NovelToon NovelToon
Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Pengantin Dadakan Tuan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Noor.H.y

Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Aruna telah berada di dalam mobil bersama Oma Sita. Usai menyelesaikan pekerjaannya, ia pun menepati janjinya untuk menemani Oma Sita berjalan-jalan sore itu. Mobil melaju perlahan di bawah cahaya matahari yang mulai condong ke barat, menebarkan warna keemasan di sepanjang jalan.

Oma Sita tersenyum bahagia, sesekali menoleh ke arah Aruna.

“Sudah lama sekali Oma tidak keluar jalan-jalan seperti ini, ternyata kota ini banyak perubahannya." ucapnya lembut.

Aruna menoleh sebentar dan membalas dengan senyum hangat.

“Memangnya Oma sudah berapa lama meninggalkan Indonesia ?”

"Sudah lama. Terakhir kali pulang ke Indonesia mungkin 5th yang lalu. Setelah itu memang kesehatan ku sedikit menurun, makanya dokter tidak memperbolehkan pergi-pergi terlalu jauh dulu. Sampai saat Raka mau menikah juga Oma nggak di ijinkan ke Indonesia."

Aruna mengangguk mengerti, "Lalu kita mau kemana dulu Oma ?"

"Kita ke makam opa dan mama Raka dulu, kamu belum pernah kesana ?" Tanya Oma Sita. Aruna membalas dengan gelengan kepala. Oma Sita menggenggam tangan Aruna lalu tersenyum.

* *

Setelah beberapa menit perjalanan, mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di sebuah pemakaman umum. Aruna membantu Oma Sita turun, lalu menuntunnya menyusuri jalan setapak yang dipenuhi dedaunan kering.

Mereka berhenti di hadapan dua nisan yang berdiri berdampingan. Udara seolah mendadak terasa lebih hening ketika Oma Sita menatap lama pada nama-nama yang terukir di sana.

“Inilah tempat peristirahatan terakhir Opa dan Mama Raka…” ucap Oma Sita dengan suara bergetar, penuh rasa rindu yang tak pernah benar-benar padam.

Aruna ikut menundukkan kepala, lalu merapikan daun-daun kering di atas pusara. Ia melirik sekilas wajah Oma Sita yang sudah mulai berkaca-kaca, lalu menggenggam tangan tua itu dengan lembut.

“Oma… Aruna yakin mereka bangga melihat Oma tetap kuat sampai sekarang.”

Oma Sita mengangguk pelan, bibirnya bergetar mencoba menahan tangis. “Kadang Oma masih merasa mereka ada di dekat sini. Tapi waktu juga mengajarkan Oma untuk ikhlas…”

"Papa maaf Mama baru bisa datang berkunjung lagi hari ini. Tapi lihat lah siapa yang aku bawa." ucap Oma Sita saat menatap pusara sang suami di depannya "Dia, gadis cantik ini istri Raka. Dia cantik dan manis. Mama sangat menyukainya, kalau Papa masih disini pasti Papa juga sependapat dengan Mama kan." lanjutnya.

"Melani, lihatlah. Putra mu sudah mendapatkan pendamping yang sangat cantik. Dia sangat mirip denganmu. Dia juga pandai membuat kue, sama sepertimu. Mama juga merasa, bisa melihat kamu ada di dalam dirinya. Mama juga yakin Raka merasakan hal yang sama, cuma memang dia nya saja yang belum menyadarinya" tambah Oma Sita saat beralih menatap pusara menantunya.

Aruna terkesiap saat mendengar Oma Sita mengucapkan bahwa dirinya sama seperti Mama Raka. Pantas saja Oma Sita bisa langsung menerimanya, ternyata Oma Sita menganggap dirinya sama seperti menantunya yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Secara tidak sadar Aruna pun menitikan air mata, ia merasakan sedih, terharu menjadi satu saat mendengar ucapan Oma Sita.

"Ayo Aruna, taburkan bunganya." Aruna mengangguk, sembari mengusap air matanya.

Aruna mengambil bunga yang ia beli di depan pintu masuk makam. Perlahan, ia menaburkannya di atas pusara Opa lebih dulu, lalu beralih ke pusara Mama Raka. Gerakannya lembut, penuh rasa hormat dan ketulusan.

Kelopak-kelopak bunga yang jatuh perlahan menambah kesyahduan suasana. Aruna sempat menundukkan kepala sejenak, menyelipkan doa dalam hati untuk keduanya.

Di sampingnya, Oma Sita mengusap sudut matanya yang mulai basah. Ia menatap Aruna dengan tatapan penuh syukur.

“Terima kasih, Nak… Oma merasa tenang melihatmu melakukan ini,” ucapnya lirih.

Aruna menoleh, lalu menggenggam tangan Oma Sita dengan hangat. “Mereka berdua pasti senang, Oma. Aruna yakin begitu.”

"Sekarang ayo kita berdoa bersama dulu sebelum pergi dari sini."

Suasana hening sejenak, hanya doa-doa lirih yang keluar dari bibir Oma Sita dan Aruna, mengalun lembut menemani sore yang temaram.

* *

Setelah selesai menaburkan bunga dan berdoa dengan khusyuk, Aruna membantu Oma Sita kembali ke mobil. Mereka duduk di dalam, suasana masih hening, namun terasa damai.

Mobil pun melaju perlahan, meninggalkan pemakaman yang sunyi. Aruna melempar pandangan sekilas ke arah Oma Sita, tersenyum lembut.

"Kita lanjut kemana lagi Oma ?" Tanya Aruna

"Bagaimana kalau kita makan dulu. Setelah dari makam tadi, Oma merasa lapar sekali."

"Baik, Aruna juga lapar Oma." Balas Aruna sembari menampilkan senyumnya "Mau makan dimana Oma ?"

"Ada tempat makan yang selalu Oma kunjungi setiap pulang ke Indonesia. Gimana kalau kita ke rumah makan padang yang ada di samping pasar tradisional dekat kota. Kamu mau kan ?"

Aruna mengangguk, "Aku ngikut Oma aja. Aku bukan orang yang pilih-pilih makanan kok."

* *

Perjalanan pun membawa mereka tiba di sebuah rumah makan Padang yang cukup terkenal. Dari luar, aroma rempah yang khas langsung tercium, menggoda selera siapa saja yang lewat.

Begitu masuk, Aruna dan Oma Sita disambut pemandangan deretan lauk-pauk yang tertata rapi di etalase kaca: rendang yang pekat berwarna cokelat kehitaman, ayam pop yang menggoda, gulai tunjang, sambal hijau, hingga aneka sayuran segar.

Walau pengunjung cukup ramai memenuhi meja-meja, tempat itu tetap terlihat bersih dan nyaman. Para pelayan bergerak cekatan, menyambut setiap tamu dengan ramah.

Oma Sita tersenyum kecil, matanya berbinar melihat banyaknya pilihan.

“Wah… Oma jadi bingung mau pilih yang mana,” katanya sambil terkekeh."

"Pilih secukupnya aja Oma. Semua lauk disini berlemak, nggak baik buat kesehatan Oma loh. Aruna nggak mau ya nanti Oma kenapa-napa terus Raka nyalahin aku lagi."

"Ck.. Kamu ini sama aja seperti Agung dan Raka. Ya sudah kamu pesan saja ya kesukaan kamu, Oma mau makan Rendang sama Ayam Pop disini tuh enak banget loh."

"Baik. Lebih baik Oma duduk saja Aruna pesankan makannya."

Setelah menunggu beberapa menit, satu per satu piring kecil mulai memenuhi meja. Rendang, ayam pop, gulai nangka, dendeng balado, sambal ijo, hingga sayur daun singkong tersaji dengan rapi, menggugah selera.

Aruna membantu menyendokkan lauk ke piring Oma Sita lebih dulu. “Silakan, Oma. Semoga rasanya cocok,” ucapnya sambil tersenyum.

Oma Sita mengangguk, lalu mulai menyuapkan nasi dan sedikit rendang. Matanya langsung berbinar. “Masya Allah… enak sekali! Nggak heran rumah makan ini ramai terus,” katanya penuh semangat.

Aruna ikut tertawa kecil, lalu mulai menyantap hidangannya sendiri. Suasana hangat tercipta di antara keduanya, ditemani hiruk-pikuk ringan para pengunjung lain yang juga tengah menikmati santapan.

Mereka makan dengan lahap, seolah semua lelah dan kesedihan yang tadi sempat hinggap di pemakaman tergantikan oleh rasa syukur dan kebersamaan di meja makan sederhana itu.

"Udah malam Oma, gimana kalau kita pulang aja ?"

"Jangan dong. Oma mau mampir ke taman kota dulu. Kamu ngga papa kan?"

Aruna tersenyum, "Baik. tapi Aruna cuma takut Oma kecapean. Lagian apa Papa nggak nyariin nanti kalau Oma nggak pulang-pulang."

"Nggak. Udah kamu tenang aja."

Aruna dan Oma Sita kembali melanjutkan perjalanan. Mobil mereka melaju tenang hingga akhirnya berhenti di sebuah taman kota.

Lampu-lampu jalan mulai menyala, dan taman kota yang tadinya ramai oleh hiruk-pikuk siang berganti dengan suasana temaram yang syahdu.

Lampu hias berwarna-warni menghiasi pepohonan, sementara air mancur di tengah taman memantulkan cahaya lampu sehingga tampak berkilauan. Beberapa pedagang kaki lima masih berjualan di pinggir jalan, menawarkan jagung bakar, kacang rebus, dan minuman hangat.

Aruna memarkir mobilnya, lalu membantu Oma Sita turun. Mereka berjalan perlahan ke arah bangku taman yang kosong, menikmati sejuknya angin malam.

“Rasanya beda sekali, Nak,” ucap Oma Sita sambil tersenyum. “Taman di malam hari punya keindahan sendiri. Lebih tenang, lebih damai.”

"Iya Oma. Gimana kalau kita duduk di situ ?" Tunjuk Aruna saat melihat kursi panjang yang tak jauh dari air mancur.

Oma Sita mengangguk, lalu mereka pun duduk bersama menikmati indah nya taman kota di malam hari.

"Aruna, kamu tunggu disini dulu. Oma Mau ke kamar mandi sebentar."

"Biar Aruna antar saja Oma."

"Nggak usah. Oma bisa sendiri, kamu tunggu disini saja." Aruna pun mengangguk setuju, membiarkan Oma sita pergi ke kamar mandi sendiri.

Saat dirasa sudah cukup lama Oma Sita pergi ke kamar mandi namun tak kunjung kembali, hati Aruna mulai diliputi rasa cemas. Ia menoleh ke arah jalan setapak berkali-kali, berharap Oma Sita segera muncul. Tapi yang ditunggu tak kunjung terlihat.

Aruna akhirnya berdiri dari bangku taman. “Jangan-jangan Oma tersesat…” pikirnya dengan khawatir. Ia melangkah cepat hendak menyusul ke arah toilet umum di taman itu.

Namun tepat ketika ia beranjak, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Suara itu begitu familiar, membuat langkah Aruna terhenti seketika.

"Duduk saja. Nggak usah dicari, Oma sudah pulang."

Aruna menoleh, dan "Raka.."

* * *

1
Elisabeth Ratna Susanti
tinggalkan jejak 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
run away.┲﹊
Wah! Gak sabar nunggu karyamu yang baru, Thor!
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir di karyaku 😊
total 1 replies
Takagi Miho
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Noor.H.y: makasih kak.. sudah mampir 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!