Abela Xaviera. Lahir sebagai anak bungsu perempuan satu-satunya membuat dirinya dimanja oleh keluarganya sendiri. Bahkan kedua kakak laki-laki nya begitu posesif padanya sampai ia tak memiliki celah untuk menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki.
Hingga saat perayaan ulang tahunnya ke 22, keluarganya mengadakan acara sederhana di sebuah restoran mewah. Di sana dia bertemu seorang pelayan pria di restoran itu yang berhasil menarik perhatiannya, hingga membuat Abel jatuh hati detik itu juga. Dia juga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hati pria tersebut.
Siapakah pria yang berhasil menarik perhatian Abel? Akankah dia bisa mendapatkan hati pria pujaannya itu?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Selama 3 hari ini, Victor tidak ada kabar. Abel pun hanya membuatkan bekal nasi goreng untuk Cris saja.
Ketidakadaan Victor membuat semangat Abel menurun. Bahkan Mom Velyn sampai heran karena anaknya tidak tantrum akhir-akhir ini.
Malam hari mereka berkumpul di ruang keluarga. Abel merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha ayahnya sebagai bantal, dia fokus pada ponselnya tak menghiraukan pembicaraan yang lain.
"Aku dengar anak Riyan dan Sandra sudah kembali," ucap Mom Velyn pada Dad Liam. Abel diam-diam menguping.
Riyan dan Sandra adalah teman masa SMA Mom Velyn. Keduanya menjalin hubungan sejak SMA sampai kejenjang pernikahan, sebab itulah Mom Velyn mengenal baik mereka berdua.
"Yang mana?" tanya daddy.
"Kalau tidak salah namanya Mala. Dia seorang dokter yang dikirim bertugas ke luar negeri," jawab Mom Velyn antusias.
"Ah iya, aku ingat. Lalu?"
"Haiss, kau ini! Dia sangat cocok untuk putra kita tau!" bisik Mom Velyn.
"Maksudmu kau ingin menjodohkan Mala dengan salah satu putra kita?" tanya Dad Liam dengan suaranya yang rendah.
"Tentu saja! Kenapa tidak? Dia gadis baik, pintar, dan tentunya dari keluarga terpandang," ucap Mom Velyn.
Abel menahan senyumnya mendengar pembicaraan itu. Matanya memang menatap ponsel, tapi telinganya fokus mendengarkan percakapan orangtuanya.
"Biarlah mereka mencari istri sendiri, jangan dipaksa," kata daddy.
"Sampai kapan? Usia mereka hampir 30 tahun!" kesal mommy. "Kau tidak ingin menimang cucu?"
Dad Liam menghela nafas. Yang paling mengekang anak-anak untuk segera menikah adalah mommy, sedangkan daddy hanya mengikuti alur yang anak-anaknya buat. Jika belum ada jodohnya ya mau bagaimana lagi? Kalaupun menjodohkan mereka, belum tentu pernikahannya akan bertahan lama.
"Kalau daddy tidak mau, biar mommy saja yang menjodohkan Zayn dan Kenzo," ucap Mom Velyn dengan ketus.
Untungnya sejak tadi mereka hanya bisik-bisik. Kalaupun ada yang mendengar, mungkin hanya Abel, karena kedua putra mereka sedang fokus pada laptop.
"Setuju!" seru Abel tiba-tiba mengejutkan mommy dan daddy nya, juga Zayn dan Kenzo.
"Apa yang setuju?" tanya Zayn dan Kenzo bersamaan.
"Ups!" Abel menutup mulutnya yang keceplosan. Tangan Mom Velyn bergerak memukul jidat Abel dengan pelan.
"Kau pasti sengaja, kan?" tuding mommy, matanya memicing curiga.
"Tidak!" Abel mengelak. Padahal aslinya iya. Memang pada dasarnya jahil ya jahil.
"Ada apa mom?" tanya Kenzo. Bahkan dia langsung menutup laptopnya karena penasaran dengan pembahasan mommy dan adiknya.
"Katanya mommy ingin menjodohkan kakak," jawab Abel sambil menunjuk Kenzo dan Zayn bergantian tanpa dosa.
"Abel!" geram Mom Velyn. Pada akhirnya dia pun menghela nafas lalu menatap kedua putranya.
"Rencananya mommy ingin memperkenalkan kalian dengan anak teman mommy," jelas Mom Velyn dengan senyumnya.
"Kalian kan sudah hampir 30 tahun, apa tidak ingin menikah? Umur mommy dan daddy sudah semakin tua—"
"Mom," tegur Zayn dan Kenzo bersamaan. Mereka paling tidak suka jika mommy sudah membahas umur.
"Makanya cepat nikah!" ketus Abel. Dia juga kesal dengan kedua kakaknya itu.
Abel bangun dari tidurnya dan duduk di samping Dad Liam yang sedari tadi diam menyimak.
"Aku sudah memiliki seorang kekasih, tapi dia sedang sibuk mengurus skripsi," ucap Kenzo setelah lama berpikir.
Abel menganga. "Kak?!" kagetnya. Tentu saja terkejut, kekasih kakaknya itu seumuran dengannya, atau bahkan lebih muda?
"Dia sudah 27 tahun, S2, Abel," ucap Kenzo dengan malas. Dia sangat tau isi pikiran adiknya itu.
Abel mengelus dadanya sambil bersyukur. Untunglah jika kekasih kakaknya itu lebih tua darinya.
"Kalau begitu untuk Kak Zayn saja, mom!" ucap Abel.
"Tidak mau," sahut Zayn dengan cepat. Jika masalah menikah, pria itu pasti akan menanggapinya dengan cepat.
"Harus mau! Memangnya mommy memberi pilihan?" tanya Abel. Dia benar-benar mewakili ibunya kali ini.
Zayn mengendikkan bahunya. "Terserah. Aku tetap tidak mau."
Mom Velyn memijat keningnya. Melihat itu, Dad Liam pun turun tangan.
"Bagaimana kalau kau menjalin pertemanan lebih dulu dengannya? Siapa tau kalian cocok," ucap daddy.
"Itu sama saja," sahut Zayn malas.
"Setidaknya lihat fotonya dulu, kak. Siapa tau Kak Zayn suka. Apalagi kata mommy body nya oke," ucap Abel. Mom Velyn terbelalak. Berani sekali anak bungsunya itu menjual namanya.
"Abel, sana masuk kamar. Kau masih terlalu kecil untuk mendengar pembahasan ini!" usir Mom Velyn sambil mengibaskan tangannya.
Abel menjulurkan lidahnya sebelum benar-benar pergi dari sana. Dia bergumam sambil terus berjalan menaiki tangga.
"Untung bukan aku yang dijodohkan," gumamnya merasa lega.
Kalau sampai dia ikut dijodohkan, gagal sudah rencananya untuk memiliki sang pangeran pujaan hati yang tak lain adalah Kak Victor nya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" gumam Abel. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah mengunci pintu kamar dan mematikan lampu ruangan.
Gadis berpiyama pink itu sedang berpikir apa yang terjadi pada Victor karena pria itu tidak bisa dihubungi, seolah hilang ditelan bumi.
"Apa aku coba lagi?" gumam Abel lagi.
Buru-buru Abel menghidupkan ponselnya dan menghubungi Victor.
Masih tidak di jawab. Abel pun memutuskan untuk mengirim pesan saja.
[Kakkkk Victorrrr!]
[Jangan membuatku khawatir kak. Angkat teleponku!]
[Jangan sampai aku nekat ke rumah mu!]
Abel berdecak karena pesannya tidak dibalas. Sepertinya Victor tak menyentuh ponselnya. Makin bad mood saja Abel.
"Aku harus tanya Kak Cris besok!" ucapnya penuh tekad. Siapa tau Cris tau tentang Victor.
****
Melihat restoran itu sudah buka, Abel pun segera masuk dan memanggil Cris. Dia tidak bisa menunda-nunda jika tentang Victor.
"Ada apa? Mana bekalku?" tanya Cris.
Abel menghela nafas. Dia pun meletakkan kotak makan di atas meja lalu dia dorong ke hadapan Cris yang duduk di depannya.
"Tapi kak," ucap Abel membuat Cris penasaran.
"Apa?"
"Aku ingin tanya sesuatu tentang Kak Victor. Sedikit saja, tidak banyak," ujar Abel.
"Apa? Kau merindukannya, heh? Dia belum masuk kerja hari ini. Kata bos, Victor izin cuti selama beberapa hari, tapi bos tidak bisa mengatakan alasannya," jelas Cris.
"Benarkah?" Abel menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
"Umm... Selain itu? Kakak tau rumahnya tidak?" tanya Abel. Dia sangat berharap Cris mengangguk, tapi yang dia dapati pria itu malah menggeleng.
"Dia satu-satunya pekerja di sini yang sangat tertutup. Bahkan aku tidak pernah tau keluarganya," jawab Cris membuat tubuh Abel melemas.
Sejak awal Abel sangat yakin jika Victor adalah pria misterius. Terbukti saat dia menyuruh Paman Jo untuk menyelidiki Victor waktu itu, tapi yang di dapat hanya informasi biasa tentang Victor seorang.
Abel pun tak yakin jika Cris mengetahui bahwa Victor sering masuk club atau bahkan tinggal di sana(?)
Sebenarnya apa yang terjadi?
***
=jika ada karya bagus maka harus selalu update
buat dia jadi bunci