Warning 21+ guys ... harap cek umur dulu sebelum baca.
***
Arya seorang Presdir di sebuah perusahaan terjebak pesona sekretaris pribadinya sendiri yang setiap hari sering berinteraksi dengannya.
Suatu hari mereka terpaksa tinggal satu kamar dan tidur satu ranjang. Bisakah Arya bertahan dengan godaan ranjang dari sekretaris mudanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Fakta Sebenarnya Part 3
"Mas," panggil Nisa yang sudah berada di ambang pintu dengan secangkir teh hangat pesanan Arya.
Lelaki itu sedikit kaget namun berhasil menguasai dirinya sendiri sehingga bisa bersikap secara natural dan tidak menimbulkan kecurigaan macam-macam dari istrinya.
"Ngagetin aja kamu, haha," tawa renyahnya yang begitu alami.
"Kamu lagi liat apa sih? Kok sampe bisa senyum-senyum gitu," tanya Nisa penasaran yang kini mulai melangkah masuk ke dalam ruangan kamar mereka bertiga.
"Ini ... kawanku ngirim meme lucu. Makanya aku ketawa."
"Oh," angguk Nisa mengerti dan mengulurkan teh buatannya pada Arya.
Arya pun menerima teh buatan istrinya itu tanpa sepatah kata pun. Dia langsung menyeruputnya dan menikmati teh itu. Bahkan untuk mengucapkan kalimat "Terimakasih, Nis," pun tidak dia lontarkan.
Berbanding terbalik saat yang mengucapkan adalah Anna, pasti Arya akan langsung mengucapkan tanda terimakasih dan mungkin tak bosan-bosan mengucapkannya saat Anna melakukan sesuatu hal yang bahkan terbilang sangat sepele untuk dirinya.
Interaksi Nisa dan Arya memang tidak seperti pasangan suami istri yang menikah karena cinta. Keduanya meski sudah menjalani biduk rumah tangga selama dua puluh tahun namun hubungan mereka tidak pernah akrab seperti orang yang saling mencintai.
Keduanya menikah karena perjodohan orang tua.
Arya diminta oleh mendiang ibunya untuk menikah dengan Nisa yang waktu itu masih berumur 20 tahun dan tentunya lebih muda darinya.
Arya yang memang selalu patuh pada perintah ibunya hanya bisa mengiyakan saja, toh waktu itu dia memang tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita mana pun.
Sedangkan Nisa dipaksa kedua orang tuanya yang memang keadaan ekonominya berada di bawah keluarganya Arya.
Meski kedua orang tua Nisa tahu kalau anak gadis mereka itu sudah memiliki pacar dan ingin menikah dengan lelaki pilihannya, namun mereka tidak peduli dan terus memaksa anaknya untuk menikah dengan Arya agar bisa mengangkat derajat keluarga mereka lebih tinggi lagi dari sebelumnya.
Mendiang ibunya Arya menginginkan Nisa menjadi menantunya karena wanita itu baik dan juga pernah menolongnya sewaktu sedang tersesat di dalam pasar saat berbelanja dengan ART-nya.
Sikap pendiam Nisa yang begitu menyejukkan saat dipandang oleh mendiang ibu Arya membuat wanita tua itu menginginkan Nisa yang kebetulan anak dari salah satu pegawai yang merawat kebunnya untuk menikah dengan anaknya Arya.
Nisa akhirnya terpaksa putus dan menikah dengan Arya dengan setengah hati.
Pada saat malam pertama mereka pun, Nisa tidak ingin melayani Arya, akan tetapi karena ancaman dari kedua orang tuanya yang akan memilih bun*h diri saja jika Nisa macam-macam membuat gadis itu hanya menerima semua perlakuan Arya terhadapnya.
Arya pun sebenarnya tidak terlalu ingin melakukannya tapi melewatkan malam pertama dengan istrinya harus segera dia lakukan karena umur ibunya juga sudah tidak lama lagi.
Kehidupan rumah tangga Arya dan Nisa tidak seperti novel dipaksa menikah pada umumnya yang berujung jatuh cinta. Justru hati keduanya masih beku dan terkesan biasa saja meski anak mereka sudah tiga.
Mungkin pernikahan ini bisa terus bertahan karena rasa tanggungjawab saja sehingga mereka terus menjalani pernikahan ini.
Arya juga laki-laki yang normal pada umumnya, yang memang membutuhkan kepuasan batin, sehingga meniduri Nisa tidak pernah ada rasa keterpaksaan dalam dirinya. Hanya saja sensasi yang dia rasakan sedikit hambar karena dia bermain dengan wanita yang tidak terlalu istimewa dalam hatinya.