Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.
Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.
Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Setelah mengatakan tetap ingin berpisah, Audi lalu mendorong tubuh Bimo dengan pelan, agar melepaskan pelukannya. Dia lalu tersenyum.
"Aku dan kamu mungkin ditakdirkan bukan sebagai pasangan. Kita sebaiknya hanya berteman saja. Aku akan selalu mengingatmu sebagai salah satu hal terbaik yang pernah terjadi padaku. Namun, ini bukan waktu yang tepat. Mungkin suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dan semuanya akan berbeda. Terima kasih. Selamat tinggal."
Audi lalu melangkah pergi. Baru beberapa langkah, terdengar namanya di panggil. Dia lalu menghentikan kakinya. Dibaliknya tubuh mencari orang yang menyebut namanya.
"Audi ... Tante boleh bicara," ucap Tante Susi. Ternyata yang memanggil Audi adalah Tante Susi. Dalam gendongannya ada Ghita.
Melihat Ghita, air mata Audi tak bisa dibendung. Rasa rindunya pada bocah itu akhirnya tak bisa ditahan.
"Ma ... Ma ...," panggil Ghita. Ternyata satu bulan tak bertemu, tak membuat dia melupakan Audi. Bocah itu mengulurkan tangan minta di gendong.
"Ma ... Ma," panggil Ghita lagi. Dia tampak mulai menangis karena Audi belum meraih tubuhnya dari Tante Susi. Melihat anak itu menangis, gadis itu lalu menggendongnya. Mengecup kedua pipinya secara bergantian.
Audi memeluk erat tubuh bocah itu. Ghita lalu memeluk erat leher gadis itu dengan kedua tangan mungilnya.
"Apa kabar, Sayang? Tante kangen," ucap Audi. Dia menghapus air matanya. Audi melihat tubuh Ghita sedikit kurus.
Tante Susi lalu mengajak Audi untuk kembali duduk. Bimo hanya diam, membiarkan mertuanya yang bicara.
Ghita yang duduk dipangkuan Audi masih terus mengecup pipi gadis itu. Seakan dia sangat senang karena bisa bertemu lagi.
"Audi, Tante mau minta maaf," ucap Tante Susi membuka suara. Dia sudah mendengar apa yang Audi inginkan. Sebagai ibunya Rani, Tante Susi merasa perlu meluruskan semua kesalahpahaman ini.
"Maaf untuk apa, Tante? Tante tak ada melakukan kesalahan," ucap Audi. Dia sedikit bingung karena wanita paruh baya itu meminta maaf.
Mama Susi memandang Audi dengan mata yang penuh penyesalan. "Audi, aku ingin meminta maaf padamu," katanya dengan suara yang lembut. "Tante baru tau kalau selama ini dia telah membohongi Bimo. Sebenarnya yang Bimo cintai pertama itu kamu. Jika pada akhirnya dia sangat mencintai Rani, itu setelah mereka hidup bersama. Sekali lagi Tante minta maaf."
Audi memandang Tante Susi dengan mata yang penuh keheranan. "Tante, tidak perlu meminta maaf. Semua bukan salahnya, Tante," kata Audi dengan suara yang lembut. "Aku juga sudah melupakan semuanya. Aku sudah mengikhlaskan apa yang terjadi. Percuma menyesali karena semua tak akan pernah bisa diulang lagi."
Namun, Tante a Susi tetap ingin meminta maaf. "Tidak, Audi, Tante tetap harus meminta maaf," kata Tante Susi dengan suara yang penuh penyesalan. "Tante tahu bahwa Bimo tidak pernah memperlakukan kamu dengan baik, semua karena dia pikir kamu seperti yang Rani katakan. Tante tidak bisa membenarkan sikapnya Bimo itu, tapi semua penyebabnya tetap karena Rani. Tante berharap kamu bisa memaafkan Rani, biar dia tenang di sana."
Audi tersenyum lembut. "Tante a Susi, aku sudah memaafkan semuanya," kata Audi dengan suara yang lembut.
Tante Susi tersenyum kembali, merasa lega dan bahagia. "Terima kasih, Audi," kata Tante Susi dengan suara yang penuh kasih sayang. "Tante sangat bahagia bahwa kamu bisa memaafkan kami. Hati Tante sudah sedikit lega."
Ghita yang berada dipangkuan Audi, ternyata telah terlelap. Dari tadi dia memang tampak mengantuk.
"Apakah kamu juga bisa memaafkan Bimo?" tanya Tante Susi dengan suara pelan. Sebenarnya ini bukan lagi urusannya. Namun, dia merasa bertanggung jawab, karena ada kaitannya dengan Rani, putrinya.
"Aku sudah memaafkan, Bimo. Tapi, untuk bersama aku belum bisa, Tante. Aku takut jika dipaksakan, kami jadi saling menyakiti. Aku pasti akan selalu mengungkit dan bersikap kurang baik nantinya. Aku merasa dia menyakiti aku, dan Bimo akan merasa aku yang telah melukainya. Jadi lebih baik kami hidup masing-masing. Dan saling introspeksi diri."
Tante Susi hanya terdiam. Tak tahu harus bicara apa. Terlalu ikut campur juga dia tak bisa karena Bimo hanya mantan suami anaknya. Keduanya sama-sama diam, larut dalam pikiran masing-masing.
"Apakah tidak bisa kamu memberinya kesempatan kedua?" Kembali Tante Susi bertanya setelah beberapa saat.
"Untuk saat ini lebih baik begini. Jika memang kami ditakdirkan bersama, pasti akan ada jalan yang mempertemukan kami kembali. Aku minta maaf, karena mungkin ini mengecewakan. Aku juga manusia biasa. Punya kekurangan. Jadi lebih baik kami berpisah dulu, agar kami bisa yakin dengan perasaan masing-masing."
Tante Susi tampak menarik napas dalam. Sepertinya tekad Audi untuk berpisah, tidak bisa digoyahkan lagi. Bimo yang diam-diam mendengarnya menjadi sangat terpukul. Air mata tanpa disadari jatuh membasahi pipinya. Menyesal pun tak ada artinya.
"Baiklah, Audi. Aku yakin perpisahan ini hanyalah sementara, sampai nanti kita bisa berkumpul kembali dengan senyum yang lebih ceria. Meski langkah kita berpisah, aku yakin ikatan hati ini akan terus terjaga. Sampai jumpa di masa yang lebih cerah. Aku melepaskan kamu untuk meraih'mu lagi dengan cinta yang lebih besar."
lebih baik ma orang lain,ketimbang balikan ma kamu...buat apa pisah toh balikan lagi...pisah ya pisah,cari kebahagiaan masing masing
jangan mau balikan...
kemana harga dirimu,udah di hina hina,udah dicaci maki,dibuat seperti pembokat masiiih juga mau balikan...
haddeuh kamu terlalu berharga untuk laki2 seperti Bimo...