Hidup sendirian tak membuatku merasa takut.
aku terbiasa apapun sendiri dan mandiri sejak menginjak dewasa.
namun, semuanya berubah setelah aku menikah dengan Ayah sahabatku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Amanda menatap ke arah Samuel dengan tatapan tajam.
Dia sudah tak sanggup lagi, pertahanannya sudah menipis karena sejak tadi melawan.
Hingga,
Brak.
"Sialan kalian" teriak Leon dengan membabi buta.
Amanda menghela nafas lega, dia menatap Alwi yang langsung mendekati nya.
"Maaf kan kita lama, ternyata di luar sana sangat banyak anak buah yang menjaga" lirih Alwi sambil menggendong Amanda.
"Azka, pergilah bersama Alwi dan bawalah Amanda segera" ucap Arnold.
Leon?
Dia sedang menyerang Samuel dengan membabi buta, sedangkan Arthur sudah di amankan oleh anak buah dirinya.
Arnold mencekal tangan Leon dengan erat.
"Biarkan dia hidup, tak akan seru jika dia langsung mati saat ini. Dan ingatlah Maudy, dia sedang hamil" bisik Arnold.
Hah.
Leon membuang nafas kasar, dia lalu memejamkan mata nya sejenak dan menatap Arnold dengan sendu.
"Amanda kuat, dia pasti selamat" ucap Arnold.
Arnold lalu memberikan kode pada anak buah nya agar membawa Samuel pergi dari sana.
Lalu, Leon dan Arnold pun pergi dari sana.
Keduanya akan pergi ke mansion untuk memastikan kondisi Maudy, mereka takut Maudy syok dan berakibat fatal akan kesehatannya.
Arnold mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, dia juga sama gelisah nya dengan Leon.
*
Sedangkan di Mansion,
Keadaan sudah aman, Maudy pun sudah berani keluar kamar dengan di bantu oleh sang Bunda.
Namun,
"Bagaimana keadaan Amanda?" tanya Maudy setelah duduk bersama Ayah dan Bunda nya.
Ayah menatap Bunda dengan bingung.
"Ayah, tolong telepon Alwi. Tanyakan bagaimana keadaan Amanda, perasaan Mau gak enak"
"Aduhh"
"Sayang kenapa?" tanya Bunda saat melihat sang Putri mengaduh.
"Tenang Nak, Kakak dan Ayah serta Uncle mu baik-baik saja" ucap Maudy sambil mengelus lembut perut buncit nya.
Bunda pun ikut serta mengelus lembut perut Maudy.
"Tuan, Nona Amanda sudah di bawa ke rumah sakit milik anda. Dia kritis" ucap Ronal yang tak melihat ada Maudy disana.
Deg.
"Apa" teriak Maudy.
Ronal langsung memalingkan wajah nya, dia menutup mata dan langsung menundukan kepala.
"Maafkan saya Tuan" lirih Ronal penuh sesal.
Huh.
"Tidak apa, pergilah dan siapkan mobil" ucap Tuan Alaska tegas.
Maudy langsung memeluk Bunda dan menangis histeris di pelukan itu.
Dia tak bisa membayangkan bagaimana keadaan Amanda yang saat ini katanya kritis.
"Ayah, aku mau ke Rumah sakit" ucap Maudy sambil menangis.
"Kita tunggu Abang dan Suami mu ya, mereka dalam perjalanan pulang"
"Tenangkan dirimu sayang, ingat kamu sedang hamil" jelas Ayah lembut.
"Benar kata Ayah mu, Nak. Lihat perut kamu tegang, coba duduk kembali dan tenanglah sayang" timpal Bunda.
Huh.
Maudy mencoba mengatur nafas, dia duduk dengan gelisah.
Ekor mata nya melihat kedatangan sang Suami, dengan gerakan cepat Maudy pun berdiri dan lari ke arah Leon.
"Maudy"
"Sayang"
Leon dengan cepat berlari dan menatap kacau saat melihat Maudy berlari ke arah nya.
Grep.
"Hei, kenapa lari sayang? Ingat kamu sedang hamil besar sayang" ucap Leon lembut.
Maudy menggelengkan kepala.
"Mas, ayo ke Amanda"
"Aku takut dia kenapa-napa, aku udah janji bakal jadi Bunda yang baik"
"Hiks"
"Ayo cepat Mas, Amanda butuh aku loh"
Cup.
"Kamu tenang dulu sayang, iya kita akan kesana tapi kamu tenang dulu" ucap lembut Leon.
Maudy menggelengkan kepala, dia melepaskan pelukannya.
"Ashhh"
"Maudyyy"
.
.
.