Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Belanja
Saka melirik ke samping, melihat Rayya yang duduk diam dengan tatapan kosong. Wajah istrinya itu masih terlihat muram setelah kejadian di toko rotinya. Mereka baru saja keluar dari kantor polisi setelah memberikan keterangan terkait insiden yang menimpa toko roti milik Rayya. Saka bisa merasakan betapa terpukulnya wanita itu.
Hari ini adalah hari kedua pernikahan mereka, tapi bukannya menikmati kebahagiaan sebagai pasangan baru, mereka malah harus menghadapi masalah. Bahkan, Saka belum sempat mengenalkan Rayya kepada orang tuanya.
Saat di dalam mobil, Rayya mendesah pelan. "Aku ingin pulang saja, Mas," ucapnya dengan suara lemah. "Aku tidak mood untuk belanja sekarang."
Saka tidak langsung menjawab. Ia tahu, Rayya sebenarnya ingin mengisi rumah mereka dengan berbagai perabotan yang belum mereka beli. Sebelum kejadian ini, istrinya itu begitu bersemangat untuk berbelanja dan memilih sendiri barang-barang rumah tangga yang akan mengisi rumah mereka. Namun, insiden di toko roti telah menghapus semua semangatnya.
Tanpa menjawab, Saka tetap mengarahkan mobilnya ke pusat perbelanjaan. Rayya menatap suaminya, sedikit kesal karena tidak mau menurutinya.
"Mas, aku benar-benar ingin pulang," katanya lagi, lebih tegas.
Saka menoleh sekilas dan tersenyum. "Percaya padaku, Ray. Aku akan membuatmu moodmu kembali dan aku juga ingin melihatmu tersenyum lagi."
Raya mendesah pasrah. Dia masih tidak tahu pria seperti apa Saka ini. Karena pernikahannya dengan Saka terjadi karena sebuah kebetulan yang saling membutuhkan satu sama lain.
Begitu memasuki pusat perbelanjaan, Saka langsung menggandeng tangan Rayya dan membawanya ke toko peralatan rumah tangga dan elektronik. Rayya masih terlihat lesu saat berjalan di samping Saka. Namun, semuanya berubah saat dia melihat rak-rak berisi perabotan yang berjejer rapi.
Matanya berbinar saat melihat berbagai barang yang selama ini ia impikan untuk melengkapi rumah mereka. Tanpa sadar, dia mulai berjalan mendekati satu per satu barang yang menarik perhatiannya.
Saka tersenyum melihat perubahan itu. Ia membiarkan istrinya memilih sesuka hati. Dan Rayya dengan antusias memilih beberapa barang: blender, oven baru, peralatan makan, dan berbagai perabot lain.
"Yang ini bagus, Mas! Lihat warna dan desainnya!" serunya sambil menunjukkan satu set peralatan dapur.
Saka hanya mengangguk dan tersenyum. Dia membiarkan Rayya memilih sebanyak yang dia mau tanpa mempertanyakan harga.
Mereka berbelanja dari satu toko ke toko lainnya, dari perabot dapur, barang elektronik dan juga meubel. Semua barang yang diinginkan Rayya sudah terpenuhi untuk mengisi rumah mereka.
Setelah selesai berbelanja, barang-barang itu dijadwalkan untuk diantar besok siang. Raya terlihat jauh lebih bahagia dari sebelumnya.
"Terima kasih, Mas," ucapnya tulus saat mereka kembali ke mobil.
Saka menoleh dan tersenyum hangat. "Apa pun untuk membuatmu tersenyum lagi."
Mereka kembali ke rumah dengan berbagai perasaan yang ada. Rayya yang sedikit lega karena dia sudah melakukan hal besar hari ini, melaporkan Livia ke penjara. Itu adalah hal yang tidak pernah ada di benaknya sama sekali. Tapi itu terjadi hari ini.
Sedangkan Saka merasa bahagia karena bisa mendorong Rayya untuk melakukan hal besar itu. Dan bisa menerbitkan senyum diwajah cantik istrinya lagi.
*************
Keesokan harinya, Rayya kembali ke toko rotinya. Dia hanya akan bekerja setengah hari karena harus menunggu barang-barang yang akan diantar ke rumahnya. Dan menata semua perabot itu.
Saat memasuki tokonya, suasana tampak lengang. Sejak insiden yang dilakukan oleh Livia kemarin, nama baik tokonya sempat tercoreng. Tapi Rayya tidak akan menyerah. Ini adalah bisnis yang telah ia bangun dengan susah payah. Dia harus bertahan, tidak peduli seberapa buruk gosip yang beredar.
Beberapa karyawan menyambutnya dengan senyum, meski mereka juga tampak sedikit khawatir dengan situasi yang ada.
"Mbak Rayya," panggil Sisi, salah satu karyawannya. "Apakah kita akan tetap menjalankan promo hari ini?"
"Tentu saja," jawab Rayya tegas. "Kita harus terus berjuang. Aku yakin pelanggan setia kita akan kembali."
"Iya, mbak. Kita harus memulihkan kembali nama baik toko kita."
Rayya lalu membagi tugas Sisi dan Dion. "Sisi dan kamu Dion hari ini kita produksi kue dan rotinya jangan terlalu banyak. Hanya untuk mengisi etalase saja. Jika ada yang meminta layanan delivery, kamu sudah mengerti tugasmu kan Dion." kata Rayya memberikan interupsi kepada karyawannya
"Maaf, ku juga tidak bisa seharian di sini, karena siang nanti barang-barang dirumahku akan datang. " imbuhnya lagi.
Saat mereka sedang berbincang, pintu toko terbuka. Seorang wanita paruh baya cantik dengan penampilan elegan masuk ke dalam toko. Langkahnya anggun dan penuh percaya diri.
Sisi langsung menghampirinya dengan ramah. "Selamat datang, Bu. Ada yang bisa kami bantu?"
Wanita itu menatap sekeliling dan mengernyitkan keningnya. "Kenapa sepi sekali disini, apa yang terjadi? Biasanya toko ini tidak pernah sapi. " tanyanya.
Sisi terlihat ragu dan menatap Rayya sejenak. Rayya memberikan anggukan kepala sebagai isyarat, dan akhirnya dia berani menjelaskan kejadian yang menimpa toko mereka kamarin. Wanita itu mendengarkan dengan saksama, lalu tatapannya berubah tajam.
"Astaga! Sungguh keterlaluan!" serunya, terlihat geram. "Aku setuju dengan tindakan yang kalian ambil. Tidak seharusnya seseorang dibiarkan menghancurkan bisnis orang lain dengan cara kotor seperti itu. Itu tidak bisa dibiarkan."
Rayya yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya melangkah maju dan berhadapan dengan wanita itu. "Terima kasih atas dukungannya, Bu," katanya dengan sopan.
Wanita itu menatapnya dengan lembut, lalu tersenyum. "Kau pemilik toko ini, bukan? Aku baru tau kalau ternyata owner toko ini nasih sangat muda. Teruslah berjuang, aku senang melihat anak-anak muda seperti kalian yang berkembang dengan kemampuan kalian sendiri." ujarnya lagi.
Rayya mengangguk dan tersenyum hangat. Ternyata masih ada pelanggan yang setia dengan tokonya.
"Aku sering membeli roti di sini. Produkmu enak dan berkualitas, sayang sekali jika nama baikmu dicemarkan begitu saja," katanya lagi.
Rayya merasa tersentuh dengan ucapan wanita itu. Tidak semua pelanggan percaya pada gosip yang beredar.
"Aku akan memesan beberapa kue untuk dibawa ke rumah anakku, pilihkan enak yang dan bagus,ya." lanjut wanita itu.
Rayya tersenyum tulus. "Terima kasih. Kami akan menyiapkan pesanan Anda secepatnya."
Hari itu, meski masih ada tantangan yang harus dihadapi, Rayya merasa lebih kuat. Dia tahu, masih banyak orang yang percaya padanya. Tapi itu tidak cukup, karena nama baiknya harus kembali.
Saat siang mulai menjelang Rayya segera berpamitan kepada karyawannya, karena dia harus segera pulang sebelum semua barangnya datang. Sampai di rumah, keningnya mengernyit karena Rayya melihat dua mobil terparkir rapi di depan rumahnya. Satu adalah mobil Saka dan satu lagi mobil siapa?
Berbagai pikiran buruk terbit di benak Rayya. Mobil siapa itu dan Siapa yang ada di rumah mereka saat ini. Apakah Saka berselingkuh dibelakangnya? Jangan sampai itu terjadi, jika sampai terjadi Rayya akan benar-benar hancur saat itu juga.
masih aja nuntut balas budi