NovelToon NovelToon
Bitter Sweet

Bitter Sweet

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara
Popularitas:404.4k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sekejap manis, sekejap pahit. begitulah urusan hati seorang Dinata Mahika Jennar, patah hati yang berulang membuat sikap egoisnya memaksa untuk selalu berpindah kampus tempatnya belajar dan trauma untuk menjalin rasa itu kembali terhadap seseorang.

"Gue mau jadi biksu aja, seumur hidup ngga akan pernah mau lagi ngerasain jatuh cinta sama manusia."

Namun kepulangannya ke tanah air justru mempertemukannya dengan seorang penggombal receh dimana nasib justru menghadapkan keduanya di situasi pernikahan yang terpaksa.

Adalah Prasasti Dirgantara, prajurit militer bersenjata negri yang lahir dari keluarga sederhana dan harus turut menerima derita menikahi Dina secara paksa, sepaket sifat menjengkelkan gadis kaya raya itu.

"Jangan lupa uang panainya! Pendidikan gue itu sarjana, om. Minimal 150 juta..." sengak Dina congkak. Prasasti menjedotkan kepalanya ke dinding beton markas militer, "mesti minjem kemana?!"

Sanggupkah keduanya menjalani pahit manisnya kehidupan sebuah pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 35 ~ Rayuan maut

"Minum obat dulu, tapi sebelumnya andi harus makan. Sedikit saja---" bujuk Pras membawa serta kresek kecil berisi tablet penurun panas yang dibawa dari ruang kesehatan oleh petugas piket, bela-belain lari-lari tengah malem mana manggul senapan, masuk ruang kesehatan nyari obat penurun panas persis orang lagi nyolong.

Ia mengganti nasi yang tadi selepas magrib dengan nasi baru dari penanak nasi. Tak ada steak atau makanan mewah lainnya seperti yang biasa tersaji di meja makan, yang disediakan pelayan resto atau maminya, hanya telor ceplok hangat buatan si hitam manis.

Meski lidah terasa pahit dan tak berselera, Dina mengangguk memaksakan kinerja sistem pencernaannya agar tak manja lagi.

Prasasti sudah bersusah payah membuatnya, maka ia tak boleh lagi menyusahkan om suami.

Suapan demi suapan diterimanya meski dengan keluhan manja yang sedikit sulit ia hilangkan, "nasinya sedikit-sedikit aja om, Dina susah nelennya..."

"Om kaya nyuapin gajah, kenapa ngga sekalian pake sendok tembok..."

"Udah ah, eneg..."

"Jangan pake yang putihnya, Dina kurang suka..."

Dina menelan pil pahit dengan bantuan air putih, "oke. Dina udah patuhi apa yang om suami suruh. Sekarang om tidur...share remember? Aku tidur kamu tidur..." kini Dina membalikan ucapan Pras.

"Oke." Pras mengangguk menurut, melihat waktu yang telah menunjukan pukul 2 dini hari.

Bukan Dina yang justru terlelap karena efek obat, melainkan si hitam manis itu yang tidurnya pulas sampe ngorok-ngorok, mungkin efek lelah.

Tangan pria itu memeluk Dina dengan lengan satunya menjadi bantalan kepala Dina, tapi ia mampu terlelap sampai sebegitu pulasnya.

Dina cengengesan saat mulut Pras mengeluarkan dengkuran-dengkuran keras, tak ada kalimat jaga image diantara keduanya.

"Saking capenya kamu, om suami...." ucapnya mengusap rahang tegas Pras sambil mendongak, "makasih atas semua yang sudah om lakukan buat Dina."

Dina ikut memejamkan matanya, meskipun jujurly ia tak bisa tertidur lelap karena bunyi dengkuran Pras setara dengan suara sirine pemadam, terkadang Dina cekikikan sendiri, "berisik ih!" tangannya mengatupkan rahang yang terbuka itu dan menahannya agar tetap tertutup, mungkin ia perlu lakban saat ini, meski tetap saja diantara terkatupnya mulut Pras, ia membisikan suara aneh yang membuat Dina tak bisa menahan tawanya.

"Gimana kalo tidur di hutan coba, musuh bisa langsung tau posisinya doi kalo ngorok begini...auto bangun tinggal nama," ucap Dina makin meringsek di dalam dekapan Pras yang kemudian ikut menggeliat terbangun, "ndi...kenapa bangun? Haus lagi?" tanya nya parau digelengi Dina, "tepatnya aku belum tidur lagi."

"Kenapa?" Pras memegang dahi dan leher Dina yang sudah berkeringat, "alhamdulillah turun."

"Barusan denger suara sirine pemadam..." jawab Dina.

"Ha? Dimana?"

"Disini..." tunjuknya ke arah mulut Pras seraya tertawa, "om ngorok, berisik!"

Pras nyengir, "berisik ya? Maaf---maaf..."

Dina kembali menggeleng, "ngga apa-apa, om pasti capek." jawab Dina, "om tidur lagi deh, bukannya besok harus kerja? Aku udah ngga apa-apa kok. Ini udah mendingan."

Dina bangkit dari tidurnya, "mau kemana?" tanya Pras.

"Dina kebelet."

"Kuat ngga, mau abang temani?" tanya Pras digelengi Dina, "bisa--bisa kok. Tenang aja," jawabnya bangkit dan berjalan sendiri.

Aduh!

Pras langsung bangkit dan melompat dari kasur saat mendengar suara benda jatuh dan Dina yang mengaduh.

"Ndi?!"

"Ommm, Dina kepeleseettt..." rengeknya sudah terduduk di gawang kamar mandi, meski rengekannya itu berupa rengek manja nan geli karena malu terkesan cengengesan. Pras tertawa kecil, "kan...apa abang bilang."

Tangan kekarnya meraup Dina yang kembali mengaduh saat pergelangan kakinya diangkat, "aww! Aww itu sakit ih, kayanya barusan terkilir om, soalnya suaranya tuh grekkk gituh..." keluhnya.

Sebagai seorang prajurit dan pernah pula menjadi instruktur, sedikitnya Pras tau, disentuhnya kaki dengan kulit semulus pualam dan memijit area mata kaki, "iya, ini terkilir. Coba abang benerin. Tapi andi tahan sedikit..." pintanya sukses bikin Dina membeliak, "gimana---gimana? Mau diapain?" kini gadis itu sudah bisa berujar sewot lagi.

"Abang hitung sampai 3 ya..."

"Sebentar ih!" dumel Dina, namun Pras jelas tidak sedang menunggunya siap, karena rupanya mulutnya itu sudah komat kamit menghitung, "1...."

Dina langsung membekap mulut pria itu, "tunggu dulu ih, om tuh ngga nunggu jawaban Dina dulu, rese ih!" omelnya, Pras tertawa dalam bekapan Dina.

"Oke, sebentar, Dina ambil nafas dulu..." ujarnya berusaha tenang, padahal kakinya sudah berada dalam posisi siap di tekuk Pras.

Dina melepas bekapannya dari mulut Pras, dan kembali lelaki itu menghitung lagi, "1...."

Dina baru saja meraup nafasnya, "3!"

Grekkk!

Dina membeliak, "Awww! Om tuh ngga pernah sekolah apa gimana sih, abis 1 itu 2 bukan 3!!!!" omelnya menjambak rambut secenti Pras yang sia-sia saja ia lakukan. Pras terkekeh, "udah bisa ngomel berarti udah sembuh."

"Bisa bangun, apa perlu digendong?"

"Mau terbang!" sungut Dina kembali meledakan tawa Pras. Ia lantas menggendong Dina, bukan dengan cara bridal style apalagi karung goni style, melainkan Dina sudah melingkarkan kakinya di pinggang Pras dan melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu.

"Bayi besar, bayi mo nyet atau bayi buaya?" tanya Pras dibalas cekikikan Dina.

Dengan usilnya si pria matang ini menjatuhkan Dina yang hampir memerosotkan kakinya langsung ke kasur, bersama tubuhnya sekalian. Sehingga posisi mereka kini saling bertumpuk, "aduhh ihhh! Berat ih, sakit, suami kurang akhlak!" omelnya cukup linu tertin dihhh oleh bayi kingkong. Pras tidak langsung menjatuhkan badannya begitu saja, melainkan menahan lututnya bertumpu di kasur hingga ia tak sampai menumpukan berat badannya secara langsung pada Dina.

Namun perlahan dan pasti, ia menempelkan dirinya di atas tubuh Dina dan mengunci tatapannya. Dina terlihat salah tingkah dan wajahnya seperti kepiting rebus karena posisi mereka.

Awalnya hanya kecupan singkat di dahi Dina, "sehat-sehat istri..." ucapnya mengundang kekehan Dina.

Kecupan itu turun ke mata, "jangan dengarkan kata orang." Kembali Dina terkekeh. Kecupan selanjutnya beralih ke hidung, "kamu sakit, aku sakit."

Lalu pindah ke pipi kanan dan kirinya, "kamu menangis, aku menangis.."

"Kamu pahit, aku ikut merasakan pahit..." lantas kedua belahan bibir itu mendarat di belahan bibir semanis aromanis, seempuk milk bun Dina dan me nyecapnya rakus. Alis Dina mengernyit, "modus." cibirnya ketika Pras melepas itu dan terkekeh, "obat pahit kan? Sebagai pasangan, abang dengan senang hati ikut merasakan pahitnya obat, biar andi ngga ngerasain pahit sendiri."

"Bisa aja alesannya buaya." Cibir Dina lagi. Pras masih enggan mengangkat tubuhnya dari atas Dina dan masih anteng menempel hingga benda pusaka yang ada di bawah terbangun menggedor-gedor lapisan penutupnya, ia harus segera mencari cara untuk meminta pada Dina.

"Om ngga ada niat buat turun?" tanya Dina.

"Kalo niat sih ada, tapi....masih betah." jawabnya kembali menatap bibir Dina, Dina bukan gadis bodoh yang tak tau apa yang sedang Pras lakukan.

"Dina belum mandi, belum gosok gigi, belum bersih-bersih...masih lengket..." ucapnya. Namun sepertinya itu bukan hal besar yang patut dipertimbangkan bagi Pras, "jangan mandi sekarang. Nanti aja subuh...biar sekalian..." rayunya.

Bibir yang mesam-mesem tercipta dari mulut keduanya, "matiin jangan?" tanya Pras, Dina menggeleng, "terserah."

"Ngga usah lah ya, biar abang bisa liat cantiknya andi, nanti salah masuk..." Dina kembali dibuat melambung oleh kata-kata si penggombal receh itu. Tangannya mengusap garis wajah Dina yang menurutnya begitu cantik meski ia belum pulih dari sakitnya. Hingga tangan itu mendarat di dagu Dina dan menariknya untuk ia nikmati lagi lebih khusyuk nan rakus.

Bunyi decapan itu semakin keras diantara suasana dingin subuh. Seiring bertambahnya menit, dengan deru nafas memburu, dan tangan yang bergerilya menari-nari di atas tubuh Dina, Pras berhasil melepas kaos serta penutup berenda dari badan Dina.

Pras juga tak segan membalikan posisi Dina sehingga gadis itu terduduk di atas perutnya dengan kondisi menantang haz ratt kelaki-lakiannya.

Rambut yang sedikit semrawut menutupi bagian dada itu Pras tepis ke belakang sehingga menampakan semua hal polos milik Dina. Gadis itu sedikit risih saat ditatap begitu kelam oleh Pras, dan hampir menutup diri meski kemudian Pras menahan kedua tangannya dan membawa itu melingkari leher, wajah yang telah gelap oleh gelora memuncak ia tenggelamkan di antara kedua puncak Dina, membuat gadis itu sedikit terperanjat tertahan, menggigit bibir bawahnya dan mere maass kepala Pras.

.

.

.

.

.

1
Ray Aza
kegiatan neng sin tiap pagi nih abis nyiapin anak2 ke se,olah n paksu brgkt kerja... 🤣🤣🤣
Okie Larasati
laaaaah,, nggak jadi di test andi,, mamak penasaran banget iki loooo
🍾⃝ᴀͩiᷞsͧyᷠaͣhsufi👏 👙⒋ⷨ͢⚤
alah alasan si Pras menghemat minyak bumi..lwong dia gak mau balik rumah' takut Ama si Dina ngamuk 🤣🏃
Lisa aulia
siap nggak siap harus siap Din..percayalah dg adanya baby diantara kalian pasti makin lengkap deh rasa nya...
Tri Tunggal
menghemat minyak bumi ya bang... apa takut diciwel sama bini 😂😂
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nanik Lestyawati
🤣🤣🤣🤣
Nanik Lestyawati
ini mah terlalu santai neng, kmu hamidun kali ya elah🤣🤣🤣
Elizabeth Zulfa
itu ikan Diiiiiiinnn bukan wanita... ampun daaaah aahh 🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
wahhhh tanda2 hamil nih
Azzahra Azka Lestari
duhhhh gengsi nya bu millll😂😂😂
Azzahra Azka Lestari
bukan kecebong yaaa🤣🤣🤣🤣
Azzahra Azka Lestari
wuihhhh hamil nih
Azzahra Azka Lestari
kelakuan kalian bikin kita baper tahuuuuu
Azzahra Azka Lestari
🤣🤣🤣🤣🤣sdh jelas2 namanya ikan mas...ya jantan dong...dindin....
yuning
Pras,aku makin cinta
Ney maniez
ahhh alasan itu mahhh,, hemat tehh😂😂😂😂😂
Ney maniez
astOge😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!