"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Mencuri Kecupan
Darren tengah mengerjakan sesuatu di dalam laptop nya, dia terlihat sangat fokus pekerjaan nya itu. Pekerjaan seorang direktur memang selalu banyak, tidak pernah ada habis nya.
Tapi, Darren memalingkan tatapan nya dari laptop saat mendengar ponsel nya berbunyi. Darren membuka ponsel nya, lalu membaca pesan yang di kirimkan oleh anak tetangga nya, siapa lagi kalau bukan Sherena.
'Belum tidur, Om? Jangan keseringan begadang, gak baik buat kesehatan.' Isi pesan yang membuat sudut bibir Darren terangkat. Perhatian kecil, bahkan mungkin menurut orang lain terlihat sangat sepele, tapi tidak begitu bagi Darren. Dia merindukan pesan-pesan berisi perhatian semacam ini.
Darren membalas pesan yang di kirimkan oleh Sherena. Lagi-lagi, ini adalah pertama kali nya dia mau merepotkan diri dengan membalas pesan-pesan dari seseorang.
"Ya, sebentar lagi aku selesai. Kenapa juga kau belum tidur? Besok sekolah." Balas Darren, namun dia seolah ragu mengirimkan nya pada Sherena setelah dia membaca ulang pesan nya. Gengsi bukan? Bagaimana kalau gadis itu baper dan mengira kalau dirinya menyukai gadis itu? Tidak, jadi Darren menghapus nya lagi dan hanya membalas seperlu nya.
"Ya." Hanya dua huruf sebagai balasan atas pesan berisi perhatian dari gadis itu. Darren tak peduli meskipun gadis itu kecewa akan balasan nya.
Tapi, seperti nya perkiraan Darren salah besar. Fakta nya, saat ini Sherena sedang berjingkrak-jingkrak di kamar nya. Dia berguling kesana kemari, saking senang nya karena pesan nya di balas oleh pria datar namun tampan itu.
"Aaaaa, pesan gue di bales dong. Meskipun cuma dua huruf doang, tapi sumpah gue gapapa." Ucap Sherena sambil menutup wajah nya dengan bantal. Balasan yang singkat namun mampu membuat Sherena bertingkah seperti ini? Apalagi kalau balasan yang tadi jadi Darren kirim, akan seperti apa Sherena di buat nya?
Bukan isi pesan nya yang membuat Sherena senang, tapi karena Darren membalas pesan nya. Itu saja, padahal tadi dia tidak terlalu berharap saat mengirimkan pesan itu. Tapi, tetaplah pesimis. Nyatanya, Darren membalas pesan nya dengan cepat.
"Aaaahhh senang nya.." Gumam Sherena, dia kembali membaca kembali pesan-pesan nya pada Darren, tak ada yang istimewa. Karena Darren hanya membalas seperlu nya, singkat, padat dan jelas. Oke, ya atau tidak. Itu saja, tapi Sherena tidak mempermasalahkan hal itu. Artinya, dia harus berusaha lebih keras untuk meluluhkan hati seorang Darren.
"Hufftt, aku harus berusaha lebih keras untuk meluluhkan mu, Om." Gumam Sherena, dia pun menatap foto Darren yang dia ambil secara diam-diam tadi saat di rumah nya.
Bahkan, dari samping saja pria itu terlihat sangat tampan. Dirinya benar-benar sudah jatuh cinta pada pria itu saat pandangan pertama, saat mereka bertemu untuk pertama kali nya hari itu. Benar-benar hari yang akan berkesan bagi Sherena. Apalagi, saat pertemuan itu Darren baru saja selesai mandi.
Setelah selesai dengan rasa bahagia nya, akhirnya Sherena pun memutuskan untuk tidur, esok hari dia harus sekolah. Kata April, guru yang besok mengajar adalah salah satu guru killer, alias galak. Jadi, dia harus menyiapkan mental nya dari sekarang.
Keesokan hari nya, Darren bersiap untuk pergi bekerja. Namun, saat akan melewati rumah Sherena, dia melihat ada Arya yang sedang kebingungan karena mobil nya tak juga menyala. Di belakang pria paruh baya itu, ada Sherena yang berdiri dengan kesal. Seragam nya cukup terbuka bagi mata seorang Darren.
Padahal, itu cukup tertutup bagi Sherena di bandingkan dengan siswi lain di sekolah. Bahkan, teman-teman nya memakai rok di atas lutut. Sedangkan Sherena, rok nya masih di bawah lutut.
"Mobil nya kenapa, Pak?" Tanya Darren, dia keluar dari mobil nya. Sherena membulatkan mata nya, penampilan Darren terlihat benar-benar seperti duda kaya raya. Setelan jas berwarna navy, rambut kecoklatan nya di sisir ke belakang dengan rapih, sepatu mengkilat yang membuat penampilan pria itu tampak sempurna.
"Gak tau nih, mogok kayaknya." Jawab Arya sambil menggaruk tengkuk nya.
"Kalau begitu, pak Arya ikut sama saya aja. Biar mobil nya di perbaiki sama montir, biar saya yang nelpon."
"Gak usah, Nak Darren. Saya hanya akan mengantarkan Sherena ke sekolah, hari ini saya cuti." Jawab Arya.
"Ohh, ya sudah. Kalau begitu biarkan Sherena sama saya aja, kebetulan arah sekolah nya juga searah sama kantor saya, Pak." Tawar Darren yang otomatis membuat hati Sherena berdebar.
"Aaahh, kalau tidak merepotkan sih boleh-boleh saja."
"Yasudah, mari." Ajak Darren, dia pun berjalan lebih dulu ke mobil nya. Sherena berpamitan dulu kepada sang ayah.
"Sheren berangkat dulu ya, Pah."
"Iya, hati-hati di jalan nya. Jangan nakal ya."
"Mana ada Sheren nakal, pah." Ketus Sherena yang membuat Arya terkekeh.
"Papah tahu benar bagaimana kelakuan kamu, Sheren. Sudah, sana berangkat."
"Iya, papah." Jawab Sherena. Dia pun menyusul dan masuk ke dalam mobil milik Darren, dia duduk di depan bersampingan dengan Darren yang duduk di balik kemudi.
"Apa seragam mu tidak terlalu pendek?" Tanya Darren, tanpa menoleh sedikitpun. Pria itu hanya fokus ke jalanan dan mengemudikan kendaraan nya dengan kecepatan sedang.
"Seragam?" Tanya Sherena dengan wajah bodooh nya, dia meneliti penampilan nya juga seragam nya. Tidak ada yang aneh menurut nya.
"Tidak, seragam ku baik-baik saja." Jawab Sherena.
"Ya, memang baik-baik saja. Tapi, rok mu terlalu pendek."
"Hah, apa iya? Aku rasa tidak. Soalnya di sekolah, temen-temen aku malahan pake rok nya tuh di atas lutut. Aku masih mending, pake nya di bawah lutut." Jawab Sherena. Darren melirik sekilas, gadis itu bergerak sedikit saja sudah bisa di pastikan kalau paha nya akan kelihatan.
"Cieee, om cemburu. Iya kan?"
"Cemburu untuk apa?" Tanya Darren dengan wajah datar nya.
"Ya cemburu aja gitu, bukti nya itu posesif banget."
"Dih, siapa yang posesif? Gak usah kegeeran jadi orang." Jawab Darren sambil mencebikan bibir nya. Sherena diam-diam menguluum senyum nya, dia yakin kalau Darren mulai posesif bagi nya.
Tapi, lagi-lagi jangan terlalu berharap. Benar kata Darren, jangan terlalu baper. Bisa-bisa dia kegeeran nanti, siapa yang malu? Dia juga sih ya.
"Yaudah deh, Om. Aku turun dulu, hati-hati di jalan nya ya."
"Yang bener belajar nya, jangan pacaran mulu." Ucap Darren yang membuat Sherena tersenyum kecil.
"Siap, Om. Gak ada salam perpisahan dulu gitu sebelum aku beneran turun?" Tanya Sherena membuat Darren melirik ke arah gadis itu.
"Salam perpisahan semacam apa yang kamu bicarakan, Sheren?"
"Cium kening, atau pipi misalnya." Jawab Sherena sambil tersenyum manis.
"Tidak ada, turunlah cepat. Aku sibuk."
"Dihh, om-om galak."
"Terserah kamu." Ucap Darren tak peduli, tapi bukan Sherena kalau tidak nekat. Kemarin dia berhasil mengecup pipi kanan Darren, sekarang dia berhasil mencuri kecupan di pipi kiri Darren.
Setelah mencuri ciuman di pipi Darren, Sherena langsung turun dan masuk ke sekolah bersama teman-teman nya. Meninggalkan Darren yang masih terpaku karena kelakuan Sherena yang benar-benar di luar nalar.
"Astaga, gadis itu.."
......
🌻🌻🌻🌻