NovelToon NovelToon
Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Tumbal (Di Angkat Dari Kejadian Nyata)

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:489
Nilai: 5
Nama Author: Rosy_Lea

Erik koma selama 3 Minggu, setelah jatuh & terjun bebas dari atas ketinggian pohon kelapa, namun selama itu pula badannya hidup & berinteraksi dengan keluarga maupun orang-orang di sekelilingnya, lalu siapa yang mengendalikan dirinya jika jiwanya sedang tak bersama raganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosy_Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang dana aspirasi

Pagi-pagi, saat langit masih gelap, aku terbangun oleh kumandang adzan Subuh.

Nyawaku sudah ada, tapi tubuhku masih nggak mau diajak kompromi, pegal di sekujur badan, kepala rasanya berat nyut-nyutan, kaya belum sepenuhnya sembuh dari rasa capek semalam.

Ya mungkin efek capeknya lahir batin, luar dalam, badan juga pikiran.. Apalagi perasaan, udah pasti selalu jadi korban.. Jadi efeknya ya mungkin gini

Tapi pas lihat pak Su yang masih terbaring lemah tak berdaya di sampingku, membuatku tak punya alasan untuk manja-manja diri atau beristirahat lebih lama.

Sekuat tenaga aku buru-buru bangkit, karena ada sosok yang harus ku perhatikan, bahkan sebelum aku sempat memperhatikan diriku sendiri.

Ada dua bocil yang butuh semangat dan senyumku pagi ini.

Akhirnya, dengan semangat 45, ku paksa tubuhku bangun.

Rasa pegal, kepala berat, dan alarm tubuh yang meraung-raung, semua ku abaikan.

Atas nama bakti dan taat pada tuhan, kujalani peran ini.

Karena katanya, istri shalihah yang sabar itu calon bidadari surga...

Ciieee... Aamiin aja dulu lah!

Aku ambil wudhu, sholat, lalu mulai menyiapkan pagi dengan merebus air dan memasak nasi.

Langkah kecil tapi berarti, karena dari dapur inilah cinta dan energi buat keluarga bermula.

Nggak lupa, aku juga menyiapkan sarapan untuk para tetangga apartemen di belakang, bebek-bebek gemoy yang ribut ples heboh mulu, ada juga kambing-kambing titipan sepupu pak Su yang menunggu dengan sabar sambil menatap penuh harap.

Setelah itu, lanjut bersihin kandangnya, karena hidup bareng mereka tuh nggak cukup cuma ngasih makan, tapi juga harus rela jungkir balik demi kebersihan dan kenyamanan mereka.

Pagi-pagi udah kayak kepala dapur plus kepala peternakan.

Setelah apartemen belakang, alias kandang bebek dan kambing, serta para penghuninya aman, kenyang, dan nyaman, aku masuk ke rumah. Alhamdulillah, nasinya udah matang, tinggal siapin lauknya.

Eeits... tapi sebelum pegang-pegang panci, centong, kuali dan apapun itu aku mandi dulu donk...

Melunturkan kuman debu sekaligus hawa-hawa nggak enak yang mungkin nempel di hati dan pikiranku sejak semalam... Aku guyur dari atas kepala biar luntur semua dosa, pinginnya sih gitu kalau bisa..

setelah aku udah fresh lagi kaya promo minimarket awal bulan, buy 1 get 1.. Langsung lanjut misi berikutnya, bikinin lauk sekeluarga, nyuapin dua bocil, siapin mereka buat sekolah. Habis itu baru fokus ke pak su.

Aku seka badannya pakai air hangat, aku gantiin bajunya, suapin sarapan, terus kasih obat.

Rasanya kaya kerja 3 shift sekaligus, tapi ya… inilah cinta dalam bentuk paling nyatanya. Walau mungkin jarang ada yang sadar kalau pengorbanan istri sholihah itu luar biasa.

Menjelang siang, datanglah adik-adiknya pak su yang merantau di luar kota, lengkap dengan keluarga mereka. Suasana langsung berubah total yang tadinya tenang-tenang aja, tiba-tiba heboh kaya lagi arisan ERWE..

Ruang tamu mendadak padat, suara anak-anak kecil bercampur dengan obrolan orang dewasa, ditambah aroma kue bawaan tamu yang nyebar ke mana-mana.

Rumah jadi riuh, ramai, penuh suara… dan tentu, penuh kerjaan ekstra juga buat tuan rumah.

Tapi entah kenapa, sikap pak su malah makin rewel. Sedikit-sedikit emosi, ngomel, mukanya masam terus. Yang bikin bingung, dia tiba-tiba nggak mau dideketin anak kecil.

Duh, padahal yang datang itu ya hampir delapan puluh persen pasukan bocil semua, anak-anak dari adik-adiknya. Tiap lihat bocil lari-larian di dalam rumah, langsung deh pak su misuh-misuh, “Main di luar sana! Jangan deket-deket!”

Aku cuma bisa senyum kecut sambil ngelus dada. Lah ini anak-anak kecil mau dikemanain kalau bukan di rumah? Masa iya disuruh nginap di warung sebelah?

Bukannya jadi solusi, yang ada malah nambahin beban. Tiba-tiba aja nanti tagihan jajan mereka menggunung, kayak pinjaman bank keliling yang doyan beranak-pinak. Baru dibayar satu, udah nongol tiga lagi. Lama-lama bukan cuma dompet yang megap-megap, tapi juga mental, besty!

Siang itu kita lagi pada ngumpul di ruang tamu, tentunya tanpa bocil, mereka udah sukses diungsikan ke lapangan bola buat nguras energi. Ada tetangga juga yang lagi jenguk pak Su.

Aku lagi khusyuk suapin pak su makan siang, suasana lumayan adem, eh tiba-tiba… jreng-jreng ibunya sepupu suamiku dateng.

Langkahnya mantap, penuh wibawa, ekspresinya serius, aura-aura ada dompet tebal mulai terasa. Dalam hati aku udah mikir, Hmm… ini katanya ada episode baru nih dalam sinetron kehidupan kita.

Setelah basa-basi tanya kabar dan kondisi pak su, beliau mulai buka suara dengan gaya khas orang tua yang udah siap sidang musyawarah.

"Jadi begini ya... menimbang dari keadaan yang ada, dan setelah kami keluarga besar bermusyawarah, (nah loh, kalau udah pake kata musyawarah tuh biasanya keputusan udah bulat tinggal diumumin aja) kambing-kambing yang dititip ke sini, rencananya mau dijual aja."

Alasannya sih masuk akal, katanya karena melihat kondisi pak su yang lagi butuh perawatan dan perhatian ekstra, mereka khawatir kalau urusan kambing malah jadi beban tambahan buat kita.

Lumayan satu urusan selesai, tinggal tunggu plot twist selanjutnya.

Beliau lanjut ngomong, “Ini udah laku juga kambingnya, udah dibayar orang kemarin,” sambil nyodorin beberapa lembar uang merah yang kayaknya masih anget dari dompet.

Katanya, “Ini ya… buat kalian, biar ikut ngrasain hasil dari si Embe.”

“Makasih banyak, Bu… Alhamdulillah, rejeki nggak kemana.”

Dalam hati, Setidaknya si Embe pergi ninggalin jejak yang manis, bukan cuma bau kandangnya doang.

Uang pun diserahkan ke mama mertua, sebagai sesepuh di rumah ini. Beliau terima dengan anggukan kalem, khas gaya beliau yang selalu tenang dalam segala situasi.

Oke… suasana masih kondusif. Tidak ada drama. Tidak ada bisik-bisik tetangga. Tidak ada mata melotot atau yang tiba-tiba pura-pura batuk sambil kode.

Keadaan aman…

Tenang…

Damai…

Untuk sementara.

Selang berapa menit beliau pamit pulang sambil doain pak Su biar lekas membaik.

Alhamdulillah satu detik dua detik masih kondusif, begitu bayangan ibu sudah tak terlihat, seketika langsung heboh.

Ruang tamu berubah jadi arena debat kusir level erte.

Udah kaya bocil rebutan ciki di warung, padahal baru aja suasana tadi kalem syahdu penuh kasih sayang.

Suara mulai naik satu-satu:

"Ma.. mau uang buat beli bedak" kata si gadis adek pak Su.

"Maa... mau jajan, mau es krim" Sahut si bungsu.

"Sini bagi buat beli rokok." Sambung bapak mertua.

"Siniin dua lembar" tiba-tiba kata pak Su.

Ehh, giliran lihat duit aja langsung pada semangat.

Mereka saling mengajukan proposal kebutuhannya masing-masing udah kaya sidang dana aspirasi.

Sementara tamu yang disitu cuma bingung lihatnya, sampe akhirnya pamitan karena mungkin suasananya jadi canggung ples panas .

Aku ya diem aja. Duduk manis sambil nyuapin pak su sisa suapan terakhir.

Senyum tipis, dalam hati, "Nah, ini baru rumah keluarga... rasa sinetron jam tujuh."

1
Odette/Odile
Hebat deh penulisnya!
ナディン(nadin)
Dapet insight baru dari cerita ini
Rosy_Lea: Alhamdulillah, semoga insight-nya bermanfaat ya besty.. dan bisa jadi penguat juga buat jalanin hari-hari 💖✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!