Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Girlfriend?
Morgan duduk termenung di kursi panjang halaman rumahnya, menikmati semilir angin sembari menatap gelapnya langit malam ini.
Tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api gas berwarna pudar. Suara gesekan kecil terdengar saat ia menyalakan api, lalu ujung rokok pun berpijar merah. Dalam kegelapan, cahaya di ujung rokok tampak seperti kunang-kunang yang sesaat menerangi jari-jari tangannya.
Ia menarik napas dalam-dalam, menghisap nikotin yang terasa pahit namun menenangkan. Asap putih kelabu mengepul dari mulutnya, membentuk pusaran-pusaran samar yang seketika itu juga dijemput dan dilarikan oleh angin malam yang berhembus pelan.
Jejak asap itu membawa serta helaan napasnya yang berat, larut dalam kegelapan dan kesunyian.
Pandangannya menerawang ke arah kegelapan langit. Pikiran-pikiran berkecamuk dalam benaknya, seperti asap rokok yang berputar-putar sebelum menghilang.
Di kesunyian kali ini hanya suara desahan angin dan kepulan asap rokok yang menjadi saksi bisu gundah gulana seorang Morgan Seraphine.
Morgan memejamkan matanya, mengingat kembali semua perkataan Oscar. Benar kata sahabatnya itu, di usianya saat ini mungkin ia harus segera menemukan wanita yang mau diajak hidup bersama selamanya. Tapi Cherry..., gadis itu tak pernah menganggap dirinya ayah, bahkan dia meminta menjadi pasangan saja.
Tubuhnya mungkin merespon setiap godaan Cherry, tapi akal sehatnya pun masih ada. Mana mungkin ia bersama dengan Cherry dalam ikatan lain selain cinta keluarga.
Puk
Tepukan pelan di bahu Morgan menyadarkan pria itu dari dalamnya lamunannya. Cherry berdiri di belakangnya, tangannya terulur mengusap dada Morgan sebelum akhirnya melingkar di lehernya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.
"Kenapa kamu diam di sini sendirian?" tanya Cherry. Setiap helaan napasnya menerpa telinga Morgan.
Morgan segera mematikan rokoknya, ia mengambil satu tangan Cherry lalu digenggamnya erat. "Aku hanya mencoba menikmati udara segar di malam hari."
Cherry berjalan ke depan lalu duduk di samping Morgan. Matanya menatap lekat pria itu, menyelidiki apa yang sebenarnya pria itu sembunyikan darinya.
"Morgan, aku sudah dewasa. Kamu bisa bercerita padaku jika sedang memiliki masalah. Kita harus saling melengkapi satu sama lain. Jangan hanya aku saja yang bergantung padamu, kamu juga lakukan lah hal yang sama padaku," tutur Cherry.
Morgan menarik napas dalam, menoleh pada Cherry dengan senyum tipisnya. "Apa sebaiknya aku katakan saja kegundahan hati ini padanya?" batinnya.
"Kenapa kamu keluar? Di sini dingin?" tanya Morgan berbasa-basi. Lidahnya benar-benar kelu setiap kali ingin membicarakan tentang wanita lain pada Cherry.
"Tidak papa. Aku bisa memeluk mu jika kedinginan." Cherry bergelayut manja di lengan Morgan.
"Tapi kamu, kan sedang belajar."
"Aku juga butuh istirahat."
Hening. Entah lidahnya yang membeku karena udara dingin atau karena dirinya lah yang pengecut, sulit sekali untuk mengatakannya pada Cherry.
"Akhm!" Morgan menatap sisa rokok di sampingnya.
"Cherry!" panggilnya asa-asa.
"Ya?" sahut Cherry sambil memejamkan mata, masih gelendotan di tangan Morgan.
"Cherry, bagaimana pendapat mu jika aku memiliki wanita lain selain kamu dalam hidup ku?" tanyanya, akhirnya. Satu pertanyaan lolos benar-benar membuat hatinya merasa lega sekaligus takut.
"Mmm, maksud mu kupu-kupu malam?" Cherry menatap manik mata Morgan.
Morgan tersenyum datar, perlahan menggelengkan kepalanya.
"Pacar?" tanya lagi Cherry.
Morgan perlahan mengangguk. "Mungkin..., seseorang yang lebih dari itu juga."
"Aku tidak akan mengizinkan mu lagi," putus Cherry cepat. Gadis itu berpaling dan menyilangkan tangannya di dada.
"Jika kamu mau berpacaran, pacaran lah dengan ku," tukas Cherry, kembali menatap Morgan.
"Tidak Cherry," tolak Morgan lembut. "Aku ingin wanita lain. Maksud ku... aku harus mencoba berhubungan dengan wanita lain. Kita tidak bisa bersama."
"Umurku tidak lagi muda, teman-teman ku juga satu persatu memiliki pendamping hidup, aku juga ingin seperti mereka. Karena itu..., aku ingin mulai mencari pasangan hidup ku."
"Kenapa harus wanita lain?" Mata Cherry berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangisnya yang hampir pecah. "Apa karena aku jelek? Atau karena aku bodoh, aku terlalu muda untuk mu, tubuhku bukan tipe mu, atau karena kamu bosan padaku?"
"Ssssth!" Morgan membekap pelan bibir Cherry. Ia menatap manik mata gadis itu yang nanar. "Semua yang kamu katakan itu tidak benar." Satu tetes air mata Cherry jatuh ke tangannya.
Cherry melepaskan tangan Morgan dari bibirnya. "Lalu kenapa? Aku berjuang keras untuk ujian ini demi dirimu. Aku ingin melakukan $3x dengan mu bukan karena nafsu saja tapi aku juga ingin cinta mu. Aku ingin kamu menganggap ku wanita, bukan anak mu lagi."
"Tapi di saat aku sedang berjuang kamu malah ingin bersama wanita lain."
"Cherry, meskipun aku bersama wanita lain aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendiri. Kita hanya akan kedatangan wanita baru di kehidupan kita."
"Itulah yang tidak aku inginkan," raung Cherry. Ia menutup wajah dan menangis sejadinya.
Morgan menghela napas berat. Ia sudah tahu ini tidak akan mudah. Seharusnya ia tahan saja sampai Cherry selesai ujian. Sial, karena dirinya tidak sabaran. Ia menundukkan kepalanya. Sekarang bagaimana cara dirinya akan menyelesaikan ini?
"Cherry, dengar! Aku hanya bertanya saja, jika memang kamu tidak mengizinkan ku maka aku tidak akan pernah mencari wanita lain dalam hidup ku. Kamu satu-satunya untuk ku selamanya." Morgan berusaha merangkul Cherry dan membawa ke pelukannya. "Selamanya aku akan berusaha tetap merawat dan menjaga mu."
Cherry menepis tangan Morgan dari bahunya. Ia berdiri menjauh dari pria itu. "Kamu berbicara seperti aku adalah orang jahat," lirihnya. Menghapus air mata meski air matanya tak kunjung berhenti.
"Aku ingin kita hidup bahagia bersama, bukan ingin kamu selamanya merawat ku dan menjaga ku saja. Aku ingin menjadi satu-satunya wanita dalam hidup mu selamanya. Yang menjadi temanmu, istri mu, ibu dari anak-anak mu, aku ingin status itu, bukan hanya seorang gadis yang perlu kamu rawat dan jaga saja."
"Ada apa ini?" tanya Oscar, memecah ketegangan yang sedang terjadi antara Cherry dan Morgan. Mereka menoleh ke arah sumber suara. Melihat Oscar, Cherry tanpa ragu langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat.
"Cherry, kenapa kamu menangis? Morgan memarahi mu?" tanya Oscar. Ia berusaha melihat wajah Cherry yang bersembunyi di dadanya. Kemudian, melihat ke arah Morgan.
Morgan berdiri dan menghampirinya. "Lepaskan dia!" perintahnya.
"Huh?" Oscar tertegun. "Kau berbicara seakan-akan aku menahan Cherry, padahal Cherry lah yang menempel padaku, dia juga yang pertama datang padaku." Ia terkekeh.
Morgan menarik napas dalam. "Cherry, maaf! Ayo kita masuk, udara di luar sini dingin. Kamu akan sakit dan ujian mu akan terganggu," bujuknya, akan tetapi ia malah melihat Cherry semakin mengeratkan pelukannya pada Oscar.
"Sudahlah," tukas Oscar, merengkuh pinggang Cherry. "Untuk malam ini Cherry akan menginap di rumah ku. Kau tenang saja. Besok pagi aku juga akan mengantarnya sekolah tepat waktu."
"Jangan gila!" tegur Morgan dingin. "Lepaskan, Cherry! Takkan kubiarkan dia menginap di rumah mu."
"Tapi aku ingin," sahut Cherry cepat.
"Apa?" Morgan tak menyangka tiba-tiba saja Cherry menyahut dengan jawaban yang tak terduga.
"Kau dengar sendiri, kan? Dia ingin tidur di tempat ku."
"Dengar, aku datang ke sini untuk menawari mu beberapa wanita kenalan ku."
"Oscar, diamlah! Ini bukan saatnya," peringat Morgan. Ia ingin menarik Cherry dari Oscar, tapi dirinya yakin itu hanya akan membuat Cherry semakin marah padanya.
Oscar mengangkat bahunya. "Yasudah lah. Aku pulang!" pamitnya. Ia menarik Cherry sehingga ada dalam pangkuannya, kemudian berjalan meninggalkan Morgan yang masih termenung di tempat.
"UGH!" murka Morgan, menendang krikil di hadapannya. "Sial." Menggaruk kepalanya frustasi.
Sementara itu di dalam mobil, Oscar terus menoleh ke arah Cherry yang hanya diam.
"Apa yang terjadi di antara kalian berdua?" tanyanya, memulai pembicaraan di keheningan yang terasa membingungkan.
"Morgan...," gumam Cherry.
"Oscar, Morgan ingin wanita lain dalam hidupnya."
"Lalu apa masalahnya dengan itu? Sudah sewajarnya seorang pria menginginkan wanita, kan?"
"Oscar, kau tidak mengerti," gerutu Cherry. "Masalahnya..." Ia ragu untuk menyatakannya. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Tidak, tidak seharusnya ia ragu. Ia harus menyatakan pada semua orang.
"Aku mencintainya," aku Cherry. "Aku mencintai Morgan," tegasnya.
"Tapi bukan cinta seorang putri pada ayahnya, ini cinta seorang wanita pada pria."
"Kamu yakin?" tanya Oscar.
Cherry mengangguk. "Aku tidak peduli kamu percaya atau tidak, yang pasti aku tidak mau Morgan hidup bersama wanita lain."
Mobil tiba-tiba berhenti mendadak. Oscar kini sepenuhnya hanya menatap Cherry.
"Sebenarnya, aku tahu masalah kalian ini," akunya.
"Kamu butuh saran dariku?" tawarnya.
"Bagaimana?" tanya Cherry pasrah.
"Dengar, menurut ku Morgan juga sebenarnya mencintaimu dan menginginkan mu sebagai wanita, bukan sebagai anaknya, hanya saja dia terlalu keras kepala, dan terlalu menyangkal perasaannya sendiri."
"Menurut ku, untuk saat ini biarkan dia bersama wanita lain sehingga dia bisa merasakan bagaimana hidup bersama wanita selain dirimu dan hidup tanpamu di sisinya," saran Oscar penuh keyakinan.
"Selain itu, kamu juga harus segera mencari kekasih mu sendiri. Tunjukkan pada Morgan kalau kamu bisa mencintai pria lain. Jika Morgan benar-benar mencintai mu maka dia tidak akan pernah rela kamu bersama pria lain selainnya," tambahnya.
"Tidak ada salahnya mencoba cara ini. Mungkin dengan kamu bersama pria lain Morgan akan sadar bahwa sebenarnya dia juga mencintaimu."
"Dan bagaimana jika Morgan membiarkan aku bersama pria itu dan dia bersama wanita pilihannya?" tanya Cherry.
"Itu tidak akan pernah terjadi. Percayalah padaku! Aku yakin bahwa Morgan tak akan pernah membiarkan pria lain bersama mu," balas Oscar sangat yakin.
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲