NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Beda Dunia / Romansa Fantasi / Action / Diam-Diam Cinta / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Kerajaan itu berdiri di atas darah, dusta, dan pengkhianatan.

Putri Mahkota yang logis dan penuh tanggung jawab mulai goyah ketika seorang tabib misterius menyingkap hatinya dan takdir kelam yang ia sembunyikan.

Putri Kedua haus akan kekuasaan, menjadikan cinta sebagai permainan berbahaya dengan seorang pria yang ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia kira.

Putri Ketiga, yang bisa membaca hati orang lain, menemukan dirinya terjerat dalam cinta gelap dengan pembunuh bayaran yang identitasnya bisa mengguncang seluruh takhta.

Tiga hati perempuan muda… satu kerajaan di ambang kehancuran. Saat cinta berubah menjadi senjata, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5 : Gadis-Gadis Manja

Di halaman samping aula istana, ketiga gadis itu duduk bersama sambil tertawa kecil. Lyanna masih menahan geli ketika ia berkata,

“Aku tidak menyangka reaksi Ayah akan seperti itu.”

Veyra mengangguk cepat, matanya berbinar penuh kepuasan.

“Dia bahkan sampai terjatuh karena kaget,” ujarnya sambil terkekeh.

Yvaine hanya tersenyum tipis, matanya lembut menatap kedua adiknya.

“Bagaimana rasanya… menuruti keinginan Ayah sekali saja?”

Lyanna sempat terdiam, lalu menoleh pada kakaknya dengan senyum nakal.

“Kalau hanya untuk melihat reaksinya… tentu menyenangkan.”

Namun tawa mereka mendadak terhenti saat suara asing terdengar dari dalam aula. Nada suara seorang wanita, sinis dan tajam, menembus dinding kayu.

“Apa kau sungguh yakin putrimu berubah dalam satu waktu? Jangan menipu dirimu sendiri. Mereka hanyalah gadis-gadis manja yang tak pernah memikirkan kewajiban sebagai seorang putri.”

Ketiga pasang alis itu serempak mengerut. Tanpa sadar, mereka melangkah mendekati pintu aula, lalu mengintip ke dalam.

Seorang wanita berusia sekitar empat puluhan berdiri angkuh dengan gaun merah muda yang berkilau. Senyumnya tipis, penuh sindiran, sementara di sampingnya seorang pria hanya terdiam, wajahnya tak memberi bantahan sedikit pun. Marius berdiri berhadapan dengannya, dan Celestine tampak menunduk, terdiam menerima kata-kata pedas itu.

Veyra mendesis rendah, “Sialan… wanita itu lagi.”

Yvaine tidak menanggapi, tetapi sorot matanya menajam, menyipit penuh perhitungan. Lyanna yang melihat wajah ibunya tertunduk muram tak kuasa menahan kegelisahannya. Dengan suara bergetar ia berbisik,

“Ibu…”

Amarah Veyra memuncak. Ia maju selangkah, hendak menerobos masuk. Namun sebelum sempat, Yvaine segera meraih tangannya, menahannya dengan cengkeraman kuat.

“Jika kita masuk dengan emosi,” katanya lirih namun tegas, “kita hanya akan membenarkan perkataannya.”

Veyra terhenti. Giginya terkatup rapat, kepalan tangannya bergetar.

Lyanna mengangguk pelan, meski wajahnya sama tegangnya. “Benar… tapi kita juga tidak bisa membiarkan wanita itu menghina Ayah dan Ibu begitu saja.”

Mata Veyra tetap menatap lurus ke dalam aula, penuh api yang hampir tak terbendung. Dengan suara rendah, nyaris berbisik, ia bertanya,

“Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin kita hanya berdiam diri.”

Hening sesaat. Yvaine menunduk, seakan menimbang. Lalu perlahan ia mengangkat kepalanya, sorot matanya kini mantap, dipenuhi tekad.

“Tidak. Kita jelas tidak akan membiarkannya…”

Marius berusaha menahan diri. Dengan nada tegas namun tetap terkendali, ia menjawab,

“Putri-putri kami mungkin baru memulai, tetapi bukankah setiap perubahan selalu dimulai dari langkah kecil? Bukankah itu awal yang baik bagi mereka?”

Wanita itu memutar matanya, senyumnya penuh meremehkan.

“Awal yang baik? Lalu apa yang sebenarnya kau harapkan dari mereka?”

Pertanyaan itu menusuk harga diri Marius. Rahangnya menegang, matanya berkilat marah. Ia hendak membalas, namun sebelum sempat mengucapkan sepatah kata pun…

Pintu aula terbuka.

Yvaine melangkah masuk dengan tenang, berdiri di tengah, sementara Lyanna berada di sisi kanan dan Veyra di sisi kirinya. Gaun indah mereka berayun lembut mengikuti langkah, penampilan anggun yang seakan menyilaukan pandangan. Kehadiran mereka membuat wanita itu tertegun sejenak, bahkan napasnya tertahan oleh kejutan yang tak terduga.

Lyanna maju setapak, menatap lurus padanya. Dengan suara lantang ia bertanya,

“Siapa sebenarnya yang tidak bisa diharapkan?”

Wanita itu tercekat, tak segera menemukan jawaban.

Celestine sendiri terbelalak melihat ketiga putrinya. Dengan raut bingung ia berbisik,

“Bukankah kalian… seharusnya sudah pergi?”

Namun Veyra langsung menjawab, nadanya tajam namun terkontrol.

“Kami memang berniat pergi… tapi langkah kami tertahan hanya karena mendengar perkataan seorang wanita yang tak pernah menatap hidupnya sendiri, dan justru sibuk mengurusi hidup orang lain.”

Marius membeku. Ia menoleh kaget ke arah putri bungsunya, sementara wajah wanita itu memerah oleh amarah. Dengan suara keras ia menegur,

“Veyra! Tidak sepantasnya kau bicara begitu. Ingat, aku lebih tua darimu.”

Ketegangan menebal di udara. Namun Yvaine segera membuka suara, tenang namun menusuk seperti pisau yang diasah halus.

“Jika sudah tahu lebih tua, maka bersikaplah layaknya orang dewasa. Seorang yang bijak sibuk memperbaiki dirinya sendiri… bukan sibuk mencemari nama orang lain.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!