CEO Cantik Dan Berondong Nakal

Aku keluar dari lift ku, dan didepan sana ada emak emak tukang panci sudah melotot dan berkacak pinggang.

" Mentang mentang elu bos disini!. Hp dimatiin!. Disamperin ke apartemen orang nya ngilang!. Telpon bolak balik sampai bibir dower juga ga ke angkat!. Dari mana sih Lo..?"

Aku nyengir mendengar penjual panci ngomel seperti sedang menagih hutang kepada pelanggan yg mangkir membayar cicilan.

" Ada perlu lah..!" jawabku singkat padat, ngga jelas.

" Nih berkas tanda tangan!. Bentar lagi gw ketemu klien. Udah mundur jam ini...!!"

" Whaaatttt....!!"

Aku berteriak kencang menatap setumpuk berkas yg diberikan Meta. Dan ini sudah mundur dari jam janjian. Aku pun langsung duduk disebelah Meta. Memeriksa kemudian tanda tangan.

" jangan salah memeriksa lho Key..."

" Semangat.." kata Meta.

Aku memutar bola mataku. Sesekali melirik kesana kemari dan bertepatan, Agung sedang membersihkan kaca jendela. Semoga aku tetap fokus kalau ada Agung disini.

" Gung....."

Aku mendengar Meta memanggil suamiku. Eh suami. iya Agung sudah jadi suamiku kemarin. Semoga Meta tidak menawarkan panci ke Agung. Sehingga aku bisa fokus untuk memeriksa ini berkas.

" Iya Bu..."

Agung menjawab sambil menoleh. Aku hanya meliriknya sekilas. Karena fokus memeriksa berkas yg setumpuk ini.

" Kemarin elu nganter yg gw titip in , engga mampir ngopi dulu?. Kok katanya terus pulang..?" tanya Meta ke Agung.

Fix, ini meta menawarkan panci jenis soblok, alias gobl*k

" Engga Bu!. soalnya saya harus segera ke rumah nenek...." jawab Agung lugu.

Fix gw juga dikerjain sama Agung. Kalau di kantor lugu banget. Giliran di ranjang liar banget tapi aku suka.

" Oh ke rumah nenek, memangnya jauh rumahnya..?" tanya Meta kembali.

Kini menawarkan panci jenis dandang. Fix sudah menabuh genderang perang.

Aku melihat Agung yg bekerja sambil menoleh karena pertanyaan Meta.

" Jauh Bu, hampir 50 km dari sini..." jawab Agung.

Kayaknya sedikit bohong kalau ini. Karena kemarin bilang sekitar 25 km. Ah suamiku pandai bohong juga ternyata.

" Jauh juga ya...?" Sahut Meta kembali.

Aku melihat Meta yg masih berdiri sambil bersungut-sungut berbicara dengan Agung.

" Iya Bu..." jawab Agung.

Dan jawaban ini sebenarnya membuatku tertawa. Apalagi jawaban jawaban Agung atas pertanyaan Meta termasuk konyol.

" Gung...." Tanya Meta kembali.

Meta sepertinya memang menggodaku. Karena memang aku dan Meta sering berkhayal. Apalagi tentang pasangan. Semenjak Wilson meninggal aku ingin suami yg lebih muda dariku. Dan benar saja suamiku memang lebih muda dariku saat ini. Tapi Meta tidak tahu. Dan ia menggodaku setiap ada Agung. Suamiku sendiri.

" Iya Bu...." jawab Agung kembali.

Aku menunduk, menelungkup kan wajahku ke berkas yg ku periksa. Aku tertawa. Tapi aku tahan sekuat tenaga.

" Sudah punya pacar belum..?" tanya Meta.

Kini menawarkan panci jenis rantang. fix ngajak perang nih bocah.

Agung tidak menjawab, tapi jawaban Agung sangat cerdas. Dia hanya menunjukkan cincin di jari manisnya. Yang aku pasang kemarin. Tapi punyaku tidak boleh dipakai, kecuali kalau sedang berdua. Dan tidak boleh menunjukkan ke siapapun. Itu semua atas perintah nenek Intan. Dan Meta pun memperhatikan cincin itu dengan sangat intens. Mungkin karena bentuk nya yg unik.

" Yah telat Key, Agung sudah tunangan..." gerutu Meta lemas.

" Bisa diam ga sih Met , kapan gw kelar...!. Kalo elu ngomong terus, Memet..!!!." kataku ketus.

Karena memang sejak tadi menggoda Agung dan aku.

" Yeee, marah...!, eh bentar..! elu marah gara gara Agung sudah tunangan atau gara gara gw..?" tanya Meta membuat fokus ku ke berkas semakin kacau.

" Gara gara elu, nawarin panci ga kelar kelar..!!"

" Bukan karena Agung sudah tunangan..?"

Aku semakin gedek mendengar pertanyaan Meta.

" Mau tunangan kek mau nikah kek. Emang elu mau kasih kado..?"

Habis jengkel , kalau penjual panci ini sudah ngomong.

" Yeeee, kalo elu yg nikah sama Agung gw kasih kado. Sweeerr...!!"

Kata Meta membuatku semakin dongkol.

" Kado apaan...?, ciki...?"

Gerutuku kepada Meta yg memang pelit itu. Aku melihat Agung masih fokus dengan pekerjaannya, dan mengabaikan perkataan Meta. Bahkan ia sangat tenang tanpa terganggu sedikitpun. Dan Meta kini kulihat mengetukkan jarinya di pipi. Mungkin berfikir kado yg akan dikasih jika aku menikah dengan Agung.

" Kado rumah deh, minimalis. Kan gw tahu kalo elu nikah sama Agung elu pasti jauh jauh dari kota ini. Dan pasti butuh rumah kan...?" jawab Meta yg ingin memberikan kado rumah. Mungkin dia akan gila kalau cincin yg dipakai Agung sama persis dengan milikku. Dan Meta tahu jika aku adalah istri Agung.

" Beneran itu....?"

tanyaku kepada Meta. Aku pun berdiri.

" Bener deh, sweeerr, walau gw harus kuras tabungan gw..."

" Ya udah yuk Gung kita nikah...!!" kataku kepada Agung. dan Agung pun menoleh.

" Maaf Bu saya sudah menikah dan punya istri...." jawab Agung.

Membuat pipiku sedikit memerah. Dan ia mengakui jika sudah punya istri. Walau tidak kasih tahu ke Meta. Jika istrinya adalah aku.

" Yeee, Telat lu Key. udah keduluan orang..." Celetuk Meta. Akupun sebenarnya menunduk malu. Tapi apa daya. Semua sandiwara didepan Meta.

" Ya elu!, ada ada aja, masa orang sudah pakai cincin nikah, elu arepin ke gw?. Mana mau kasih kado rumah lagi..!" gerutuku ke Meta.

" Ya gw pikir, Agung baru tunangan....mana tahu gw..." jawab Meta.

Aku melihat Agung mendekat ke arah Meta hingga sampai di hadapannya, engga tahu tujuannya apa.

" Kalau istri saya Bu Catherine, emang bener Bu Meta mau kasih kado rumah....?"

Pertanyaan Agung, kini membuat Meta melotot. Karena baru kali ini ada karyawan yg berani berhadapan dengannya. Meta terkenal galak dan judes. Tapi ketika berhadapan dengan Agung, Meta seperti tidak berkutik seperti saat ini.

" I...ii....iya...!" jawab Meta gugup.

Baru kali ini Meta gugup dengan bawahannya yg berstatus OB. Aku tertawa dan sudah tidak bisa aku tahan. Dan aku benar benar tertawa lepas. Hingga perutku terasa sakit akibat ulah Agung kepada Meta.

Aku melihat Agung pergi meninggalkan aku dan Meta. Aku masih saja tertawa karena wajah merah Meta. Dan ternyata Agung menuju ruanganku. Mungkin saat ini ruangan ku yg dikerjakan selanjutnya.

Aku kini diam, namun masih menahan tawa. Kemudian meneruskan tugasku untuk memeriksa dan menandatangani berkas yg masih ada.

" Sialan, kaget gw..!" protes Meta.

Kemudian duduk di sebelahku. Aku melihat Meta menggerutu kesal akibat ulah Agung. Entah kenapa aku juga tidak tahu.

" Udah gagah, ganteng, kekar ,tinggi apalagi ya...?, pasti istrinya bahagia banget punya suami Agung.." gerutu Meta.

" Amin..."

Aku keceplosan mengaminkan perkataan Meta. Meta menatapku. Aku melirik sekilas. Kemudian fokus ke berkas kembali.

" Lu aminin perkataan gw Key..?" tanya Meta kepadaku.

" Ya namanya doa baik baik, mau siapapun yg menerima. Patut kita aminin kan...."

" Iya juga ya..." jawab Meta.

Aku memang tidak mau memperpanjang masalah dengan Meta. Terlebih Meta yg suka penasaran alias kepo, dan suka menebak yg tidak tidak. Hingga berkas ku yg terakhir aku periksa dan tanda tangani kemudian kuserahkan ke Meta. Aku pun bangkit ingin ke ruanganku. Tapi aku kembali duduk karena teringat sesuatu.

" Lu meeting jam berapa...?"

" 10.."

Fix dia ngerjain gw. Aku memutar bola mataku. Tapi ada hal lain yg ingin aku tanyakan.

" Met, lu tahu engga sewaktu gw mabuk di klub...?"

" Ya tahu lah...kan gw sama elu...?" jawabnya.

" Bukan itu..."

Aku ragu untuk menanyakan secara detail seperti kata Agung tadi pagi. Tapi hanya Meta yg menemaniku saat itu.

" Terus....?"

" Maksud gw, yg kasih minuman buat gw malam itu...?"

Aku ingin kembali memastikan apakah Meta tahu siapa yg kasih minuman ke gw. Tampak Meta berfikir, mungkin mengingat ingat. Aku melihat Meta hanya geleng geleng kepala. Mungkin memang tidak tahu.

" Emang kenapa....?" tanya Meta penasaran sepertinya.

" Gw tadi malam ke dokter. Dan katanya ada yg kasih obat perangsang bersama minuman keras itu...."

" Whaaatttt.....!!!"

Meta terlihat kaget dengan penjelasan ku. Karena baru tahu kali ini, jika minumanku ada obat perangsang nya.

" Darimana Lo tahu...?"

" Gw tes urine..." jawabku bohong.

Karena semua dijelaskan oleh Agung. Dan Meta masih terbengong dengan penjelasan ku.

" Kan elu yang guyur gw, setelah dari klub. Harusnya gw direndem katanya. Atau paling mujarab ya hubungan suami istri..."

" Gw ga tahu. Gw tahunya elu kepanasan dan pingin disentuh lelaki. Makanya gw guyur elu biar sadar....."

" Makasih ya Met, sudah nyelametin gw. Gw ga tahu kalo ga ada elu. Dan gw juga ingin mengikuti saran elu. Tapi gw masih ada yg harus gw kelarin sebelum pergi meninggalkan perusahaan ini..."

Aku berterima kasih sambil meneteskan air mata. Dan akupun memeluk Meta. Dan meta pun membalasnya.

" Apa itu..." tanya Meta.

Aku hanya geleng geleng kepala. Ini sudah urusan keluarga Wilson. Jadi aku tidak mau melibatkan siapapun.

" Doain gw agar gw bisa menyelesaikan semua dengan baik baik ya Met..."

Dan meta mengangguk. Dan aku pun pamit menuju ruanganku. Aku melihat Meta masih termenung dengan apa yang ku pertanyakan serta penjelasan ku tadi.

.

.

BERSAMBUNG

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...