virtual itu.

Dengan bekal kecerdasan yang tak terlalu tinggi dan juga kesialan yang cukup besar, Eric hanya memperoleh bijih besi dan juga batuan tak berharga setiap harinya.

Meski bermain selama 3 jam setiap hari, atau setara dengan 30 jam di dunia game karena percepatan dunia sebesar 10x lipat itu, Eric hanya bisa menghasilkan uang sebesar 3.000 hingga 5.000 Rupiah setiap harinya. Sebuah angka yang sangat rendah hingga ke titik dimana sangatlah sia-sia memainkan game itu demi mencari uang.

Orangtuanya pun selalu memarahinya setiap hari karena kebiasaan buruknya itu. Setiap hari hanya memainkan game dan memperoleh nilai yang buruk ketika ujian.

Pada akhirnya, Eric lulus dengan nilai terendah di sekolahnya. Bahkan salah satu yang paling rendah di Yogyakarta.

Meski begitu, Ia tetap bisa bekerja sebagai seorang kasir pada minimarket DoinMart berkat koneksi orang dalam yaitu bantuan Ayahnya.

Kehidupan yang biasa pun terus berlanjut selama beberapa bulan. Eric menyerahkan sebagian besar gajinya untuk membantu sekolah adiknya. Sebagai gantinya, Ia memperoleh hak untuk bermain sepuas hatinya.

Semua berjalan seperti sebagian besar anak lulusan SMA pada umumnya.

Hingga suatu hari....

Eric memperoleh sebuah buku kuno [Summoner] yang mengubah kehidupannya dengan drastis.

Dengan perjuangan yang keras serta berbagai hambatan yang menghalanginya... kini Eric, setelah berjuang keras selama lebih dari 2 tahun, telah berdiri sebagai salah satu orang paling berpengaruh dan juga paling kaya di Indonesia.

Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Eric, Ia selalu menegaskan satu hal.

"Kehidupan ditentukan oleh dua hal. Kerja keras dan kemampuan untuk memanfaatkan keberuntungan. Jika bisa memperoleh salah satu dari dua hal itu, kalian pasti akan sukses. Jika memperoleh keduanya...."

Eric nampak menjeda perkataannya ketika di wawancarai oleh puluhan wartawan itu. Setelah beberapa saat mengatur pernafasannya, Ia mulai melanjutkannya.

"Aku sangat yakin bahwa siapapun yang bisa memperoleh keduanya akan berdiri jauh di atasku dari segala bidang. Itu karena aku adalah salah satu orang terbodoh di Kota ku dulu berdasarkan nilai ujian."

Meski berbicara seperti itu, tak ada satu orang pun yang mau menerima kebenarannya. Sebuah kebenaran sederhana dimana Eric hanyalah orang biasa sama seperti semua orang di usianya.

Ia hanya beruntung karena menemukan kekuatan sebesar itu di dunia virtual.

Meskipun, keberuntungan itu diikuti dengan kerja kerasnya sehingga bisa mencapai titik ini.

Tentu saja, Eric menyadari bahwa banyak sekali orang yang tak seberuntung dirinya. Oleh karena itu, semenjak kemenangannya pada Kompetisi Internasional yang di adakan di Russia beberapa hari sebelumnya, Eric memutuskan untuk mendirikan Grandia Uplift.

Sebuah organisasi yang memiliki fokus utama untuk memberikan 'keberuntungan' itu kepada orang lain.

Yaitu dengan cara memberikan edukasi mengenai bisnis, cara mengembangkan usaha, manajemen tenaga kerja dan lain sebagainya. Termasuk juga bantuan modal yang sangat besar kepada siapapun yang memiliki performa dan kemampuan tinggi sesuai dengan hal pertama yang disebutkan oleh Eric yaitu 'kerja keras'.

...2 Agustus 2074...

"Mengapa Anda membuang-buang uang sebanyak itu untuk orang asing? Bisakah Anda menjelaskan mengenai alasan dibalik pendirian Grandia Uplift beberapa saat yang lalu?"

Mendengar pertanyaan itu, Eric mulai menyipitkan matanya dan melihat ke arah wartawan wanita itu dengan tatapan yang sedikit kesal.

"Membuang-buang uang, kau bilang? Sayang sekali bagimu mengaggap bahwa membantu orang lain adalah sebuah tindakan untuk membuang uang."

Pada akhirnya, Eric mengacuhkan wartawan itu selama sesi tanya jawab dengan puluhan wartawan lainnya.

Tindakannya pada saat itu mempertegas sosok Eric yang memiliki rasa kepedulian tinggi kepada sesama. Semua itu dikarenakan oleh sebuah alasan yang sangat sederhana.

"Aku pernah berada di posisi yang sama seperti mereka. Membutuhkan keberuntungan untuk bisa menyelamatkan adikku. Hutang yang begitu besar yang jelas takkan mungkin bisa diselesaikan hanya dengan kerja keras.

Oleh karena itu, aku hanya ingin menjadi 'keberuntungan' bagi semua orang yang ada di sisiku. Tentu saja, hanya mereka yang mau bekerja keras saja. Aku sama sekali tak melayani seorang pengemis yang hanya memohon untuk diberi keberuntungan tanpa melakukan apapun."

Sosok Eric seperti itulah yang sangat dikagumi dan diidolakan oleh banyak orang. Sebuah sikap yang cukup jarang ditunjukkan oleh konglomerat lainnya.

Meski begitu, semua itu bukanlah niat utama Eric.

Di dalam hatinya yang paling dalam, Eric hanya bisa berteriak.

'Bagaimana aku bisa mengucapkan kata-kata bijak seperti itu?! Bukankah aku hanya bingung mengenai cara untuk menghabiskan 13.7 Triliun Rupiah yang ku peroleh sebagai pemenang pada kompetisi sebelumnya?! Jujur saja aku tak menyangka bahwa angka itu terlalu besar untuk diriku!'

Meski berbicara seperti itu dalam hatinya, Eric tetap menjaga ketenangannya selama menjalani sesi wawancara itu.

...***...

...[Author's Note]...

Dan begitulah, kisah singkat mengenai seorang bocah SMA yang berubah menjadi salah seorang konglomerat yang paling disegani di Asia Tenggara.

Sebuah kisah....

Yang telah dibahas seluruhnya pada buku sebelumnya yaitu The Dungeon Master.

Tak ada paksaan untuk membaca buku pertama kisah mengenai Eric. Tapi jika ingin mengetahui bagaimana perjuangannya hingga menjadi dirinya yang saat ini, membaca buku itu adalah hal yang cukup menghibur.

Tapi sebaik mungkin, saya sebagai Author akan berjuang sebaik mungkin agar buku kedua ini bisa diikuti oleh pembaca baru yang ingin langsung membaca dari Arc ke 3.

Akhir kata....

Terimakasih banyak atas dukungannya, wahai para pembaca budiman.

Chapter 281 - Raja Iblis Kuno

...Dunia Manifestasi...

...Dungeon Penghakiman...

Di dalam sebuah Dungeon yang hanya memiliki satu ruangan dengan bentuk kubus dan ukuran 10 meter di tiap sisinya itu, terlihat sosok dua orang Pria yang sedang berhadapan satu sama lain.

Di sisi Selatan adalah Eric yang telah berasimilasi dengan Slime dan juga Asmodeus, sang Primordial Vampire. Penampilannya yang saat ini cukup mengesankan.

Dengan rambut hitamnya yang agak acak-acakan, mata merahnya yang menyala, taring tajam dan juga telinga yang agak runcing itu menambah kengeriannya. Terlebih lagi, semenjak berasimilasi dengan Slime, Eric mampu melakukan regenerasi tingkat tinggi dengan sangat cepat.

Sedangkan di sisi Utara adalah sosok seorang Raja Iblis yang berhasil bangkit dengan sempurna. Tak hanya itu, Ia telah berhasil menyerap kekuatan cahaya dari dua Dewi sekaligus, membuatnya menjadi satu-satunya Heavenly Demon yang pernah ada.

Penampilannya sangatlah mengerikan dengan rambut hitam panjang yang terurai, lalu tato yang menyerupai alur aneh di seluruh tubuhnya. Ia sama sekali tak mengenakan zirah. Hanya jubah hitam panjang beserta celana kain hitam yang sudah robek di beberapa sisi.

Meski begitu, Ia memiliki tiga buah artifak yang dibuat oleh Arroth, sang Naga Api Kuno. Tiga buah artifak itu berupa anting mithril yang berwarna putih cerah, gelang emas dengan Mana Steel sebagai bahan utamanya, serta sebuah sabuk perak.

Kekuatan tiga buah artifak itu setara dengan Item tempaan Dewa. Dengan tingkat mencapai [Mythical] membuat penggunanya memperoleh kekuatan mahadahsyat hanya dengan memakainya saja.

Walaupun menghadapi lawan yang sekuat dan semengerikan itu, Eric masih terus maju.

'Tap!'

Pada saat jarak yang memisahkan antara mereka berdua hanya tersisa 2 meter saja, Eric dengan segera memperpendek jarak antara dirinya dengan Abaddon.

'Sreeeet!'

Ia mengarahkan tongkat sihirnya yang telah memiliki tiga buah lingkaran sihir berwarna merah itu tepat di dada Abaddon. Sebuah skill [Amplification] yang memperkuat skill yang diinginkan sebesar 2x lipat untuk setiap lingkaran sihir yang dibuat.

Dengan kata lain....

"Incineration!"

Semburan api yang keluar dari ujung tongkat sihir Eric itu memiliki kekuatan sebesar 8 kali lipat. Tak hanya kekuatannya, tapi ukurannya juga menjadi 8 kali lipat lebih besar sehingga membuat separuh ruangan berbentuk kubus ini dipenuhi dengan api.

Meski begitu....

[Anda telah memberikan 39 damage!]

[Anda telah memberikan 47 damage!]

[Anda telah .... ]

Notifikasi yang muncul tiap seperempat detik itu sama sekali tak membahagiakan.

'Cih! Pertahanannya sekuat itu?!' Pikir Eric dalam hatinya.

Ia dengan segera melompat ke belakang untuk menjaga jarak. Tapi semua itu sudah terlambat.

"Lambat sekali! Penyihir!" Teriak Abaddon sambil menarik tangan kiri Eric.

Tanpa Ampun, Abaddon dengan segera melayangkan pukulan telaknya ke perut Eric.

'BRRRRUUKKK!'

Hentakan yang terjadi karena pukulan itu bahkan mampu meretakkan separuh dinding batu yang ada di ruangan ini.

'Krreettaakk!'

Segera setelah melepaskan tangan kiri Eric, Abaddon memutar tubuhnya dan memberikan tendangan ke arah perut Eric. Sebuah tendangan yang melemparkan Eric hingga menabrak dinding batu dan menghancurkannya.

'Blaaaaarrrr!!'

"Kuggghhh!!!"

Eric memuntahkan darah dari mulutnya. Notifikasi sistem yang muncul di hadapannya memperjelas seberapa buruk situasi yang terjadi saat ini.

[Anda telah menerima 382.105 damage!]

[Anda telah menerima damage yang sangat besar! Anda akan menerima efek stun selama 2 detik!]

[Anda telah menerima 439.148 damage!]

[Anda telah menerima damage yang sangat besar! Anda akan menerima efek stun selama 2 detik!

'Yang benar saja?! Hanya dari sebuah pukulan dan tendangan?!' Teriak Eric dalam hatinya dengan kondisi tubuh yang terpaku di dinding itu.

Sementara itu, Abaddon melangkahkan kakinya secara perlahan untuk mendekati Eric.

Suara langkah kakinya yang kuat itu terdengar dengan sangat jelas di dalam ruangan yang hampir tak memiliki suara lain itu.

'Tap! Tap!'

Dengan memasang senyuman yang sangat lebar, Abaddon dengan kesombongannya berkata.

"Lemah sekali! Aku pikir kau adalah orang yang kuat karena bisa.... Tunggu!"

Abaddon seketika melompat mundur setelah menyadari sesuatu.

Pada bagian perut Eric yang seharusnya telah berlubang dan hancur itu, terlihat banyak sekali gelembung dan cairan berwarna hijau yang muncul dan menutupinya.

Hanya dalam waktu kurang dari dua detik, lubang di perut Eric telah sepenuhnya tertutup dan kembali seperti sedia kala. Tentu saja, kecuali pakaiannya yang telah berlubang.

"Yoo... Iblis sialan. Kau tahu seberapa mahal jubah ini?! Aku akan memastikan bahwa kau akan membayarnya!" Teriak Eric sambil segera berdiri seakan efek Stun yang diterimanya tak pernah ada sama sekali.

"Kau.... Chimera?! Bagaimana bisa seorang manusia setengah vampir juga memiliki kekuatan ras lainnya lagi?!" Teriak Abaddon dengan sedikit rasa terkejut. Itu semua karena Eric telah menyembuhkan seluruh luka yang dideritanya dengan sangat cepat.

Mendengar pertanyaan Abaddon, Eric hanya tersenyum sambil memamerkan gigi bertaringnya.

"Tidak.... Tapi aku adalah seseorang yang akan memangsamu!" Teriak Eric sambil melesat maju dan melemparkan tongkat sihirnya.

Abaddon yang melihat hal itu sedikit kebingungan.

'Membuang satu-satunya keahliannya? Apa rencananya?' Pikir Abaddon dalam hatinya.

Tapi dengan sekejap, Ia melihat Eric yang mengayunkan tangan kanannya ke arah Abaddon. Meski begitu, jarak diantara mereka berdua masih sejauh 5 meter lebih.

Tak memahami apa maksud dari ayunan tangan itu, Abaddon hanya bisa terdiam.

Sesaat setelah itu....

'Blaaaaaaarrrrr!'

Sebuah anak panah dengan ukuran raksasa menembus tepat di dada Abaddon.

"Kuaaaaaaghhh!!!"

[Target telah menerima 28.139 damage!]

'Meski telah menembus tubuhnya, damage yang diterima hanya sebesar itu? Aku tak bisa membayangkan melawannya pada kekuatan penuhnya.' Pikir Eric dalam hatinya sambil terus berlari mengelilingi Abaddon.

Dalam Dungeon Penghakiman ini, terdapat sebuah efek khusus yang sangat sempit. Yaitu ketika sedang berhadapan dengan Raja Iblis Abaddon, maka seluruh status makhluk selain Abaddon akan meningkat sebesar 500%, menghasilkan damage 100% lebih besar, dan hanya menerima 50% damage dari Abaddon.

Sebaliknya, individu bernama Abaddon akan menerima penalti berupa penurunan status sebesar 40%. Dengan kata lain, Abaddon hanya bisa bertarung dengan 60% kekuatannya yang sebenarnya.

Meski begitu, Ia masih sekuat ini.

Pada saat Abaddon masih berusaha untuk melepaskan panah raksasa yang menancap di tubuhnya itu, Eric segera mengaktifkan perangkap lainnya. Sebuah skill yang berasal dari kemampuan Dungeon Master miliknya.

Dengan arahan tangan yang sederhana, serta pikiran yang jelas, dinding batu dengan empat sisi itu muncul dari tanah sehingga menutupi tubuh Abaddon yang saat ini masih tertahan oleh panah itu.

'Srruuuuuggg!!

Abaddon yang masih terkejut dengan kejadian itu tak sempat bereaksi ketika mengetahui gas racun muncul dari bawah kakinya.

"Jadi begitu, penyihir licik!" Teriak Abaddon sambil memukul tanah di bawahnya.

'Blaaaaarrrrr!'

Semua yang ada dalam radius mencapai 8 meter hancur lebur. Termasuk racun dan juga dinding itu.

Abaddon berjalan perlahan ke arah Eric sambil mencabut panah raksasa itu dari tubuhnya.

'Klaaang!'

Suara panah besi yang dilemparkan itu terdengar menggema memenuhi seluruh isi ruangan ini.

Dengan langkah yang pelan tapi pasti, Abaddon nampak memberikan tatapan yang tenang.

"Manusia. Aku akan memberitahumu satu hal." Ucap Abaddon yang tiba-tiba telah berada di belakang tubuh Eric.

Eric yang bahkan tak sempat bereaksi itu segera menjauh dan mempersiapkan dirinya atas apapun yang mungkin akan terjadi.

Tapi Abaddon hanya membalikkan badannya dengan santai sambil melanjutkan perkataannya barusan.

"Kau berhak untuk melihat kekuatanku yang sebenarnya. Aethons!" Teriak Abaddon dengan wajah datarnya itu.

Seketika, cahaya hitam kehijauan muncul di tangan kanan Abaddon yang Ia regangkan itu.

Setelah beberapa saat, cahaya itu mulai membentuk wujudnya yang sebenarnya. Sebuah senjata yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh Eric.

Sebuah Scythe atau sabit besar dengan warna hitam kehijauan itu terbentuk di tangan kanan Abaddon. Badan dari Scythe itu nampak terbentuk dari tulang berbagai jenis makhluk hidup. Termasuk juga bilah tajam yang seakan berasal dari sebuah tulang raksasa.

Sambil mengarahkan Scythe dengan nama Aethons itu ke arah Eric, Abaddon memberikan deklarasinya.

"Kau akan mati disini, untuk selamanya."

Chapter 282 - Primordial Vampire

Eric menyadari bahwa Abaddon yang Ia hadapi saat ini sangatlah berbeda dengan Abaddon yang sebelumnya.

Kekuatannya yang sangat mengerikan itu terpancar dengan sangat jelas dari sorot matanya. Pada saat itulah, Eric mendengar teriakan dari dalam dirinya sendiri.

"Eric! Biarkan aku mengendalikan tubuhmu untuk saat ini! Abaddon itu.... Dia benar-benar bisa membunuhmu untuk selamanya!" Teriak Asmodeus, atau lebih akrab dipanggil Deus dari dalam tubuh Eric.

Tanpa ragu, Eric segera mengangguk dan membiarkan Deus mengendalikan tubuhnya.

'Swuuuoosssh!'

Aliran aura yang berbeda nampak keluar dari tubuh Eric saat pergantian tubuh itu.

Saat ini, Eric hanya bisa melihat dari dalam tubuhnya. Sama seperti menonton sebuah film dengan sudut pandang orang pertama yaitu dirinya sendiri.

Tanpa adanya jeda, Abaddon segera melesat dengan sangat cepat ke arah Deus yang telah menguasai tubuh Eric itu. Ia mengayunkan Scythe miliknya dengan sangat cepat.

'BLAAAAAAARRRRRR!'

Kehancuran yang mengerikan pun terjadi di arah sayatan sabit raksasa itu. Meski begitu, Deus berhasil menghindarinya dan kini telah berada di belakang Abaddon.

"Curse...." Ucap Deus sambil mengarahkan tangan kanannya ke tubuh Abaddon.

'Swwuuuooossh!'

Cahaya hitam nampak mengelilingi tubuh Abaddon. Sebuah cahaya yang membawa kutukan untuk memperlemah targetnya.

[Target telah menerima efek Curse!]

[Seluruh status Target telah berkurang sebesar 3%!]

"Kau pikir kutukan seperti itu...." Teriak Abaddon sambil bersiap untuk mengayunkan kembali sabit besarnya.

'Klaaaaangg! Srrriinggg!'

Deus yang telah kembali mengayunkan tangannya telah membuat beberapa jebakan menjadi aktif. Jebakan itu adalah [Restraining Chain] yang akan mengikat targetnya.

'Sreeeett!'

Abaddon yang sama sekali tak siap dengan hal itu segera terlilit oleh enam dari sembilan rantai besi yang muncul.

"Kau! Seberapa banyak jeba...."

Tak memberikan sedikitpun jeda, Deus segera mendekati Abaddon dengan kecepatan tertingginya. Targetnya hanya satu. Yaitu leher Abaddon. Pada saat itulah....

'Jleeebb! Kraaauk!'

Deus menggigit leher Abaddon dan menghisap darahnya. Sebuah tindakan paling mendasar dari seorang Ras Vampir.

Tentu saja, Abaddon sama sekali tak menyadari bahwa Eric telah bertukar tempat dengan Deus.

Abaddon yang tak menerima penghinaan itu segera melepaskan dirinya dari ikatan rantai itu dengan ayunan sabit besarnya.

'Klaaaangg! Sraaasssh!'

[Anda telah menerima 782.193 damage!]

Notifikasi itu muncul di hadapan Eric setelah menerima tebasan yang tepat mengenai dadanya.

Deun pun segera menjauh dan membersihkan bibirnya dari sisa darah Abaddon dengan menggunakan lidahnya.

Seluruh luka yang diderita tubuh Eric segera sembuh hanya dalam waktu sekitar 2 detik saja. Semua itu berkat kekuatan Slime serta Buff dari Dungeon ini.

Dengan tatapan yang dipenuhi kemarahan, Abaddon segera berteriak.

"Vampir rendahan sepertimu, berani menghisap darahku yang agung? Tak bisa dimaafkan!"

Abaddon dengan segera melesat ke arah Deus dengan mengayunkan sabit besarnya.

Sementara itu, tangan kirinya nampak mengeluarkan api berwarna hitam yang sangat panas hingga mampu melelehkan batuan yang ada di sekitarnya.

'Sraaasssh!'

Ayunan sabit besar itu mampu dihindari dengan mudah oleh Deus. Tapi seakan telah menyadari hal itu, Abaddon segera mengarahkan tangan kirinya kepada Deus.

Semburan api yang sangat teramat besar dan panas itu berhasil melelehkan apapun yang ada di hadapannya. Semua yang ada, termasuk jebakan yang belum digunakan sama sekali, telah leleh karena suhu yang sangat tinggi itu.

Meski begitu....

"Bukankah kau mulai melambat, Abaddon?" Ucap Deus melalui tubuh Eric dengan nada yang cukup riang.

Tanpa Abaddon sadari, tubuh Eric saat ini telah berada di belakangnya.

Secara refleks, Abaddon segera membalik badannya dan mengayunkan kembali sabit besarnya itu.

Tapi lagi-lagi, tubuh Eric telah menghilang.

'Apa ini? Kenapa dia tiba-tiba semakin cepat? Meminum sedikit darahku saja takkan membuatnya sekuat itu....' Pikir Abaddon yang mulai kebingungan.

"Benar kan? Kau semakin melambat." Ucap kembali Deus yang kini telah berada di atas batuan yang telah berubah menjadi lava itu.

Kejadian itu terus menerus berulang beberapa kali hingga akhirnya Deus memperoleh kesempatan emas untuk kembali menggigit tubuh Abaddon. Atau lebih tepatnya, leher Abaddon.

'Jleb!'

Deus kembali menghisap banyak darah Abaddon selama beberapa saat sebelum kembali melompat menjauh karena ayunan sabit besar Abaddon.

Pada saat itulah Abaddon mulai menyadarinya.

'Aku... melambat?'

Ayunan yang sebelumnya bisa mengenai tubuh Eric dengan sangat cepat itu, kini dapat dihindari hanya dengan lompatan ringan.

Di kejauhan, Abaddon melihat sosok Deus yang memberikan senyuman mengerikan dengan menggunakan tubuh Eric itu.

Dan tiba-tiba saja....

'Deg! Deg!!'

'Bruuukk!'

Abaddon yang sebelumnya sangat angkuh itu, kini telah terjatuh ke tanah dengan lutut sebagai tumpuannya.

"I-ini.... Tidak mungkin.... Kekuatan ini...." Ucap Abaddon dengan mata yang bergerak kesana kemari karena tak bisa mempercayai kenyataan ini.

Deus pun mendekat secara perlahan. Suara langkah kakinya itu menggema hingga memenuhi ruangan yang telah hancur lebur ini.

"Akhirnya kau mengingatku?" Tanya Deus melalui tubuh Eric.

"Ka-kau.... Jangan katakan...."

'Eric, aku akan keluar dari tubuhmu untuk saat ini.' Ucap Deus kepada Eric.

Segera setelah mengiyakan permintaan itu, tubuh Eric secara perlahan mulai mengalami perubahan. Seluruh karakteristiknya yang menunjukkan ras vampir mulai menghilang dan kini telah kembali kepada sosok manusia yang sepenuhnya.

Diluar dari itu semua, sosok seorang wanita dengan rambut pirang yang cukup panjang muncul dari tubuh Eric.

Wanita itu terlihat mengenakan sebuah gaun kemerahan dengan corak hitam yang begitu indah.

Penampilannya pun cukup mempertegas mengenai rasnya. Dengan telinga runcing yang tak terlalu panjang, taring yang tajam, serta kuku yang berwarna hitam dan sangat tajam itu merupakan ciri paling mendasar seorang vampir.

Segera setelah keluar dari tubuh Eric, Deus mulai mendekati Abaddon yang kini tak lagi bisa bergerak dan hanya bisa berlutut.

Dengan sentuhan yang lembut, Deus mengangkat wajah Abaddon yang dihiasi tato berwarna hitam dengan alur yang rumit itu.

"Aaah, sungguh malang sekali. Harus dibangkitkan di tempat dimana diriku berada. Tidak.... Mungkin itu semua karena kau lah yang pertama kali menjebakku dulu? Maka dari itu sekarang aku memburumu?" Tanya Deus dengan nada yang begitu indah tapi secara bersamaan juga sangatlah mengerikan untuk didengar.

Ekspresi yang tergambarkan di wajah Abaddon memperjelas segalanya.

"A-Asmodeus.... Kenapa kau masih hidup?! Ti-tidak mungkin!"

Deus pun segera menjentikkan jarinya setelah mendengar perkataan Abaddon.

Pada saat itu juga....

"Kuaaaaaggghh!!! Hentikan! Hentikan!!"

Abaddon berteriak dengan sangat keras sambil berguling-guling di tanah seakan dipenuhi oleh rasa sakit.

Eric yang melihat kejadian itu hanya bisa kebingungan.

"Deus? Apa yang kau lakukan?" Tanya Eric.

Dengan sebuah senyuman, Deus menjawab pertanyaan Eric itu sambil berdiri.

"Hemokinesis. Sebuah kemampuan untuk mengendalikan darah targetku. Dan juga satu-satunya skill Original dimana hanya dimiliki olehku seorang di dunia ini."

Deus segera membuat suatu gestur dengan tangan kanannya. Pada saat itu juga, teriakan Abaddon terhenti. Termasuk pergerakannya.

"Aku bisa membekukan darah, ataupun membuat darah di dalam targetku meledak secara liar. Meskipun, aku hanya bisa melakukannya pada lawan yang setara atau lebih lemah dariku setelah melakukan kontak darah." Lanjut Deus sambil mulai berjalan mendekati Abaddon yang kini tergeletak lemas.

Eric yang menyadari seberapa kuatnya kemampuan itu mulai merasa ngeri.

'Hanya dengan kontak darah... dengan kata lain.... Setelah menerima gigitan Deus satu kali saja, maka semuanya sudah berakhir?!' Pikir Erix dalam hatinya.

"Tapi seperti yang kau lihat, dibutuhkan waktu untuk kemampuan itu bisa bekerja. Maka dari itu aku terus mengulur waktu sejak tadi. Dan hal itu sangatlah merepotkan bagiku.

Jika lawanku menyadarinya, maka mereka dapat mengatasinya hanya dengan skill sederhana seperti Cure. Meski begitu, kebanyakan tak menyadarinya."

Deus memperjelas seluruh situasi dan juga kemampuannya bahkan di hadapan lawannya.

"Apakah tak apa memperjelas semua itu di hadapan Abaddon?"

"Ah soal itu? Tenang saja, Ia bahkan takkan bisa menggerakkan satu jari pun. Apalagi menggunakan sebuah Skill. Oleh karena itu...."

Setelah Deus berada tepat di hadapan Abaddon, Ia mulai duduk dengan tetap menjaga keanggunannya.

Sedangkan Abaddon? Dia hanya bisa menanti nasib kejam yang akan mendatanginya.

Sebuah nasib....

Dimana Deus akan memakan seluruh tubuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!