NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Side Story: NusaNTara Mencari Cinta

NusaNTara telah sampai di gudang milik pak Slamet, se kembalinya dari kebun tebu. Semua kuli dan anak-anak turun saru persatu sambil membawa tebu.

Anak-anak berterima kasih dan berpamitan pulang. Mereka tinggal di sekitar gudang jadi mereka cukup akrab dengan pekerja gudang.

"Mau kemana kau habis ini?" tanya Tara dengan anggukan kepala.

Nusa memeriksa jam tangannya. Jarum pendek menunjukkan pukul dua belas lewat sepuluh.

"Mau sholat dulu, terus cari terang bulan," balas Nusa.

"Memangnya ada terang bulan di jam segini?"

"Ya, tinggal ku cari. Soalnya ibuku yang minta."

"Terserahlah. Oh, ya, jangan lupa ingatkan ibumu untuk membayar tagihan pupuknya."

"Iya. Nanti aku ingatkan."

Nusa pergi mengambil motornya dan pergi meninggalkan gudang.

"Tin!"

Nusa membunyikan klakson motor nya saat melintasi gerbang.

"Yooo," sahut Tara sambil melambaikan tangan.

...****************...

Nusa berkendara dengan santai, melintasi jalanan kota yang ramai. Dia berkendara pelan sembari melihat kanan kiri, mencari penjual terang bulan.

Hingga saat dia berbelok ke sebuah masjid, dia belum menemukannya. Dia memutuskan sholat terlebih dahulu.

Ketika akan wudhu, Nusa melepas jamnya dan meletakkannya di atas tembok, tempat keranjang air menempel.

Setelah itu, dia segera masuk masjid karena dia sudah tertinggal. Ternyata, imam sudah duduk terkahir. Dia bergegas masuk barisan dan ikut sholat.

Selesai sholat, Nusa memanfaatkan waktu untuk berdoa dan rehat sejenak. Semua orang sudah pergi untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.

Menghadapi dunia yang sibuk memerlukan waktu untuk menyendiri. Nusa memanfaatkannya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Dia terlihat fokus dalam doa nya. Matanya yang terpejam tanda dia menghayati dos nya dan menyerahkan semua masalah kepada sang maha perkasa.

Nusa seselai berdoa dan mengusapkan telapak tangannya ke wajah. Dia menghela nafas panjang dan mengarahkan pandangan ke langit.

Tidak lama, di bergegas bangkit dan pergi keluar.

Ketika naik ke atas motor, seorang pemuda menghampirinya. Penampilannya seperti seorang santri, dengan sarung, baju Koko dan songkok di kepala.

"Mas, mas! Jam sampean ketinggalan," ucap pemuda itu.

"Oh, ah, iya. Mater Suwon, cak," ucap Nusa dengan ramah dan senyuman.

"Ya. Sami-sami," balas pemuda itu. Saat pemuda itu akan pergi, Nusa meanggilnya lagi.

"Cak, cak!"

"Ya?"

"Sampean tau, nggak, tempat jual terang bulan?" tanya Nusa.

"Tau, sih, mas. Tapi jam segini belum buka. Sore baru buka," jawab pemuda.

"Oh, ya sudah. Makasih, Cak!"

"Ya. Lagian, ngapain cari terang bulan siang-siang. Terang bulan kan adanya malam. Kalau siang namanya terang surya," canda pemuda sambil terkekeh.

"Haha, terang karena ujungnya di bakar," balas Nusa dengan candaan.

Dia adalah Diki, pengurus masjid ini. Posturnya cukup tinggi dan tegap. Sikapnya santun dan ramah.

Nusa sering mengobrol dengannya dan mengajaknya pergi ke suatu tempat, karena mereka sama-sama lumayan punya banyak waktu luang. Terkadang, Nusa juga mengajaknya main futsal kalau dia tidak sedang sibuk.

"Oh, ya, Minggu depan longgar, tidak? Ada tim yang ingin ngajak sampean main," tanya Nusa.

"Tidak tau, ya. Menurut agenda ku, Minggu depan ada beberapa acara."

"Oohh, okelah. Kalau tidak bisa ya sudah. Nanti aku hubungi tim itu."

"Tapi, kapan kira-kira mainnya? Kalau gak pas ada acara nanti saya datang."

"Nanti saya tanyakan dulu. Kalau sudah ada info, saya hubungi sampean nanti."

"Okelah. Saya kembali dulu. Mau makan soalnya," pamit pemuda.

"Ya, silahkan," baka Nusa.

"Monggo!"

"Monggo!"

Nusa menyalakan motornya dan pergi meninggalkan masjid.

...****************...

Nusa menghampiri beberapa gerai yang bertuliskan terang bulan. Dia menjumpai semua geari itu tutup.

Karena tidak kunjung menemukan penjual terang bulan yang buka, dia memutuskan untuk beristirahat di penjual kelapa muda.

"Pak, tau tempat jual terang bulan yang sudah buka?" tanya Nusa ke pemilik toko saat menyuguhkan pesanannya.

"Coba cari di pasar rakyat. Mungkin ada," balas penjual.

"Oh, oke. Makasih pak."

"Hmm."

...****************...

Nusa berjalan di kerumunan orang yang sedang berbelanja di pasar. Dia mencari-cari tempat penjualan terang bulan.

Lama mencari, akhirnya dia menemukan penjual terang bulan. Toko itu berada di ruko satu pintu.

"Bang, Taro satu. Topping nya kacang mede. Di bungkus," pesan Nusa.

"Taro topping kacang mede!" teriak orang yang sedang membungkus terang bulan ke dalam kotak.

"Oke!" sahut pembuat terang bulan, yang berada di dalam ruko.

Setelah mengantri cukup lama, karena banyaknya pembeli, akhirnya pesanan Nusa jadi dan dia segera pulang, takut ibunya sudah menunggu lama.

...****************...

Sesampainya di rumah, Nusa memasukkan motornya ke garasi bawah rumah.

"Loh? Bu? Ngapain di sini?"

Nusa terkejut ketika mendapati Ibunya memeluk motor Harley Davidson roda tiga sambil menangis.

Ibunya tengkurap membelakangi setir motor. Tangannya mengelus-elus body motor. Kepalanya di sandarkan di bangku belakang.

"Me~rryy~ ... 'snif' "

#*# flashback

"Kyaa~, Merry datang!" seru Ibu Nusa sambil memeluk bantal berbentuk Going Merry milik Nusa.

"Bagus banget plotnya. Tidak menyangka Merry datang sebagai penyelamat. Eksekusi yang bagus, Thor!" puji Ibu Nusa.

"Lanjut episode selanjutnya."

"Duh! Kacangnya habis lagi," ucap Ibu Nusa sedikit kesal. Dia tidak nyaman kalau tidak ngemil kacang ketika nonton.

"Mumpung lagi opening, cari kacang dulu."

Dia bergegas pergi ke rak dapur, mencari kacang.

"Isshh, mana, sih, ini kacangnya. Kok ngga ada," keluhnya.

Dia membuka semua lemari makanan, tapi tidak menemukan satupun. Semua wadah kaca, kosong tanpa isi.

"Perasaan baru beli dua kilo. Kok udah ngga ada."

"Apa di kamar Nusa, ya?" pikirnya.

Dia segera pergi ke kamar Nusa.

"Clek!"

Dia menyapu pandangannya dari kanan ke kiri. Matanya menelusuri setiap tempat di kamar.

"Nah! Itu dia!"

Setoples kacang terdapat di meja belajar Nusa. Dia bergegas mengambilnya dan kembali ke posisi.

"Pas banget."

Opening baru saja selesai. Dia langsung tengkurap dan memeluk bantal. Membuka toples dsn meletakkannya di sebelah kanan.

"Lanjut nonton~" ucapnya riang.

**

"Haaaahhh, Merry terbelah? Ah, tapi ada pak tukang. Pasti dia bakal memperbaikinya."

**

"Tolong! Lakukan sesuatu pada Merry!"

"Iya, pak tukang. Perbaiki Merry. Masih bisa itu," seru Ibu Nusa hanyut dalam cerita.

"Biarkan dia ... istirahat sekarang."

"Brakkk!" Ibu Nusa menghantamkan kedua kepalan tangannya ke lantai.

"Apa? Tidak mungkin! Dia adalah nakama! Dia harus mengantarkan Luffy sampi jadi raja bajak laut! Kau jangan seenaknya nyuruh Luffy meninggalkannya!" teriak Ibu Nusa tidak setuju dengan ide itu.

"Aku paham."

"Haaa ...." Ibu Nusa terkejut dan membeku mendengar keputusan. Nafasnya berhenti karena tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Kau yakin?"

Raut wajah yang tadinya berkerut karena geram, sekarang mengendur dan datar.

**

"Merry ... kedalaman laut itu gelap. Mungkin kau akan kesepian."

"Betul. Semoga kau tenang di sana."

"Maafkan aku ... Aku masih ingin berlayar bersama kalian."

"Haaaahh ... " Kacang Mede yang belum sempat di masukkan ke mulut terjatuh di atas lantai. Wajah terkejut terpampang jelas di wajahnya.

Air matanya mengalir tak terbendung. Dia mengambil tisu dan mengusap ingus yang mengalir dari hidungnya. Matanya memerah efek dari air mata yang keluar.

"Merryy!!"

#*#

"Merry ..."

"Haaaaaa ..."

Nusa menghela nafas melihat tingkah Ibunya. Dia mendorong motornya dan di pikirkan di antara motor Harley Davidson custom yang lain.

Tidak terduga di bawah rumah panggung yang cukup sederhana, ada motor yang harganya melebihi rumah itu sendiri. Motor-motor itu di produksi sekitar tahun 50-an.

Semuanya tertata rapi dan bersih dari debu, karena Ibu Nusa sering mengelapnya dan membersihkannya.

Dulu, ayah Nusa juga terkejut saat tau kalau istrinya adalah seorang anak juragan yang kaya raya. Dia menikahi Ibu Nusa tanpa tau statusnya.

Walaupun begitu, keluarga mereka tetap hidup dalam kesederhanaan. Tidak memiliki rumah mewah, perabotan mewah ataupun mobil mewah.

Kalau motor Harley itu pengecualian. Itu adalah warisan dari kakek ibu Nusa yang hobi dengan motor gede.

Untuk tanah yang luas, itu merupakan peninggalan dari mendiang kakek Nusa. Sebagai anak semata wayang, Ibu Nusa mendapatkan semuanya, tanpa ada sengketa ahli waris.

Belum lagi, harta itu di kembangkan lagi oleh ayah Nusa. Membuka banyak perusahaan, menjadikan asetnya semakin berlipat ganda.

Dan itu semua akan di wariskan ke Nusa suatu hari nanti. Itulah mengapa Nusa sedikit kesulitan mencari pasangan.

Bagaimana tidak, definisi "Harta tidak habis tujuh turunan" benar-benar akan di pegang oleh Nusa.

"Nih. Biar gak sedih lagi. Terang bulan rasa Taro. Di tambah kacang Mede."

Nusa menyerahkan pesanan ibunya untuk menenangkannya. Memberikan makanan kesukaan wanita biasanya bisa meredakan kesediaannya.

Ibu Nusa bangkit dan berdiri di samping Nusa.

"Ayo masuk rumah," ajak Nusa.

Dia menggandeng tangan ibunya dan menuntunnya ke ruang tengah, tempat ibunya tadi menonton anime.

"Oh, ya. Ibu sudah sholat, belum?" tanya Nusa untuk mengingatkan ibunya.

"Tanggal merah," balas Ibu yang langsung duduk di depan laptop.

Dia meraih kotak terang bulan dan membukanya. Ekspresi nya terlihat senang walau masih ada bekas air mata di pipi nya. Dia pun lanjut menonton.

Nusa menggeser sebuah kertas di atas keyboard. Kertas itu berukuran seperti tiket konser.

"Kapan Ibu pergi?" tanya Nusa dengan wajah murung.

"Hmm, tidak tau," balas Ibu.

"Apakah Ibu tidak ingin melihatnya sekali saja?"

"Tidak," balas Ibu dingin.

"Haaahh ... Nanti kalau ibu berubah pikiran, bilang sama Nusa. Kita kan nonton bersama."

"Hmmm."

Nusa pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang lanjut nonton.

Dia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi telentang. Dia menatap langit-langit kamar, dengan mata kosong seolah memikirkan sesuatu.

"Sepertinya ... masih lama lagi."

"Tunggu kami ... Ayah."

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!