Marissa Lebrina, gadis manis berasal dari satu kota kecil di Bandung. orangtuanya PNS di kota itu. Kehidupan mereka tidak bisa dikatakan miskin juga. Karena untuk ukuran kota kecil, PNS sudah dianggap baik dalam penghasilan.
Icha nama kecilnya. Setelah lulus SMA, Icha berencana untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Bukan tanpa alasan dia memilih kota metropolitan itu. Ada rasa yang harus dia lupakan. Ya, perasaan yang berbeda pada salah satu gurunya di sekolah. Dia harus pergi jauh agar melupakan sosok guru dingin nan tampan itu. Marco Guatalla. Lelaki tampan dengan sejuta pesona yang sudah membuat hari-hari Icha berantakan.
Namun, semua tidak sesuai dengan harapan Icha. Justru Icha harus bertemu dengan Marco di Jakarta. Apakah Icha bisa menata hatinya kembali? Padahal Icha sudah bertekad cukup menyimpan rasa itu dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richie Hirepadja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Will you marry me?
Marco masih memeluk erat kekasihnya. Semua mata pengunjung Vila GT tertuju pada mereka. Ada yang ikut menangis, ada yang tersenyum haru, ada yang menghayal jika mereka yang berada di posisi Icha😀.Suasana pun ikut hening.
Icha yang lelah menangis merasa tubuhnya lemah. Marco memeluk pinggangnya erat, menjauhkan wajah Icha dari dadanya, menghapus airmata dan mengecup keningnya lama. Ia mengangkat dagu Icha dan menatap matanya. Mata sayu Icha membuat marco semakin terpuruk dengan rasa bersalah. Ia mengecup lembut kedua mata Icha.
"Aku minta maaf... " Ucap Marco pelan. Airmata Icha menetes lagi. Ia menutup mata tak sanggup melihat Marco. Bayangan Marco dengan perempuan itu kembali terlintas. Marco kembali menghapus airmata Icha.
"Sayang... " panggil Marco lembut agar Icha mau membuka matanya. Jarak mereka sangat dekat. Hingga hidung nyaris bersentuhan. "Lihat aku... " Pinta Marco. Icha membuka matanya pelan. Badannya terasa remuk.
"Aku mencintaimu." Bisik Marco saat mata mereka saling menatap. "Demi Tuhan... aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." Desah Marco. Ia menempelkan keningnya pada kening Icha.
"Maaf untuk apa yang sudah kamu lihat... Tapi, itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Ya, dia masa lalu aku. Kami pernah menjalin hubungan cukup lama, aku pernah jatuh cinta padanya... " Icha meronta mendengar kalimat menyakitkan itu. Ia kembali menangis. Tetapi, tangan Marco tetap memeluk pinggangnya erat. Ia tidak mau melepaskan gadis itu lagi.
"Dengarkan aku, sayang... Hei, dengarkan aku." Marco memegang pipi Icha agar gadis itu tenang. "Aku pernah bilang bahwa apapun yang terjadi, cukup percaya padaku. Aku tidak mungkin mengkhianatimu." Marco terus meyakinkan Icha.
"Aku memang bersalah karena belum jujur saat itu tentang dia. Tapi, percayalah. Aku masih berusaha mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semua padamu. Aku hanya tidak mau menyakiti perasaanmu." Marco berusaha menjelaskan semuanya dengan suara pelan. Walaupun banyak pasang mata yang melihat tetapi mereka tidak bisa mendengar perkataan Marco. Ia menyelipkan rambut Icha ke belakang telinga.
"Bertemu denganmu saat kamu masih SMA membuat hati aku sedikit goyah. Aku memaksa untuk melupakanmu tetapi justru rasa itu semakin kuat. Sampai aku yakin bahwa memang kamu yang aku pilih. Bukan dia." terang Marco. Icha mulai tenang. Dengan mata sembab, ia menatap Marco.
"Percayalah... aku mencintaimu." Lirih Marco lembut. "Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Karena sampai di mana pun kamu bersembunyi, aku akan mendapatkanmu." Ancam Marco penuh cinta. Segurat senyum terlihat si bibir Icha. Marco pun memberikan senyuman manisnya.
"Aku mencintaimu... "Bisik Marco dan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Icha. Icha tidak menolak. Rasa cintanya pada laki-laki ini membuat Icha pasrah dan menyerah.
Marco ******* bibir Icha penuh cinta. Hingga mereka dikagetkan dengan tepukan tangan riuh dari para pengunjung. Icha tersentak. Ia melihat ke sekeliling, begitu banyak pasang mata yang melihat adegan ciuman mereka. Bukan hanya di lantai dua. Banyak pasang mata juga dari bawah yang sedang menyaksikan mereka. Wajah Icha seketika memerah. Ia memeluk Marco dan menyembunyikan wajahnya ke dada pria itu. Suara riuh masih terdengar. Mereka menggoda sepasang insan yang sedang jatuh cinta itu. Marco tertawa. Ia memeluk erat gadisnya.
"Aku mau tunjukkan sesuatu." Bisik Marco di telinga Icha. Icha menggeleng. Ia tidak mau menampakkan wajahnya di depan banyak orang. Marco terkekeh.
"Ayo, sayang.... Lihat ke bawah." Bisik Marco lagi. Perlahan Icha menjauhkan wajahnya dari dada Marco dan melihat ke bawah. Marco menyelipkan rambut Icha yang menutupi pipi.
Mata Icha terbelalak melihat Mr. LG, mama Tanti, papa Rendra, Wulan, Arin, Berry, Raymond, ibu Sumi, Andra dan Anji tersenyum bahagia dari bawah.
Ia menutup mulutnya tak percaya saat kakek mengeluarkan kertas karton berukuran besar menuliskan 'Maukah kamu menikah dengan laki-laki datar itu dan menjadi cucu mantu kakek?' Icha terkekeh pelan. Airmatanya kembali luruh.
Papa Rendra dan mama Tanti memegang satu kertas karton bertuliskan 'Papa dan mama ingin segera menggendong cucu.' Icha tertawa sambil menangis bahagia dan masuk dalam pelukan Marco.
"Masih ada... lihat tuh." Bisik Marco sambil menunjuk ke bawah.
Icha melihat lagi ke bawah... Kedua sahabatnya memegang kertas yang sama dan bertuliskan 'Tuan Marco tampan, kamu cantik... anak-anak kalian akan jadi seperti apa ya?' Tawa Icha makin lepas. Itu pasti kerjaannya Wulan.
Berry dan Raymond pun tak mau kalah. Mereka memegang kertas berwarna pink dan menulis 'Jadilah nona muda kami.' Icha lagi-lagi menangis haru.
Tiba-tiba Marco berlutut dan memperlihatkan sebuah cincin berlian. Icha melongo. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahagia, haru, senang, malu bercampur jadi satu.
"Will You Marry Me?" Ucap Marco lantang. Sorakan dari pengunjung pun terdengar riuh diadu dengan suara ombak yang pecah di bibir pantai.
Icha tidak sanggup menjawab. Ia melihat ke bawah ke arah papa Rendra dan mama Tanti. Orangtuanya mengangguk setuju. Ia kembali melihat Marco dan mengangguk mantap. Tetapi, terdengar teriakan salah seorang pengunjung.
"Harus jawab...." Suasana kembali heboh.
"Will you marry me, honey?" Ungkap Marco sekali lagi.
"Yes, I will." Sahut Icha sedikit mengeraskan suaranya. Semua langsung bertepuk tangan dan memberi selamat.
Marco berdiri, memasang cincin berlian pada jari manis tangan kirinya dan mengecup punggung tangan itu. Gadis berhati lembut itu berhambur ke pelukan Marco. Lagi-lagi ia menangis.
"Aku mencintaimu... " untuk kesekian kalinya Marco mengungkapkan perasaannya. Ia tidak pernah bosan mengucapkan kalimat itu.
Semua keluarga yang saat itu datang dan menyaksikan mulai memberi selamat pada Icha dan Marco.
"Selamat, sayang... Mama bahagia melihat anak mama bahagia. Hanya itu doa mama dari waktu kamu masih di kandungan mama. Dan mama bersyukur, Allah mendengarkan doa mama." ucap mama Tanti terharu. Icha memeluk mamanya erat.
Papa Rendra juga memeluk Marco.
"Terimakasih, sudah mengembalikan senyum putriku yang sempat hilang." Ujar papa Rendra setelah melepaskan pelukannya.
"saya yang seharusnya berterimakasih karena om dan tante mau memaafkan kesalahan saya." Ucap Marco kaku. Makhlum saja, ia belum terlalu dekat dengan calon mertuanya. Rencananya ia ingin mengenalkan diri pada orangtua Icha, tetapi belum terlaksana, masalah ini datang.
"Terimakasih juga karena om dan tante merestui hubungan kami. Saya berjanji akan selalu membuat putri om dan tante bahagia." Janji Marco pada papa Rendra. Papa Rendra menganggukkan kepala.
"Jika Marissa berbuat kesalahan dan tidak bisa dimaafkan, kembalikan dia pada kami." tandas Papa Rendra. Marco terdiam. Ia tidak pernah membayangkan jika suatu saat nanti ia berpisah dengan Icha. Tetapi, ia yakin bahwa Marissa yang terbaik untuknya.
Marco termenung mendengar kata-kata papa Rendra, hingga ia tidak menyadari kakek sudah berada di sampingnya.
Kakek menepuk pundak Marco. Marco tersadar.
"Kek... " Sapa Marco.
"Selamat berbahagia." ucap kakek memberi selamat. "Aura wajah kamu berbeda sekali. Kakek tau kamu memang benar-benar jatuh cinta pada Marissa." ledek kakek. Marco tertawa kecil. "Bahagiakan dia!" lanjut kakek."
"Iya, kek... aku berjanji akan selalu membahagiakan Marissa." janji Marco.
"Satu lagi... kamu belum memberitahukan hal ini pada orangtuamu." kakek mengingatkan Marco tentang lamarannya pada Icha.
"Tenang aja, kek. Aku akan mengabarkan pada mereka ketika aku mau menikah." sahutnya santai.
Marco menengok kiri kanan mencari Icha. Ternyata gadis itu sedang asyik bercengkrama dengan dua sahabatnya. Ia melangkahkan kaki menuju ke arah Icha. Tanpa ba-bi-bu, Marco datang dan langsung mengecup pipi Icha.
"Awww... kok dicubit, sayang?" keluh Marco karena tangan Icha mencubit lengannya. Icha melototkan matanya. Marco tersenyum menggoda kekasihnya. Arin dan Wulan ikut tersenyum menggoda Icha. Mereka asyik bercerita sambil menikmati makan malam bersama. Mr. LG mentraktir semua pengunjung yang datang. Ini merupakan hari bahagia bukan hanya untuk cucunya tetapi ia juga merasa sangat bahagia karena di hari tuanya, ia masih bisa melihat cucunya tersenyum bahagia.
Tiba-tiba lengan Icha dicolek seseorang. Icha berbalik. Ada Anji, adik bungsu Wulan yang sedang tersenyum melihat Icha. Semua mengerutkan kening aneh melihat tingkah Anji.
Lebih aneh lagi ketika mereka melihat Anji membuka kertas karton yang bertuliskan 'Jikalau Kak Marco mengkhianati kakak, datanglah padaku. Aku bisa memberikan kebahagiaan untuk kakak.'
Bukan hanya Icha yang tertawa, semua orang yang ada di sekitar mereka ikut tertawa lucu membaca tulisan bocil itu.
"Dasar bocil." Timpal Wulan menyentil kening adiknya. Mereka tertawa bahagia.
Marco menatap Icha yang sudah kembali ceria. Ia mengecup pipi Icha dari samping. Icha kaget dan menoleh. Ia mencubit pelan perut Marco.
"Iih... malu, sayang." Rengek Icha sambil melihat kiri kanan. "Kebiasaan deh." Omel Icha gemas. Arin tertawa geli melihat wajah Icha yang sudah seperti kepiting rebus. Marco pun suka sekali menggoda calon istrinya itu.
Mereka terus bercengkrama, saling mengenalkan diri dan berbagi cerita tentang keluarga masing-masing.
Kring... kring... kring...
Terdengar bunyi telepon genggam Marco berdering. Ia mengeluarkan hp nya dari saku baju dan melihat nama yang tertera di layar hp.
"Sayang... aku terima telepon dulu, ya." Ia berjalan menjauh dari keramaian dan terlihat berbincang dengan orang di balik gawainya.
Icha, Wulan dan Arin terus bercerita. Mereka benar-benar membuat Icha bahagia malam ini. Membuatnya terus tertawa dengan cerita-cerita lucu.
"Kak Jordan... " Tiba-tiba Arin berteriak memanggil nama seseorang dan membuat Icha kaget. Ia menoleh mengikuti arah mata Arin.
Kak Jordan. Gumam Icha dalam hati.
"Hai, kak... di sini juga?" tanya Arin ketika Jordan sudah berada di depan Arin, Wulan dan Icha.
"Iya, baru aja datang. Mau ketemu teman." Jawabnya. "Hai, cha... " Sapa Jordan tersenyum pada Icha. Ia menarik salah satu kursi dan duduk di dekat Icha. Wulan menahan napas.
Oh Tuhan... jangan ada perang kedua lagi ya. Mereka baru baikan lho. Doa Wulan dalam hati. Ia hanya kwatir Marco salah paham melihat medekatan Icha dan Jordan.
"Lama nggak dengar kabar kamu." seloroh Jordan. "Kamu sehat?" Tanyanya menatap lekat mata Icha.
"Alhamdulillah... sehat, kak." Sahut Icha pelan. "Kakak gimana?" Icha balik bertanya.
"Seperti yang kamu lihat. Aku baik." jawab Jordan. "Hati aku yang kurang baik." lanjut Jordan masih menatap Icha penuh harap. Setelah sekian lama, ia masih juga menyimpan rasa itu untuk Icha.
Arin mengerutkan kening. Ia melihat ada yang berbeda pada mata Jordan ketika menatap Icha. Sedikit nyeri di hati. Ia menunduk sendu.
"Sayang... " Panggil Marco mendekati Icha. Ia menatap Jordan dengan mata kurang bersahabat. Ia hendak menjauh dari Icha tapi dengan cepat Icha menarik tangannya dan menyuruhnya duduk di samping kiri Icha. Maka, Icha diapit dua laki-laki yang mencintainya.
Sedangkan Jordan, ia mengenal laki-laki yang memanggil Icha 'sayang'. Siapa yang tidak kenal dengan Marco Guatalla, pengusaha muda sukses tetapi sangat low profile. Ia tidak malu bergabung dengan masyarakat kecil. Tetapi, kenapa ia memanggil Icha dengan sebutan 'sayang'?
"Kak... kenalin, Ini tunangan aku." Icha mengenalkan Marco pada Jordan. Ia menggenggam tangan Marco erat. Amarah yang sempat timbul di hati Marco lenyap menguap entah kemana, ketika Icha menggenggam tangannya dan memperkenalkan ia sebagai kekasih.
Sedangkan Jordan, jangan ditanya lagi bagaimana reaksinya. Tidak percaya. Diam tanpa kata. Apalagi melihat Icha menggenggam erat tangan laki-laki tampan itu.
"Oh... iya, selamat malam, tuan Marco. Senang bertemu anda." Ucap Jordan sambil mengulurkan tangan. Marco pun menyalaminya.
"Malam." sahut Marco datar. "Oya, ini sudah larut. Kami harus pulang." pamit Marco. "Ayo, sayang... " Marco menggenggam tangan Icha dan mengajaknya pergi.
"Kalian berdua nanti diantar sopir." Tandas Marco pada Wulan dan Arin.
Marco menggenggam tangan Icha mengajaknya pulang. Jordan hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.
Arin memperhatikan semua gerak-gerik Jordan.
sehat slalu....🤲🤲🤲 up yg banyak...🙏👍👍