NovelToon NovelToon

Whiteocean: The Testament Limitless

Prolog: Introduksi

Bagi manusia di jaman ini, Kemampuan khusus adalah segalanya, Esper dan Magic.

Mereka di bagi kedalam Stage 1 sampai 7, semakin tinggi angkanya semakin kuat potensi dan kemampuan orang itu. Saat ini hanya ada 8 orang saja yang ada di Stage 7.

Klasifikasi ini dikemukakan para Esper, beberapa Magician ada yang ikut klasifikasi itu namun ada juga yang tidak. Mereka kukuh akan kepercayaan mereka kepada kemuliaan dari unsur sihir.

Yaah, sudah sejak lama terjadi konflik antara para Esper dan Magician.

Zaman dahulu Para Magician pernah mendominasi dunia. Sihir di anggap sebagai berkah dari alam, energy ini berasal dari zat murni milik semesta.

Magician adalah sebutan untuk orang dapat mengendalikan Energy tersebut, baik dari diri maupun dari alam secara penuh.

Para Magician memuja orang terkuat yang di sebut sebagai Raja Sihir.

Namun seiring berjalannya waktu, Zaman mulai berubah.

Orang yang layak disebut sebagai Raja Sihir mulai jarang terlahir, Era modern-pun tiba. Muncul kekuatan baru yang menggunakan logika dan imajinasi berdasarkan hukum dunia. Mereka mewujudkan imajinasi itu kedalam dunia nyata.

Orang-orang tersebut dinamakan sebagai Esper. Terdapat beberapa Kategori dari Esper. Seperti Scientist, Esper yang menggunakan Rumus dan perhitungan berdasarkan hukum fisika maupun kimia sebagai tumpuan pengaktifan kemampuan milik mereka.

Ada juga Esper Gen Quirk, Esper yang mewujudkan kekuatannya melalui Gen-gen tubuh tertentu yang sudah termodifikasi dan bermutasi menjadi jauh lebih kuat dan efisien.

Sama seperti Esper, Magician juga di kategorikan menjadi dua. Yaitu, Sorcerer dan Shaman.

Ada juga yang kategori “Unknown Classification”, yang kemampuan khususnya masih dalam keadaan tak diketahui.

Apakah aneh ada orang yang tanpa kemampuan itu? Banyak orang menganggapnya, iya.

**********

Namaku adalah Saidhan M. Ardhiyasa, 15 tahun. Tinggal di Negara Indonesia, di pulau Jawa. Di sebuah kota kecil bernama CI. Jorioh

Negara kami tidak terlalu suka ikut campur kedalam Konflik Esper dan Magician. Kami ini Netral, walau begitu rata-rata penduduk disini adalah seorang Shaman.

Negara kami terkenal akan Black Shaman, sebuah teknik sihir yang menggunakan energi mana seperti biasa, namun lebih ke berbau supernatural.

Yah, walau menurutku para Black Shaman itu memiliki kepribadian yang aneh dan agak tempramen.

Sedangkan aku sendiri adalah Kategori Unknown

Umumnya setiap anak akan di tentukan Stage-nya saat masih 12 tahun. Saat aku melakukan Test aku dinyatakan sebagai Unknown.

Dan karena memiliki kelainan pada fisik, yaitu Rambutku mulai memutih dini saat berusia 4 tahun. Oleh karena ini aku sering menjadi target Bully di sekolah.

Walau begitu aku tidak terganggu ataupun takut sama sekali. Karena aku memiliki sebuah ‘Back Up' yang sangat kuat.

Dia adalah Aldian Ressha Han, aku biasa memanggilnya Al, dia sudah menjadi sahabat karibku sejak SD, walau dia merupakan orang yang sangat kuat, tapi dia sangat baik kepadaku yang hanya seorang Unknown Class ini.

Dia kerap kali membantuku dalam berbagai hal, dia adalah back up terbaik, sahabat jiwaku.

Kenapa aku berani menyebutnya sebagai sahabat jiwa.

Yah, sebenarnya itu tak terlalu penting, juga sih. Hanya saja, dia adalah orang yang membuktikan bahwa masih ada orang yang mau berteman dengan orang sepertiku.

Pada awalnya, aku selalu menganggapnya sebagai orang dari kelas yang berbeda. Aku tak boleh mendekatinya. Tetapi, ini…

Itu berlalu begitu saja, kami berteman, saling mengenal.

Aku mulai tahu kepribadiannya yang asli. Dia hanyalah seorang lemah dan pemalu, yang berkedok dengan Stage 6.

Wonder Kid Aldian, anak yang bisa menguasai gerak terakhir dari Teknik 7 Gerak bara matahari. Tehnik Sihir utama yang dikatakan telah menghilang selama 100 tahun.

Dia bisa menguasainya, dia dipandang sebagai anak yang berpotensi. namun, yang kulihat hanyalah anak yang sangat kesepian. Seorang anak biasa yang ingin diperlakukan biasa

“Orang yang sangat kuat sepertimu, dan orang yang sangat lemah sepertiku, bukankah kita cocok!?”

Itulah yang ku ucapkan dulu.

Dan, dengan begitu, kami mulai menjadi teman dekat. Dan aku menjadi semakin tahu, kalau dia ini adalah tipe teman yang setia.

Beberapa tahun kemudian, kami sudah beranjak ke bangku SMP, dia menjadi semakin terkenal. Secara cepat ia menjadi primadona sekolah.

Pada suatu hari, kami sedang melakukan piket bersama untuk persiapan sebelum Pentas Seni, ada dua orang perempuan dari kelas lain datang menghampiri Al, memanfaatkan kesempatan di saat aku pergi untuk membeli alat kebersihan.

“Hei, Al!!”

Al hanya merespon dengan menengok.

“Kau terlihat sangat dekat dengan Saidhan!? Apa kalian berteman?”

“Iya? Memangnya kenapa?”

“Kenapa kau berteman dengannya?”

“Apa maksudnya itu?”

“Bukankah dia itu hanyalah pecundang dari Unknown class?”

“Lalu kenapa? Apa ada yang salah?”

“Kau ini adalah Seorang Shaman Stage 6 loh! Tapi, kenapa kau-“

Ucapannya itu langsung saja di potong Al.

“Justru aku lebih ingin tahu, kenapa kalian menjadikan Stage seseorang sebagai standar pertemanan?”

Mereka hanya diam.

“Kau tahu? Stage hanyalah sebuah tingkatan yang mengukur seberapa kuat dan ahlinya seseorang dalam mengendalikan kemampuannya! Tapi kenapa kalian menjadikan itu sebagai standar pertemanan? Apa pertemanan membutuhkan hal semacam itu?”

Lagi-lagi mereka hanya terdiam.

“Soal itu-“

“Cobalah kalian untuk sekali saja, lihatlah dia dari prespektif yang berbeda! Kalian akan tahu bahwa dia adalah orang yang pantas untuk di hargai.”

” Dia itu… jika dia sudah menaruh rasa hormat kepada seseorang. Maka dia pasti akan terus membantu dan bersama orang itu!”

Semua orang yang mendengar percakapan kecil itu menjadi terpukau. Sementara aku? Aku hanya bisa diam menyimak di balik tembok.

Sungguh mengharukan, semenjak hari itu, banyak orang yang mulai membuka hati dan pikirannya untuk mulai mengenal diriku lebih dalam lagi.

Tentu saja, ini adalah hal yang bagus. Ini bisa saja memicu perubahan drastis dalam kehidupanku.

Walau begitu, masih banyak orang yang tetap membully diriku

Namun, itu bukanlah hal yang penting. Hari itu adalah hanyalah sebuah prolog kecil, dari titik balik perubahan dari hidupku.

Berbeda dari yang aku rencanakan, perubahan yang memengaruhi kehidupan Global.

Sebuah perubahan, yang akan membawa ku menjadi Si Pengatur... Mahluk Tertinggi, untuk memenuhi Testament Limitless.

Dan inilah kisah ku menjadi orang yang terkuat...

"Oke, ayo mulai!"

Chap 1: Perpisahan teman

Hari sudah malam.

Langit saat ini sedang sangat indah untuk dipandang, Bulan purnama yang bersinar cerah, bintang-bintang yang secara sempurna terlihat.

Menghidupkan mesin motorku, dan segera pergi.

Setelah menyelesaikan keperluanku, aku berangkat untuk menghadiri sebuah acara perpisahan khusus untuk Al.

Mulai besok dia akan berangkat ke ibukota untuk masuk ke Akademi Citra Jakarta, atau biasa di sebut dengan ACJ. Sebuah sekolah elit yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang berprestasi dan tentunya dengan Stage yang tinggi.

Yah… Sebenarnya nilai akademis ku harusnya sudah mencukupi untuk lulus dalam ujian masuknya.

Namun aku menolak untuk mencoba ikut masuk ujian itu. Jika aku berhasil masuk, maka kemungkinan ku untuk dijadikan target pembullyan akan meningkat drastis. Hal ini tentu karena tempat itu adalah tempat berkumpulnya orang-orang hebat dengan Stage tinggi. Jika aku ke sana entah apa yang terjadi, dan disaat itu pula aku akan lagi-lagi terlalu mengandalkan Al.

Menolak untuk satu sekolah dengannya adalah keputusan yang ku buat untuk bisa berkembang.

Omong-omong, Al masuk ke Akademi itu lewat jalur undangan, setahuku hanya ada 5 murid yang masuk lewat jalur undangan di tahun ini. Sahabat jiwaku memang hebat.

Akan tetapi…

“Apa ini agak terlalu terlambat kah…? Pasti beberapa orang sudah pulang.”

Melihat ke jam tangan milikku, saat ini sudah tepat jam 21:30.

“… Acara dimulai jam 7 malam, sudah pasti sepi ini…”

“Biarkan sajalah, jika sudah tidak ada orang aku bisa langsung pulang… atau mungkin aku nongkrong sebentar…”

Setelah berpikiran kesana kemari, aku menaikkan kecepatan motorku dan melaju. Beberapa saat kemudian aku sampai ke sebuah kedai kopi yang sudah di janjikan.

Aku sedikit mengintip isi dalam kedai itu untuk mencari keberadaan kenalanku. Karena meja yang dipesan sedikit jauh dari jendela aku agak kesulitan dalam mencarinya. Beberapa saat kemudian aku menemukannya.

“ Ahh… mereka masih ada ternyata.”

Setelah menemukan hal yang kucari, aku langsung masuk dan menghampiri meja yang diisi oleh para kenalanku.

Saat sudah berada dekat orang-orang yang mulai menyadari keberadaan ku dan menoleh ke arahku. Beberapa dari mereka menatap ku dengan pandangan yang sangat menggangu. Tertulis dengan jelas kata-kata “Kau lama sekali” di wajah mereka.

Saat ini, hanya tersisa 5 orang yang masih ada di situ.

“Yo…, maaf aku terlambat!”

“Ya, tidak apa-apa, kau pasti sedang sibuk sekarang.”

Reaksi itu keluar dari mulut Al, sungguh mengenakkan. Walau begitu beberapa dari mereka masih menatap ku dengan pandanga seperti sebelumnya, walau sudah sedikit diperhalus.

“Begitulah…”

Aku melepas jaket yang ku kenakan dan menaruhnya di kursi dan kemudian duduk. Setelah itu aku menanyakan kemana gerangan teman-teman sekelas yang lainnya

“Hanya tinggal kalian? Yang lainya kemana?”

“Mereka sudah pulang duluan, tapi ada juga yang sedang berkumpul di tempat lain.”

“Begitu ya… ya pasti begitu adanya.”

Beberapa saat kemudian aku mulai memesan.

“Master, kopi satu!!”

“Yaa…”

Bartender itu merespon dengan baik. Yaa… sebenarnya tempat ini sudah menjadi favoritku sejak lama.

“Meski begitu, bukannya kau terlalu telat, Sai…”

Sebuah reaksi yang terlambat dan kurang mengenakkan datang dari mulut teman dekatku yang satu lagi, Reinhard.

“Yaa maaf, bukankah aku sudah meminta maaf tadi…”

Dia hanya merespon dengan meminum kopi dengan ekspresi yang menyebalkan.

“Dan juga ya Rei, aku datang terlambat juga karena mu…!”

Beberapa saat kemudian kopi yang ku pesan datang.

“Ini dia…”

“Terima kasih…”

Awalnya dia masih tenang beberapa saat setelah pernyataan ku, namun setelah itu, dia sedikit tersedak.

“Uhuk… eehhh, aku?”

Dia berkata sembari menunjuk dirinya sendiri. Sepertinya dia tak sadar akan keperluan ku hari ini. Aku hanya bisa menghela nafas, responnya lama sekali, apa ini karena dia sengaja, atau memang dia itu bodoh.

“Huuh…. Memangnya kau pikir kenapa aku datang terlambat?”

“Karena kau itu malas datang…”

Dia mengucapkan kata-kata itu tanpa beban sama sekali. Sungguh menyebalkan. Bahkan orang-orang yang hanya menyimak obrolan kami seketika tertawa. Bahkan Al yang sedari tadi hanya diam dan menikmati Teh hitamnya terlihat sedikit tersenyum.

“Hah…?!”

Aku merespon dengan nada dan ekspresi yang sangat menusuk.

Bahkan nada dan pandangan itu bisa membuat seorang Reinhard takut.

“Ahh… bohong, bohong! Cuma bercanda! Hehehe, kau terlambat datang karena aku meminta bantuan mu untuk, acara penerimaan murid baru itu kan…”

Teman-teman disekitar kami tertawa karena itu.

”Haahh, bisa-bisanya kau tidak ingat akan hal itu.”

“Maaf-maaf, tadi hanya bercanda.”

Aku kembali minum dengan tenang setelah itu, begitupun juga Rei. Setelah itu teman lainnya mulai mengingat tentang acara penerimaan murid baru.

“Oh iya, aku baru ingat kau yang maju nanti di acara itu…”

“Benar, aku menantikan aksimu Rei…”

“Aksi apanya…? Justru aku sangat malas tahu ikut acara itu. Tapi jika aku tak ikut, tidak ada yang bisa menandingi orang itu di divisi kelas 10. Sungguh merepotkan!!”

Dia berbicara dengan suara yang malas dan sembari mengacak- acak rambutnya, tanda seberapa tidak maunya ia untuk berpartisipasi dalam acara penerimaan murid baru.

“Sudahlah lakukan saja, dan juga semua persiapan, keperluan, dan lainnya aku yang mengurus! Yang kau lakukan hanya maju ke arena dan bertarung saja…”

Aku meresponnya, dan lagi-lagi dia memasang muka yang masam.

“Akan tetapi, jika Al yang maju pasti aku tak akan terpilih kan…? Jadi aku tak perlu mengikuti acara itu! Benar bukan?”

Setelah Rei mengucapkan hal seperti itu, semua orang mengalihkan pandangan mereka kearah Al yang masih tenang meminum teh hitamnya. Dia itu, sungguh memiliki mental orang yang berkelas ya…

Al menyudahi acara menyeruput teh hitam miliknya dan mulai merespon dengan berkata.

“Jika aku yang maju di acara itu, akan ada dua kemungkinan, dan keduanya juga mengharuskan kau bertarung juga…”

Dia berkata itu sembari menunjukan angka dua di depan wajah Rei.

“Memangnya apa saja kemungkinannya…?”

Rei merespon dengan bertanya mengenai apa saja kemungkinannya, yang lainnya juga antusias.

“Yang pertama adalah hal yang sama dengan yang terjadi sekarang di karenakan aku terlalu kuat untuk maju, bahkan para kakak kelas belum tentu ada yang bisa menandingi ku”

Dia berkata dengan nada yang sok kuat dan sombong, begitu pula dengan wajahnya. Nampak sekali dia sangat percaya diri dengan ucapannya tadi.

Yaah, memang ucapan tadi itu adalah fakta yang tak terelakan. Mungkin saja jika seluruh anggota kelas kami saat SMP melawannya, maka kemungkinan besar akan terjadi pembantaian.

“Dan kedua kau dan lawan mu nanti akan bekerja sama untuk mengalahkan ku!”

Rei yang mendengar jawaban itu merasa tidak puas, walaupun tahu itu adalah sebuah fakta.

"2 lawan 1, ya..."

Al adalah orang yang mewarisi teknik 7 gerak bara matahari yang selalu di wariskan turun temurun pada garis keturunan Al.

Bahkan ia adalah orang yang bisa menguasai Bara ke-7 dari teknik itu yang dikatakan sudah 100 tahun hilang.

Selama kurang lebih 100 tahun, tidak ada orang yang sama sekali bisa menguasai bara ketujuh. Seakan-akan teknik itu menghilang dari dunia, hingga akhirnya munculah Al. ini adalah salah satu alasan mengapa ia bisa masuk ke ACJ lewat jalur undangan.

Dan aku masih tak percaya bahwa sahabat jiwaku ini adalah orang yang begitu hebat. Sangat berbanding terbalik denganku.

“Akan tetapi, siapapun yang akan maju di antara kalian. Pasti tetaplah aku yang mengurus segalanya…”

Aku mengucapkan itu dengan nada yang berusaha menyindir Rei.

Mendengar perkataan ku, kami semua tertawa. Tetapi tidak dengan Rei.

“… Yaah, walau begitu Al masih akan sedikit membantu.”

Sepertinya sindiran ku sedikit berhasil, saat ini terlihat Rei yang memasang ekspresi yang kaget.

“Ehhh, apa aku tidak membantu?”

“Tidak sama sekali…”

Semua orang kembali tertawa kerena jawabanku, kami pun menghabiskan sisa malam kami penuh canda tawa. Kami membahas banyak hal mulai dari acara besok, tentang ACJ, dan yang lain-lain

“Oh ya Al, karena kau masuk ACJ, kau mungkin bisa sekelas dengan Si Putri angin yang terkenal itu…”

“Putri angin…? Siapa dia?”

Aku bertanya siapakah itu Si Putri angin itu, namun karena pertanyaan itu, teman-temanku justru bingung melihatku tidak mengetahui siapa Si Putri angin.

“Kau tidak tahu siapa dia…?”

Tanya Rei dengan wajah serius.

“Tidak..

Aku menjawab dengan santai.

“Putri angin itu julukan untuk calon teman sekolahku, Namanya kalau tidak salah itu Sylphy Hartiningrat!”

Al menjawab pertanyaan ku itu.

“Sylphy? Itukan nama dari Roh angin…?”

Aku bergumam, menyamakan nama seorang perempuan dengan nama roh angin. Ahh… apa karena namanya dia di sebut Putri angin?

“Ya, itu karena namanya di ambil dari nama roh angin…! Dan juga kudengar saat dia lahir, ada sebuah hembusan angin datang dan membukakan jendela rumah sakit yang sebelumnya ditutup!!”

Aku menyimaknya, itu terdengar seperti cerita fantasi saja.

“Dan oleh karena itu, orang tuanya memutuskan untuk menamainya dengan nama Sylphy, yang diambil dari nama Roh angin. Dengan harapan anaknya bisa menjadi seseorang yang kuat dan bebas layaknya angin.”

Ya benar… sungguh seperti cerita fantasi.

“Dan juga, Hartiningrat? Apa dia keturunan ningrat?”

“Ya, dia adalah putri Keraton Yogyakarta…”

“Ohh…”

“Sepertinya kalian tahu banyak tentangnya? Apa dia seterkenal itu?”

Sedikit pertanyaan itu membuatku kembali di tatap oleh teman-temanku.

“Tentu saja!”

“Tapi aku tidak tahu sama sekali tentangnya…”

“Itu karena kau kurang Update…”

Kami tertawa bersama-sama dengan nyaman.

“Yaah, aku pribadi sih lebih memilih si kembar Es itu…”

“Ehh sungguh?”

Lagi-lagi aku hanya menyimak saja, saat ini mereka seperti sedang membicarakan Idol saja. Apa jangan-jangan yang mereka bicarakan itu memang idol? Entahlah…

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Sudah 1 jam semenjak keterlambatan ku, saat ini hanya aku dan Al saja yang masih ada di kedai kopi.

Teman-teman kami yang lainnya sudah pulang. Kalau Rei, dia terpaksa pulang karena arahan ku, disaat teman kami ingin pulang.

“Ehh, tapi aku masih belum ingin pulang…!!!”

“Tidak-tidak, jika kau tidak pulang sekarang, maka kemungkinan kau akan terlambat besok akan besar!! Jangan sia-siakan kerja kerasku…!”

Dia hanya memasang raut wajah kecewa mendengar ucapan ku. Sementara itu Al dan teman-teman kami hanya melihat kami sedari tadi.

“Perlu kau tahu, aku tidak melarang mu untuk tetap terjaga setelah sampai rumahmu! Aku hanya melarang mu untuk terlambat besok!”

“Benarkah…?”

“Yaa, benar! Tapi akan lebih baik jika kau langsung tidur saat sampai ke rumahmu. Itu meningkatkan persentase mu untuk tidak datang terlambat!”

Dia itu sangat sulit untuk diatur.

Aku menatap kearah Al yang sedang memainkan ponselnya dengan satu potong kentang goreng ditangannya.

“Jadi…? Kapan kau akan berangkat? Apa tidak apa-apa kau masih disini?”

Dia mengalihkan pandangannya ke arahku sesaat setelah mendengar pertanyaan ku.

“Besok mungkin, jam 09:00!”

“Jam 9?”

“Ya, Acara penerimaan murid baru di ACJ diadakan lusa! Besok adalah hari para murid mulai menempati asramanya masing-masing.”

“Begitu ya…”

“Oh ya, saat mau masuk SMP, bukannya kau juga menerima undangan dari ACJ? Kenapa baru kau terima sekarang?”

Yaa, ACJ bukanlah hanya tempat untuk SMA, tetapi SMP dan SD juga ada.

“Entahlah, aku juga tidak tahu…”

Dia menjawab itu dengan santai.

“Dan juga, bukannya dengan kemampuan akademis yang kau miliki, lulus di tes masuk bukankah hal yang tidak terlalu sulit…?”

“Ya, memang benar. Tapi aku menolak itu untuk Development Chara ku sendiri.”

Al awalnya hanya terdiam mencerna arti dari kata-kataku, dan beberapa saat kemudian dia terlihat seperti mengerti arti dari kata-kataku barusan…

“Begitu? Kalau begitu aku tidak mempermasalahkannya…”

Kamipun melanjutkan acara kami masing-masing, setelah itu aku melihat kearah jam tanganku. Saat ini sudah larut malam.

“Apa tidak apa-apa kau masih disini? Segala persiapan sudah selesai?”

Dia tersenyum mendengar pertanyaan ku.

“Tentu saja sudah…! Jangan terlalu meremehkan diriku ini Sai!”

“Benar juga, ya…”

“Walau sifat-sifat seperti ini datang karena aku sudah lama bergaul denganmu…”

“Yaah, kau benar…, kita sudah lama saling membantu satu sama lain!”

“Ya, karena itu aku ingin mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa lagi!”

Al mengangkat tangannya den mengarahkannya ke arahku. Dengan niat untuk berjabat tangan.

“Yaa, aku juga ingin berterima kasih atas bantuannya selama ini.”

Aku menjawab ajakan jabatan tangan darinya dengan tersenyum.

“… Dan juga, sampai jumpa lagi!”

“Yaa…”

...----------------...

Saat ini aku sedang dalam perjalanan kembali ke rumah. Di tengah jalan raya yang mulai sepi ini.

“Ini kesempatan…” itulah yang ada dibenak ku. Namun aku mengurungkannya.

“Sungguh tak terpuji…”

Setelah menghabiskan waktu santai di atas aspal, aku akhirnya sampai ke rumah…

Memarkirkan Sepeda motorku di halaman rumah dan menuju pintu rumah. Aku memikirkan apa yang akan terjadi setelah itu.

‘Pasti aku dikunci diluar ini’

‘Berapa lama ceramah yang akan ku dengar ya..’

Pemikiran negatif datang datang dan menyerang isi kepalaku. Namun saat aku memegang kenop pintu, ternyata belum dikunci.

“Ehh? Belum dikunci? Syukurlah….”

Dengan langkah yang pelan, aku mulai memasuki rumah. Keadaan dalam rumahku sangatlah sepi. Beberapa lampu sudah dimatikan. Mungkin keluargaku sudah tidur.

“Sepertinya aku beruntung kali ini.”

Perasaan senang datang menghampiriku, namun itu tak berlangsung lama.

“Dari mana saja kau??”

Sebuah suara mendatangiku dari belakang. Sepertinya keberuntungan ku sudah habis.

“Ahh itu….., Ehh?”

Aku menoleh kebelakang, namun yang kulihat bukanlah orang tuaku. Namun seorang perempuan dengan wajah hitam dan memakai pakaian serba hitam senada dengan wajahnya saat ini. Ini benar benar menakutkan.

Dan juga dia terlihat sangat mencurigakan, pencurikah…?

“Ada apa?"

Dia bertanya seperti itu, sedangkan aku langsung mundur beberapa langkah.

“Siapa kau…?’

Namun dia mendekat.

“Hey… ke-“

“Jangan mendekat, ku peringatkan aku ini ahli beladiri.”

Aku memberinya gertakan, namun dia malah semakin mendekat, mendekat dan mengarahkan tangannya padaku. Sungguh menyeramkan

“Hiii…!!!”

Aku menyilang kan tanganku di depan kepala guna melindunginya. Namun dia justru memegang pergelangan tanganku dan menariknya.

“Hentikan!!!”

*Plak!

Orang itu memukul kepalaku.

“Berisik! Ini sudah malam, kau menganggu tahu!!”

Aku sedikit mengintip kearah orang itu, karena aku seperti mengenal suara itu. Dan setelah dengan jelas melihatnya, akhirnya aku tahu siapa dia itu.

“Ini aku!!”

Dia adalah kakakku, Violet P. Ardhisa.

“Ahh, kukira siapa… ternyata kamu kak!?”

Dia terlihat memasang wajah kesal.

“Tidak sopan! Memangnya kau kira aku ini siapa…?”

Ahh, sepertinya dia ini tidak sadar diri.

"Lagian, bukankah sudah kubilang hentikan kebiasaan mu memakai baju serba hitam di malam hari kan?! Kau bisa membuat orang jantungan tahu! Dan juga itu tak cocok dengan namamu!”

“Jangan kaitkan hal seperti ini dengan namaku, itu tak ada hubungannya!!”

"Jadi? Ayah dan ibu dimana?”

Aku berbalik dan mengabaikan ucapannya tadi.

“Mereka sedang pergi! Mungkin akan kembali besok!”

Aku menengok sedikit kearah Vio lalu kembali ke kegiatanku sendiri.

“Begitu…”

Diapun kembali larut ke dalam kegiatannya. Berkaca dan melepas masker kulit dan seperti biasa memakai SkinCare. Aku menatapnya malas karena itu.

Kakakku ini bisa di bilang seorang yang hebat. Walau tingkat kepintaran kami setara.

Dia adalah seorang Esper Stage 5. Saat ini dia sedang dalam masa Kuliah. Di suatu universitas di ibukota, Jakarta.

“Oh iyaa, kapan kau pergi kak…? Kuliahmu kapan mulai lagi?”

Aku bertanya kepadanya.

“Karena suatu hal, kelas yang ku ikuti tertunda 1 minggu…!”

Aku hanya ber’oh’ ria saja.

“Kau juga, cepatlah tidur! Besok hari pertamamu di SMA!”

Dia sepertinya sudah mulai cerewet saat ini.

“Baiklah…”

Mendengarkan perkataan kakak ku, aku pun segera tidur.

...----------------...

Pagi yang cerah, setelah mengalami hari yang cukup berat sebelumnya. Menatapi langit yang cerah.

“Baiklah, semoga hari ini lancar, tanpa hambatan….”

SMA Dharma Wangsa, sebuah sekolah menengah atas yang berada di daerah kami. Sekolah ini termaksud kedalam kategori Favorit di sini. Dan saat ini aku ada di depan gerbang.

“Yosh…!!”

Berada di depan gerbang sekolah baru membuatku sangat berdebar. Seperti apa orang-orang yang akan ku temui nanti aku tak tahu. Mengingat seberapa beratnya kehidupan masa SMP ku, aku jadi sedikit pesimis.

Aku berharap bisa membuat lembaran baru tanpa ada gangguan sama sekali. Aku sedikit mengintip kearah jam tanganku. Tepat waktu seperti biasa.

“Sai…!!”

Aku mengalihkan pandanganku, mendengar ada yang memanggilku.

“Yaa….!!”

Dia melambaikan tangan kepadaku.

“Ohh, Iyan…!!”

Dia adalah Rian, biasa dipanggil Iyan, dia juga ikut ke perpisahan dengan Al kemarin.

“Apa kabar? Kemarin kau pulang duluan ya…?”

“Hehehe, ya begitulah. Kau tahu sendiri bagaimana orang tuaku!”

“Benar juga…”

Iyan dan aku berteman cukup baik, dia saat ini baru saja naik Stage 3, sebelumnya dia hanyalah seorang Stage 2. Inilah alasan kami berteman cukup baik.

Karena biasanya murid dengan Stage tinggi akan memandang rendah murid dengan Stage rendah.

“Oh iya, apa kau melihat Reinhard?”

“Oh ya, hari ini dia maju kan ya? Sebagai wakil murid baru!”

Dia berkata sembari memegangi dagu-nya, sepertinya dia baru ingat akan hal itu.

“Jadi apa kau sudah melihatnya…?”

Aku kembali bertanya.

Dia merespon dengan menggeleng dan kemudian berkata.

“Ehmm, aku belum melihatnya sejak kemarin…”

Aku merespon dengan mengangguk.

“Begitu…, kalau begitu aku duluan yaa, sepertinya masih banyak hal yang harus di urus!”

Aku pergi dengan melambai. Setelah itu aku menuju ke aula, di sebelah ruangan aula tersebut terapat sebuah arena yang cukup luas dengan tribun penonton di setiap sisinya.

Sekolah Favorit memang hebat... itu yang kupikirkan

“Rei akan bertanding di sini kah…?”

Aku menatap dengan seksama luasnya arena ini. Luasnya hampir seluas lapangan futsal, atau mungkin ini memang lapangan futsal.

Aku langsung saja menuju ke ruangan yang ada di pojokan arena ini. Dan masuk kedalamnya mencari keberadaan Rei.

“Rei!! Kau sudah disini?”

Setelah masuk kedalam, dia tak ada di sini.

“Dimana anak itu…”

Jangan bilang dia terlambat.

Aku hanya bisa menghela nafas sembari memegangi kepalaku. Rei memang sangat berkebalikan dariku, dia itu tidak bisa disiplin waktu. Masalah sering sekali datang kepadanya, seakan-akan takdir menghalanginya untuk datang tepat waktu.

Aku tak tahu itu semata-mata alasan yang ia buat agar tak dirundung, atau memang terjadi. Tapi tetap saja, ini adalah hal yang menyebalkan, ia sering sekali membuat kami menuggu.

Walau begitu, sepertinya saat ini aku sudah sedikit terbiasa sekarang.

Bel udah berbunyi, saat ini para murid sedang berbaris mengikuti upacara masuk. Karena aku dan Reinhard berbeda kelas, aku sama sekali tak bertemu dengannya. Jangankan bertemu dengannya, melihatnya saja aku belum sama sekali.

Aku kembali diserang oleh perasaan cemas.

“Bagaimana inI? Kemana anak itu…”

Upacara ini berlangsung tidak terlalu lama, mungkin karena acara utamanya adalah pertandingan di arena. Semua orang terlihat sangat menantikannya.

Walaupun aku pribadi ingin sedikit penguluran waktu sedikit lagi saja. Temanku yang bodoh itu sepertinya terlambat.

Dengan cepat aku menuju ke ruangan yang sebelumnya. Dia masih belum di sana.

“Ahh!!! Bagaimana ini…...!”

Aku hanya bisa berteriak frustasi.

Secara tiba-tiba, datang sebuah panggilan masuk ke Smartphone milikku. Aku langsung dengan sigap mengambilnya.

‘Reinhard’ itu adalah nama kontak yang tertulis dari orang yang sedang menelpon ku saat ini.

“Ini dia…!”

Aku langsung saja menjawab panggilan itu.

“Ah, Halo! Rei? Kau dimana sekarang…?”

Terdapat sebuah jeda dari pertanyaan ku dengan jawaban darinya.

“A-ahh, h-halo Sa-ii…”

“Jangan basa-basi! Kau saat ini sedang dimana...?”

“Be-begini saat ini aku sedang di-”

“Dimana?”

Aku memotong ucapannya secara riba-tiba

“Kantor polisi…”

Suasana tiba-tiba saja menjadi hening.

“Ehh…?”

Benar-benar hening, aku bahkan sama sekali tidak mendengar sepatah suara apapun dari Rei setelah mengucapkan hal itu. Kepalaku pusing, mencerna hal-hal yang sedang terjadi kali ini.

Harapanku yang ingin hari ini menjadi lancar, berubah menjadi berantakan.

“A-apa yang terjadi? Kenapa kau bisa ada di situ, hah!?”

Tanyaku kepada Rei.

“Panjang ceritanya, intinya aku secara kebetulan terlibat dalam suatu kasus dan sekarang aku dimintai keterangan sebagai saksi.”

“Apa? Bagaimana itu bisa terjadi? Memangnya kau terlibat kasus seperti apa?”

“Itu tidak penting! Pokoknya, aku akan sedikit terlambat datang kali ini, tolong bilang ke panitia, maaf!”

Dia menutup teleponnya segera, dan aku hanya bisa terdiam di situasi seperti ini. Memang ini bukan pertama kalinya terjadi.

Seperti yang kubilang sebelumnya, Ia seakan-akan ditakdirkan untuk datang terlambat.

Dari SMP dulu Rei sering kali melakukan sebuah aksi-aksi heroik, untuk menggagalkan sebuah upaya kejadian kriminal kecil yang sudah marak terjadi di daerah ini. Seperti penjambretan, pembullyan, pemalakan, dan lain sebagainya

Aku juga salah satu orang yang pernah ia selamatkan dulu. Kejadian itu adalah satu-satunya hal saat ini yang membuatku masih respect kepadanya. Menyampingkan tentang sifat dan kepribadiannya, Rei adalah orang yang sangat baik.

Oke kembali ke masalah utamanya.

“Apa yang harus kulakukan sekarang…”

Chap 2: Insiden Reinhard

Reinhard Varrel Ahmad atau biasa di panggil ‘Rei’ oleh teman-temannya, umur 15 tahun, dan hari ini adalah hari pertamanya masuk di SMA. Dia terlihat sangat-sangat bersemangat.

Walau begitu, sebenarnya ada sedikit rasa malas didalam pikirannya. Karena hari ini ia harus maju untuk bertarung, sebagai perwakilan Siswa baru.

Itu adalah tradisi dari Sekolah barunya. Baginya, tradisi ini adalah hal yang sangat menarik, ia sangat antusias untuk ikut ke acara ini, tapi sebagai penonton tentunya.

Berbeda halnya jika ia adalah pesertanya. Ia adalah seseorang yang agak pemalas, melakukan sebuah hal seperti menjadi perwakilan dan semacamnya. Itu sangatlah merepotkan

Terlebih lagi, menyiapkan segala persiapan dan keperluan juga sangat merepotkan. Untungnya dia memiliki seseorang teman yang sedia membantunya untuk urusan seperti ini.

Reinhard saat ini sedang berada dalam perjalanannya ke sekolah dengan menaiki sepeda gunungnya. Ia mengayuh sepedanya dalam tempo sedang.

Jarang sekali Rei berangkat 30 menit sebelum bel dimulai, biasanya ia akan berangkat 5 menit sebelum bel dimulai.

Hal ini dikarenakan jarak rumahnya dengan SMP-nya tidak terlalu jauh, juga faktor kemampuannya yang bisa mengakselerasi fisiknya sampai ke tingkat tertinggi. Ia bisa saja sampai dengan cepat.

Namun saat ini, ia sedang tidak menggunakan akselerasi fisik miliknya. ia tidak terlalu ingin sampai ke sekolah dengan cepat.

Karena kemungkinan, temannya, Saidhan mungkin sudah ada di sana dan akan memerintahkannya melakukan persiapan ulang.

Dia sangat membenci itu.

Suasana pagi ini memang sangat nyaman, sangat disayangkan jika Reinhard terburu-buru dan tidak bisa menikmatinya.

Beberapa saat kemudian, Rei seperti mendengar sebuah bunyi bising yang menganggu keheningannya. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Bunyi tersebut terdengar seperti suara teriakan seseorang yang sedang tertimpa masalah, tanpa pikir panjang Ia langsung saja memutuskan untuk mendekati sumber bunyi itu.

Setelah sampai didekatnya, ia bisa melihat sekelompok perampok, baru saja selesai merampok sebuah toko perhiasan dan sedang memasukkan barang hasil jarahannya ke sebuah mobil yang terparkir di depan toko itu.

“Apa?”

Dengan cepat mobil perampok itu melaju dengan cepat ke arah yang berlawanan dari Rei.

Beberapa saat setelah itu, muncul beberapa mobil polisi untuk mengejar sekelompok perampok tersebut.

“Hoho…!”

Melihat itu Rei memasang senyum dengan ekspresi yang sangat serius. Ia dengan sigap membalikkan arah sepedanya searah dengan arah perginya perampok itu dan mulai mengayuhnya dengan cepat.

Mengaktifkan akselerasi fisik dan dengan cepat, ia bisa menyusul kecepatan mobil para polisi.

“Ha-haloo!! Pak!!?”

Teriak Rei berusaha menyadarkan salah satu mobil polisi.

Polisi itu langsung saja menyadari keberadaan Rei.

“Reinhard??”

Polisi itu langsung saja mengenali Rei, hal ini dikarenakan Rei sering kali melakukan aksi heroik seperti menangkap preman dan pencuri, ataupun melaporkan kasus pembullyan. Hal ini membuat Rei sangat dikenali oleh para petugas kepolisian di kota ini.

“Biar saya bantu ya, pak…!?”

Polisi itu awalnya terlihat agak ragu dengan permintaan Rei.

“Bukannya hari ini, kau baru pertama kali masuk SMA? Apa tidak apa-apa?”

Ucap Polisi itu sedikit khawatir.

“Tidak apa-apa pak! Santai aja, masih banyak waktu.”

Rei meyakinkan polisi tersebut. Dan akhirnya polisi itu setuju.

“Baiklah, tolong ya…!”

Rei tersenyum dan langsung berkata.

“Serahkan kepada saya!!”

“Acceleration 30%”

Tubuhnya mulai dialiri oleh sebuah energi yang kuat, dan langsung saja membuat kecepatan Rei menjadi bertambah dengan pesat.

Ia melesat dengan sepedanya.

“Waaaahuuuuu!!”

Sementara itu di sisi perampok.

“Bhuahahaha!! Kita sukses besar hari ini!!”

“Benar sekali!!!”

“Dengan begini kita pasti akan kaya!!”

Mereka sedang berpesta-pora, kegirangan akan keberhasilan mereka menjarah sebuah toko perhiasan yang sangat terkenal di daerah ini.

Yang mereka curi bukan hanya sekedar uang dan perhiasan. Mereka juga membawa beberapa batang emas dan sebuah bongkahan permata langka yang jika dijual, mungkin harganya bisa mencapai miliaran rupiah.

Permata ini memang adalah target mereka sejak dulu.

“Seperti biasa mobil polisi memang lambat ya…! Mereka tak mungkin bisa mengejar kita.”

Ujar salah satu dari perampok itu.

“Benar sekali! Ternyata memang hebat ya… Blank Energy milikmu, kawan!”

Ucapnya kepada rekannya yang sedang mengemudikan mobil.

“Hehehehe, ini adalah hal yang biasa!!”

Perampok ini berkata demikian sembari menggesek hidungnya sebagai tanda bahwa ia merasa bangga kepada dirinya sendiri.

Tampaknya dia ini adalah seorang Esper Gen Quirck, dimana tubuhnya mampu menghasilkan sebuah energy yang jika di salurkan kepada sebuah mesin, maka mesin itu akan otomatis bisa bekerja dengan kemampuan 8x lebih baik dan kuat.

Walau begitu, kesenangan mereka terganggu ketika sang pengemudi mulai menyadari keberadaan Rei yang sudah sedari tadi mengejar mereka.

“Hei! Kawan lihatlah murid SMA yang bersepeda itu! Apa dia sedang mengejar kita…?”

Setelah mendengar ucapan sang pengemudi, dua orang rekannya mulai melihat kearah belakang

Terlihat Rei, yang sedang mengayuh sepedanya dengan cepat. Dan berteriak kearah mereka.

“Heyy!! Pencuri sialan, berhenti kalian!!”

Dua orang itu sangat terkejut melihat Rei yang dapat menyusul mereka yang sedang menaiki mobil yang sudah ditingkatkan 8x lebih cepat.

“Mustahil!! Bagaimana mungkin…?”

Salah satu dari mereka berteriak karena itu.

Sedangkan yang satu lagi, ia terlihat masih tenang dan menatap tajam kearah Rei.

“Tenanglah kawan!! Apa kau tak merasakan ada yang aneh dengan bocah itu? Mungkin ini adalah kemampuannya…!”

Setelah mendengar ucapan dari rekannya, ia mulai kembali tenang. Dan mulai berpikir bagaimana caranya untuk menyingkirkan Rei.

Ia kemudian mengalihkan pandangannya kearah rekannya yang sedang memasukkan beberapa peluru kedalam sebuah pistol.

“Untuk sekarang aku akan menghambat pergerakannya! Kau bantu aku!”

“Baiklah!!”

“Sedangkan kau fokus saja menyetir! Walau apapun terjadi, jangan sampai berhenti!!”

“Serahkan kepadaku!!”

Setelah memberikan arahan, salah satu perampok itu memberikan isyarat kepada rekannya.

“Ayo!”

“Ya!”

Sementara itu, Rei saat ini sedang bersusah payah mengejar mobil yang dipakai oleh para perampok itu.

‘Sialan, apa-apaan dengan mobil itu, bahkan akselerasi 30% tidak mampu mengimbanginya! Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ini adalah salah satu dari kemampuan mereka?”

Rei terus saja berusaha mengayuh sepeda miliknya, dan kemudian ia dikagetkan dengan dua sosok yang tampak dengan siap, menyerang dirinya.

“…”

Orang pertama muncul dari jendela samping, sementara orang kedua dari jendela atas.

“Terima ini! Magic Splash!!”

Orang yang dari jendela atas menembakkan sebuah Magic canon dengan ukuran yang sedang.

Sementara rekannya mulai menembaki dirinya dengan sebuah pistol.

“Cihh!!”

Dengan sigap Rei terus menghindari serangan serangan yang dilancarkan para perampok tersebut, dan tentu saja dengan sedikit gaya.

Keahliannya dalam bersepeda sudah tak perlu dipungkiri, sejak kecil ia sudah sangat suka bersepeda. Karena menurutnya Kemampuan Akselerasinya sangat cocok jika dipadukan dengan bersepeda.

“Apa..?”

“Ternyata dia cukup mahir menggunakan Sepeda ya… sialan!”

Ujar para perampok itu terkejut akan kemahiran Rei dalam menggunakan sepeda.

“Kalau begitu, bagaimana dengan ini…!”

Perampok pengguna pistol mulai kembali membidik Rei.

Terlihat ia memusatkan energinya di tangan dan matanya. Rei yang menyadari apa yang akan terjadi, namun ia sedikit telat dalam bereaksi.

“Bisakah kau menghindari ini?!”

*Doorr!

Perampok itu menembakkan sebuah peluru yang berhasil menggores lengan sebelah kiri dari Rei yang terlambat dalam melakukan reaksi antisipasi.

“Khekhh…!”

Rei cukup merasa kesakitan akan goresan itu. Bahkan ia sempat sedikit oleng

‘Apa ini? Kemampuannya berbeda dengan sebelumnya…?!’

Walau begitu ia tak sama sekali menurunkan kecepatannya, ia masih stabil.

Sementara perampok tersebut nampak kesal karena Rei tak kunjung melambat.

Ia langsung saja kembali menembakkan pistolnya, namun sekarang, Rei mampu melakukan antisipasi dengan baik. Walau begitu, seluruh pelurunya tadi tipis untuk mengenai Rei.

‘Jadi begitu, yaa…! AIM assist, jika dilihat dari akurasi dan refleknya. Dia mungkin ada di kisaran Stage 4 ini!’

“Cih… lawan yang menyusahkan!”

Melihat rekannya sangat kesulitan menghadapi Rei, Perampok pengguna sihir mulai berinisiatif membantu.

Ia mulai kembali menyerang Rei dengan sihirnya. Dan tentu saja Rei bisa menghindarinya dengan mudah.

‘Sial!’

Namun ia sama sekali tak berhenti mencoba.

‘Rekannya itu… Magician? Dilihat dari caranya penggunaan sihir dia mungkin seorang Sorcerer, namun kemungkinan ia hanyalah seorang stage 2 sampai 3!’

Seperti biasa, kemampuan observasi Rei dalam pertarungan sangatlah hebat.

Sesi pengejaran masih terus berlanjut. Baik Rei maupun para perampok tersebut sama sekali tak ada yang mau mengalah.

Walau begitu, Rei bisa dibilang sangatlah hebat, ia bisa mengimbangi kecepatan kendaraan para perampok itu, yang sudah di perkuat dengan Energy Blank. Hanya dengan 30% Akselerasi miliknya.

Ia juga bisa mampu dengan baik menghindari serangan-serangan yang dilancarkan untuk menghambatnya, bahkan yang sudah diperkuat oleh AIM assist.

Namun, sekarang, ia sudah mulai merasa ini adalah hal yang sangat menjengkelkan.

Begitupun dengan para perampok tersebut. Mereka sangat kesal dengan Rei yang memiliki keahlian bersepeda dan kemampuan yang menjengkelkan.

“Hey, kawan! Apa kau tidak bisa lebih cepat lagi??”

“Bisa, tapi agak beresiko! Apa tidak apa-apa?”

Si Supir menjawabnya, awalnya ia terlihat agak ragu, namun jika demi menghindari Rei, ia akan menerima segala jenis resiko.

“Tak masalah! Asalkan kita bisa lolos dari bocah itu, aku tak keberatan!”

Dia menjawab dengan suara yang lantang dan terdengar meyakinkan.

Setelah melihat reaksi rekannya, si supir langsung saja mulai menyiapkan sesuatu.

“Baiklah kalau begitu! Akan ku laksanakan…”

Si supir kembali memasukkan pasokan Energy Blank yang tersisa ke mobil. Setelah itu, dengan perlahan kecepatan mobil menjadi sangat cepat.

Hal ini tentu saja mengagetkan Rei. Ia tak menyangka karena sebelumnya kecepatannya stabil.

Dibarengi dengan meningkatnya kecepatan mobil yang ia tumpangi, perampok pengguna AIM assist mengambil sebuah senjata rahasia yang tadinya ada di belakangnya. Dan kemudian berkata kepada temannya yang merupakan seorang Sorcerer.

”Cepat atau lambat, dia pasti bisa menyamai kecepatan kita sekarang. Jika dilihat dari kemampuannya, mungkin bocah itu ada di Stage 5!”

“Stage 5?!”

Kedua rekannya langsung saja terkejut mendengarnya. Namun, keterkejutan itu mulai tertutupi dan mereka akhirnya paham. Kenapa bocah itu bisa menyamai Mobil yang diperkuat Energy Blank.

“Jadi begitu, ya…”

“Memang bukan hal yang aneh, dia bisa menyamai kecepatan sebelumnya!”

Mereka semua saling memasang ekspresi wajah yang serius.

“Oleh karena itu, kita akan menggunakan ini!”

Ucapnya sembari memandang benda yang sudah ada di tangannya.

“Kita akan menggunakan itu?”

Ucap rekannya dengan sedikit terkejut, karena benda yang dimaksudkan rekannya adalah senjata rahasia mereka dan hanya akan digunakan ketika mereka bertiga sedang dalam keadaan terpojok.

“Ini adalah satu-satunya cara!”

Melihat wajah serius rekannya, si pengguna sihir menjadi yakin.

“Baiklah, ayo gunakan itu…!”

Sedangkan, Rei saat ini sedang dalam keadaan sulit. Ia terlihat sedikit agak melambat. Dan juga ia sangat curiga dengan apa yang akan direncakan oleh para perampok itu, karena tiba-tiba mereka berhenti menyerang dirinya.

Dan disitu jugalah ia berpikir, bahwa sekarang adalah timing yang pas untuk melancarkan serangan balik.

Ia menaikkan kecepatannya dan berusaha mendekati mobil tersebut.

Namun, ia dikejutkan dengan terbukanya pintu belakang mobil itu, dan menampilkan si Sorcerer dan pengguna AIM assist sedang memegangi sebuah senjata mirip sniper yang cukup besar.

“Apa itu?”

Rei punya firasat buruk tentang hal ini.

“Ayo kita mulai!!”

“Ya…!!”

Si Sorcerer mulai mengalirkan sihir ke senjata itu untuk mengaktifkannya. Dan pengguna AIM assist mengarahkannya.

Setelah itu mulai terkumpul konsentrasi sihir di depan muzzle Sniper itu. Ukurannya juga terus berkembang.

Dari ukuran bola pingpong, menjadi ukuran bola basket, dan bahkan sekarang besarnya bisa menyaingi mobil yang di tumpangi mereka.

“Apa…?”

“Terima ini…!!”

Mereka menembakkannya kearah Rei.

“Senjata sihir kah…??”

Dengan sigap, Rei melompat kebelakang dan di lompatan itu pula ia melempar sepedanya kearah sihir itu. Namun Sihir itu bisa melenyapkan sepeda Rei dengan sangat mudah.

“Hah!?”

Setelah itu, sihir tersebut berhenti bergerak dan menyusut. Walau begitu, konsentrasi sihir masih sangat terasa. Justru malah semakin membara

Menyadari apa yang akan terjadi, Rei kembali melompat ke belakang. Namun sayangnya ia terlambat. Sihir itu meledak dan menghasilkan sebuah ledakan yang cukup kuat.

*Duarr!!

Untungnya, Rei ia tak terkena ledakan itu, namun, ia terkena dampak dari ledakan itu.

Ia terkena tekanannya dan terpental. Sementara itu para perampok yang melihat kalau serangan mereka berhasil menjadi kegirangan.

“Sekarang, tancap gas…!!”

“Baiklah!”

Mobil yang mereka tumpang langsung melesat dan meninggalkan area ledakan itu.

Sementara Rei, ia terlihat terbaring di jalanan aspal, dampak ledakan tadi lebih mengejutkan dari yang ia kira.

Namun, walau begitu, ia terlihat tersenyum.

“Jadi begitu y-yaa! Menggunakan sihir sebagai peluru, dan AIM assist untuk mengunci target, merepotkan sekali!”

Rei bangkit dan mulai melihat kearah sekitarnya untuk memastikan tak ada korban ledakan lainnya. Orang-orang di pinggir jalan hanya bisa kaget melihat dan mendengar ledakan barusan, dampak dari Rei melawan para perampok itu.

‘Walau begitu, keahlian mereka sangat baik…, Kalau begini mereka harus ku lawan dengan serius!’

“Selain itu, mereka!! Dengan beraninya menghancurkan sepeda kesayanganku!!”

Dia terlihat sangat kesal.

“Kehancuran yang mereka dapat...!!”

Ia mengatakan itu degan mengepalkan tangan dengan mata yang sudah berapi-api.

Tubuh Rei saat ini dipenuhi dengan energy dengan jumlah besar, selain itu, semangat berkobar besar di dalam hatinya.

Ia mulai memfokuskan energy tubuhnya dan masuk ke dalam kekuatan baru, kecepatan yang baru. Ia mulai melakukan pose start seperti orang maraton.

“Made in heaven!!”

Ia menirukannya dari sebuah nama stand di sebuah manga Jojo yang pernah ia baca, selain itu ia juga sangat menyukai lagu Made in Heaven.

Kerena itu semangat Rei menjadi meningkat pesat, ia melesat dengan kecepatan super.

Bahkan, kilatan cahaya keluar kerena kecepatannya.

Sementara itu, para perampok yang ada di mobil sedang dalam keadaan senang. Karena mereka baru saja berhasil menyingkirkan orang yang mengejar mereka.

“Akhirnya…. Kita bisa menyingkirkan bocah itu!”

“Benar sekali…, dia benar-benar lawan yang merepotkan.”

Mereka berdua terlihat sangat kelelahan setelah melakukan perjuangan yang berat dalam menyingkirkan Rei.

“Sudahlah, yang penting kita bisa lolos darinya!”

“Benar sekali…”

“Untuk sekarang, prioritaskan keluar dari jalur ini…!”

Salah satu perampok memerintahkan rekannya untuk keluar dari jalur yang sekarang, karena kemungkinan Rei bisa mengejar mereka lagi.

Setelah itu dia menuju ke pintu belakang mobil untuk menutupnya. Namun, dia tiba-tiba melihat sebuah siluet dari kejauhan.

“Apa itu..?”

Ia terus saja melihat ke arah siluet cahaya itu.

“Ada apa kawan?”

Rekannya menanyakan, kenapa dia terus menatap kearah belakang.

“Tidak, sepertinya hanyalah perasa-, haah?“

Ia diba-tiba dikejutkan dengan datangnya seseorang dari siluet cahaya yang sedari tadi ia lihat. Dan orang tersebut adalah Reinhard.

“Apa-“

“Apa-apaan bocah itu…!”

Terlihat Rei yang bergerak dengan kecepatan tinggi.

“Tingkatkan lagi kecepatannya!!”

“Pakai senjata itu lagi…!!”

Seluruh perampok sekarang dalam keadaan panik. Mereka sama sekali tak menyangka Rei bisa mengejar mereka.

Reinhard yang sudah dalam jarak yang sangat dekat dengan mobil para perampok, segera melompat dan masuk kedalam mobil tersebut.

“Yaa! Beraninya kalian menghancurkan sepeda kesayanganku, ya!! Dasar pencuri sialan!”

“Khekh”

“Jangan sombong dulu kau bocah!!”

Si Sorcerer mulai maju dan melapisi tubuhnya dengan sihir penguatan fisik. Ia melancarkan pukulan kearah kepala Rei.

Namun, Rei dapat dengan mudah menghindar dan melancarkan sebuah serangan balasan ke arah perut lawannya.

“Ugghh!!”

Tentu saja, serangan Rei ke perut perampok itu sangatlah kuat. Karena Akselerasi miliknya, kekuatan pukulan Rei menjadi sangat kuat. Bahkan membuat orang yang terkena pukulannya pingsan seketika.

“Jadi, begitu ya…, energy blank yaa! Pantas saja kecepatan mobil ini luar biasa.”

Ucap Rei, setelah ia mengamati isi dalam mobil.

‘Apa? Dia bisa mengetahui tentang energy blank dengan hanya sekali lihat? Bocah ini, pintar juga...’

Perampok yang ada di depan Rei sangat terkejut akan kemampuan analisa Rei yang sangat hebat, setelah sadar dari pikirannya, ia langsung saja menodongkan pistolnya kearah Rei.

“Jangan bergerak!!”

Rei hanya diam tak merespon.

‘Apa-apaan bocah ini! Kecepatannya itu, apa sebenarnya kemampuannya??’

Pikirnya kebingungan, karena penguatan fisik dari manipulasi sihir/energi biasa tak akan bisa sampai ke kecepatan ini.

Rei tersenyum melihat Lawan didepannya terlihat seperti mengobservasi dirinya.

“Apa kau ingin tahu kemampuanku…?”

“…”

“Kemapuan ku adalah Akselerasi, aku bisa mengakselerasi tubuh dan benda yang aku sentuh dengan mengalirkan energy ke benda itu, dan juga…”

‘Akselerasi ya...?'

Perampok masih memandangi Rei. Walau dia masih sedikit penasaran karena Rei sedikit menanggung kan perkataannya.

Rei tiba-tiba menghilang dari pandangan perampok tersebut.

“Apa-“

Rei kembali melancarkan pukulan, namun kali ini reflek perampok itu cukup baik, ia bisa menahan pukulan itu dengan kedua tangannya.

“Heeh…!”

Melihat serangannya berhasil ditahan, Rei sedikit kagum akan kemampuan lawannya.

“Kalau begitu!”

Rei mengambil tangan perampok di hadapannya, kemudian membantingnya.

*Bruaagghh!

“Ugghhh!”

Belum sampai disitu, saat ini tangan Rei sedang dalam posisi bersiap-siap memukul.

“Masih belum!!”

“Akhhh!!”

Seketika perampok tersebut pingsan setelah menerima hantaman keras di perutnya.

Rei kembali berdiri tegak.

“Baiklah, sekarang…”

Ia menengok kebelakang dan melihat ke arah kaca spion yang Nampak si supir sedari tadi melihat pertarungan mereka.

“Energy blank mu cukup menyusahkan! Akan tetapi..., bisakah kau menangani ini!!”

Setelah mengucapkan itu, ia langsung saja menyentuh lantai mobil.

“Selain Akselerasi aku juga bisa begini tau!! Deccelerate, Transfer!!”

“Ugh!! Apa yang…?”

Secara tiba-tiba, si supir merasakannya.

Perasaan yang sebelumnya adalah cepat dan ringan menjadi sangat lambat dan berat. Jadi ini deselerasi?

Mobil yang mereka tumpangi kehilangan kecepatannya secara pasti.

Begitupun dengan si supir, ia mulai kehilangan kesadaran akibat pelambatan kerja organ tubuh, pelemasan.

Dan akhirnya, mobil menjadi berhenti sepenuhnya, dan juga si supir, ia pingsan.

Dengan begini, Rei berhasil menumbangkan trio perampok ini.

“Biasanya kemampuan ini ku gunakan ketika aku tegang ataupun susah tidur. Tak ku sangka akan berguna disaat-saat seperti ini…”

Rei segera turun dari mobil itu.

“Akhirnya selesai!!”

Ia meregangkan tubuhnya yang baru saja di pacu dengan kekuatan tinggi, ini sangatlah melelahkan, kau tahu.

Beberapa saat kemudian, datanglah berbondong-bondong mobil polisi.

“Ehh? Datangnya cepat sekali!”

Keluar dua orang yang nampaknya kepala polisi dan satunya adalah seorag wanita dewasa, yang sepertinya adalah pemilik toko perhiasan itu.

Dia Nampak berlari kearah dirinya.

“Eh…”

Setelah mendekat wanita itu langsung saja memeluk Rei. Ia juga terlihat menangis.

“TERIMA KASIH!! TERIMA KASIH!! Wahai anak muda! Aku tak tahu apa jadinya jika tak ada dirimu.”

Rei agak terganggu dengan pelukan wanita ini.

“Tidak, bukan apa-apa! Tak perlu berterimakasih padaku…”

Ucap Rei menenangkan wanita ini.

“Oh ya!! Sepeda mu hancur bukan? Beritahu aku mana model sepeda yang kau inginkan, aku akan menggantinya!”

Rei kembali bersemangat mendengar itu.

“Benarkah? Kalau itu, aku berterima kasih…”

Rei tampak gembira sekali. Melihat situasi mulai tenang, kepala polisi itu juga langsung mendekati Rei.

“Terima kasih ya…, Reinhard! Karena mu kita bisa menangkap perampok dan mengembalikkan barang curian ke pemiliknya semula…!”

Rei mengalihkan pandangan ke orang yang mengajaknya berbicara.

“Ah tidak, ini bukan apa-apa! Tak perlu berterima kasih kepada’ku.”

Kepala polisi itu tersenyum mendengar jawaban Rei.

“Kalau begitu, bisakah kau ikut kami ke kantor polisi? Hanya untuk laporan saja..?!”

“Ahh, tentu saja! Tapi bisakah ditunda dulu? Setidaknya sampai aku pulang sekolah?”

Rei tersenyum.

“Apa yang kau katakan? Kau sekarang sudah terlambat sekolah!”

Kepala polisi itu menjawab dengan tersenyum pula.

“Eh…?”

“Hmm…?”

“Tadi apa yang anda katakan?”

“Kau sudah terlambat sekarang!”

Rei langsung segera melihat kearah jam tangan miliknya, syukurlah tak rusak akibat ledakan tadi.

Dan jam sudah menunjukkan pukul 07:15.

“Ehh?!...., Ehhhhhhhh!!”

Sial, pasti Sai akan marah besar

...----------------...

Dan begitulah, kira-kira kejadian yang bisa ku bayangkan.

Hufft. Sungguh orang yang sial. Begitupun dengan diriku yang menyedihkan ini.

Tapi, sepertinya aku tak Semenyedihkan yang kukira.

Dan sekarang, kita harus menyampingkan masalah itu. Karena, masalah yang sesungguhnya adalah setelah ini.

Panitia, masih bersiaga kah? Dari yang kudengar dari kegaduhan di luar. Sepertinya para murid sudah berkumpul di tribun.

Aku segera mengintip keluar, dan benar saja, Seluruh tribun penonton sudah terisi oleh seluruh murid SMA ini.

Sungguh, bagaimana ini? Bagaimana caranya menemui panitia di tengah situasi seperti ini? Aku bisa saja keluar dan menemui para guru secara langsung dan memberitahukan situasi yang terjadi. Tetapi, aku tak punya cukup nyali untuk melakukan hal itu. Lagipula, mungkin itu bisa saja menurunkan harga diri Rei.

Jika aku melaporkan ini, mereka mungkin saja akan salah paham, mengira Rei terlibat kasus.

Apa menunggu sampai panitia menghampiri ruangan ini adalah pilihan terbaik? Ya… mungkin.

“Apa yang harus kulakukan!? Apa yang harus kulakukan!? Apa…!?”

Aku benar-benar terlarut dalam kepanikan saat ini. Hanya berjalan berputar sembari memegangi kepala.

Hingga, beberapa saat kemudian, masuk beberapa orang.

“Permisi…”

“Ahh!”

“Reinhard, sudah saatnya bersiap-siap, acara akan segera dimulai!”

Waah! Sepertinya mereka anggota panitia.

“Ahh! Apa kalian ini dari tim panitia?”

Mereka hanya saling menatap satu sama lain menanggapi pertanyaan ku.

“Ya benar!”

Syukurlah, datangnya cepat juga.

“Ka-kalau begi-“

“Ya, ampun!! Kau sama sekali belum bersiap-siap?!”

Salah satu dari mereka memotong perkataan ku untuk menanggapi keadaanku saat ini. Sepertinya, ia salah mengira kala aku adalah Rei.

“Kenapa kau tak bersiap-siap dari tadi!?”

Ya, memang tak salah lagi.

“Ahh…, b-bukan! Aku ini…”

“Pokoknya, ikut aku sekarang! Kegiatan akan segera dimulai!”

“Ehh? Tunggu dulu…”

Aku sedikit meronta, mereka sama sekali tak mendengarkan diriku ini. Sungguh sial sekali.

"Kalian tolong cek lagi sisanya!”

“Baik, ketua!!”

Ah, ternyata orang ini ketuanya ya…

Tunggu, tunggu dulu!!!

......................

Halo semuanya! Namaku Saidhan M. Ardhiyasa, seorang anak lelaki biasa, 15 tahun.

Saat ini aku dengan dalam salah satu situasi paling terburuk dalam hidupku. Aku berdiri di sebuah arena luas, dilihat oleh banyak orang, mungkin ratusan. Kalian bertanya kenapa aku bisa ada disini? Itu karena sebuah kesalahpahaman kecil.

Yaa, kesalahpahaman, hari ini adalah penerimaan murid baru, dari SMA Dharma Wangsa. Sekolah kami memiliki tradisi unik, dimana setelah upacara penerimaan murid baru, pihak sekolah akan mengadakan pertandingan persahabatan antara dua murid terpilih untuk mewakili para murid baru.

Dan tentu saja, orang itu bukanlah aku, tak mungkin bukan jika seorang dari Unknown class seperti diriku ini, diikut sertakan kedalam sebuah acara seperti ini.

Jadi kenapa aku bisa ada di sini? Ini karena pihak panitia salah mengira bahwa aku adalah temanku, yang seorang Stage 5, ironis sekali bukan?

"Bagaimana ini?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!