Arjuna Hartono tiba-tiba mendapat ultimatum bahwa dirinya harus menikahi putri teman papanya yang baru berusia 16 tahun.
“Mana bisa aku menikah sama bocah, Pa. Lagipula Juna sudah punya Luna, wanita yang akan menjadi calon istri Juna.”
“Kalau kamu menolak, berarti kamu sudah siap menerima konsekuensinya. Semua fasilitasmu papa tarik kembali termasuk jabatan CEO di Perusahaan.”
Arjuna, pria berusia 25 tahun itu terdiam. Berpikir matang-matang apakah dia siap menjalani kondisi dari titik nol lagi kalau papa menarik semuanya. Apakah Luna yang sudah menjadi kekasihnya selama 2 tahun sudi menerimanya?
Karena rasa gengsi menerima paksaan papa yang tetap akan menikahkannya dengan atau tanpa persetujuan Arjuna, pria itu memilih melepaskan semua dan meninggalkan kemewahannya.
Dari CEO, Arjuna pun turun pangkat jadi guru matematika sebuah SMA Swasta yang cukup ternama, itupun atas bantuan koneksi temannya.
Ternyata Luna memilih meninggalkannya, membuat hati Arjuna merasa kecewa dan sakit. Belum pulih dari sakit hatinya, Arjuna dipusingkan dengan hubungan menyebalkan dengan salah satu siswi bermasalah di tempatnya mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Anak Bebek Bukan Anak Burung
Hampir semua murid kelas XII IPS-1 bersorak saat Dono memasuki kelas mereka. Cilla yang tadinya sibuk dengan handphonenya ikut mendongak dan bibirnya langsung tertarik ke atas.
Meskipun Dono termasuk guru junior yang baru 4 tahun mengajar bidang studi ekonomi dan kewirausahaan di SMA Guna Bangsa, namun penggemarnya cukup banyak. Bukan karena ketampanannya seperti Arjuna, namun cara mengajarnya yang tidak membosankan dan lebih diperbanyak dengan praktek ketimbang teori.
“Selamat pagi bro and sis,” Dono menyapa kelasdengan gayanya yang sering memancing tawa para murid. Meski begitu, Dono selalu mendapat hormat dari para muridnya.
“Selamat pagi pengantin baru,” sahutan Cilla terdengar paling keras.
“Waahh akhirnya ada juga yang mau menikah sama Bapak ?” timpal Aron yang memancing tawa teman-temannya.
“Setidaknya saya selangkah lebih baik dari kamu Aronan,” Dono tersenyum dengan wajah sumringah. “Saya tidak sering-sering ditolak cewek yang saya tembak, malah langsung mau saya ajak nikah.”
Aron mengusap tengkuknya sementara teman-temannya masih tertawa mendengar jawaban Dono.
“Jadi kapan kita dikenalin sama istri Bapak, nih ? Sekalian makan-makan dong, Pak,” ujar Nino.
“Memangnya pagi ini kamu nggak sarapan, Nano-nano ? Masa minta gurunya yang bayarin makan ?” Sahut Dono santai.
“Party, Pak. Wedding party gitu,” timpal Nico.
“Kantong saya langsung jebol kalau undang kelas ini makan-makan. Gaji sebulan juga nggak cukup. Lah wong kalian ini lagi kuat-kuatnya makan. Kalau cuma beliin singkong 5 kilo, besok saya bawain.”
“Pake keju dong, Pak ?” Sahut Lili.
“Saya siapkan gula pasir. Mana ada orang Jawa asli makan singkong rebus sama keju. Itu bisaan orang kota yang marut keju di atas singkong.”
Murid-murid kembali tertawa termasuk Cilla yang duduk di paling belakang. Dalam benak Cilla langsung terlintas Arjuna. Bagaimana bisa pria sensitif dengan mode jutek itu bisa punya sahabat model Dono dan Erwin, dan sekarang menambah Cilla sebagai anggota tim yang siap mem-bully Arjuna.
Cilla geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum sendiri.
“Cilla, kamu masih aman di belakang sendirian, kan ? Kok senyum-senyum sendiri sambil geleng-geleng begitu ? Apa kamu sedang merencanakan pesta kejutan untuk saya dengan mengundang teman-teman sekelasmu ?”
Cilla tersipu karena tertangkap basah sedang membawa pikirannya ke tempat lain. Arjuna pula yang jadi sasarannya.
“Boleh Pak,” sahut Cilla sambil berdiri. “Menunya singkong rebus sama teh manis.”
“Huuuuuu…” teriak teman-temannya.
“Anak yang punya sekolah pelit bingir, yak,” sindir Aron. “Masa menunya singkong rebus sama teh manis doang. Steak doang, barbeque.”
“Eh Aronan,” Cilla langsung melotot sambil bertolak pinggang. “Yang punya sekolah itu bapak gue. Uang jajan mah sama aja kayak elo !”
Aron tertawa diikuti yang lainnya.
Acara perwalian masih dipenuhi dengan percakapan penuh tawa dan sindirian. Bahkan saat pemilihan pengurus kelas, semua murid menolak diadakannya pemilihan ulang.
Mereka masih mempercayakan Nino sebagai ketua kelas, Dodi sebagai wakil, Reina sebagai bendahara dan Naya sebagai sekretaris.
Tidak lama terdengar suara bel tanda pergantian jam pelajaran. Saatnya Dono menyelesaikan jam perwalian.
“Well my bro and sis,” Dono dengan logat Jawanya yang cukup kental, berbicara dengan gaya pria bule dan akhirnya kembali memancing gelak tawa para siswa
“Semangat belajar di kelas 12 ! Jangan jadi kelas yang bikin guru-guru cepat tua dan minta pensiun dini,” Dono mengedarkan pandangannya ke arah seluruh kelas yang menatapnya dengan wajah-wajah penuh semangat.
“Biar paling heboh dan terkenal hiperaktif, tetap buat prestasi yang istimewa. FIGHTING !” Dono mengangkat tangannya memberi semangat.
Semua murid langsung bertepuk tangan dan ikut mengangkat tangan memberi semangat mengikuti Dono. Mereka benar-benar bersyukur, di penghujung SMA mereka mendapatkan walikelas seperti Dono.
“Cilla !” Dono memberi isyarat supaya gadis itu mengikutinya keluar.
“Elo nggak buat yang aneh-aneh kan, Cil ?” Febi dan Lili mengernyit melihat Dono memanggilnya keluar.
“Paan sih ? Baru juga masuk, mana gue bikin masalah,” sahut Cilla sambil melengos.
Cilla bergegas menyusul Dono yang sudah menunggunya di depan kelas.
“Saya dan Wiwik mengucapkan terima kasih atas hadiah bulan madu dari papi kamu. Terima kasih juga sudah datang dan menemani sahabat-sahabat saya. Sebagai balasannya, saya akan menjadi pendukung kamu untuk mendapatkan itu.” Dono mengarahkan telunjuknya ke balik punggung Cilla.
Cilla memutar badannya dan mendapatkan Arjuna sedang berjalan ke arah mereka. Sesuai jadwal, memang waktunya Arjuna mengajar di kelas XII IPS-1
“Maksud Bapak ?” Cilla kembali berhadapan dengan Dono dan bertanya dengan mengangkat sebelah alisnya.
Dono mengeluarkan handphone dari saku celananya dan memperlihatkan foto yang dikirim Theo. Cilla sampai meraih handphone Dono dan matanya membelalak melihat foto yang terpampang.
“Kok bisa difoto ?” Cilla bertanya dengan tatapan fokus ke layar handphone.
“Seharusnya kamu lebih tahu dari saya,” Dono terkekeh.
“Kamu ngapain di luar kelas, Cilla ?” Arjuna yang sudah berdiri di depan pintu kelas menegur Cilla yang terlihat sedang berdiri sambil menundukan kepalanya.
Arjuna pikir Dono sedang menegurnya atau memarahi gadis itu. Apalagi Cilla tidak membalas pertanyaan Arjuna dan masih dalam posisi menunduk.
Suasana di dalam kelas mulai sedikit gaduh. Maklum baru hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Beberapa siswi yang kepo berusaha ingin keluar melihat Cilla yang dipanggil Dono, namun batal karena Arjuna terlanjur berdiri di depan pintu.
“Cil, kamu nggak apa-apa ?” Dono jadi berubah xemas saat melihat Cilla hanya diam saja dengan pandangan masih fokus melihat foto di handphone Dono.
Cilla hanya diam, membuat Dono akhirnya memberi isyarat pada Arjuna untuk mendekati mereka.
Arjuna bertanya dengan bahasa isyarat ada apa dengan Cilla yang sejak tadi hanya diam, tidak menanggapi ucapan Dono atau teguran Arjuna.
“Cilla,” dengan hati-hati, Arjuna menyentuh bahu gadis itu. “Kamu nggak apa-apa ?”
Terlihat Cilla menghela nafas dan perlahan mendongakan kepalanya, lalu memutar badan hingga berhadapan dengan Arjuna.
“Bapak harus tanggungjawab sama saya !” Ujar Cilla sambil melotot menatap Arjuna.
Guru baru itu mengerutkan dahi karena bingung dengan pernyataan muridnya. Arjuna menoleh, menatap Dono dan menanyakan sikap Cilla dengan gerakan mata dan wajahnya, namun Dono hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.
“Memang Arjuna sudah berbuat yang tidak sopan sama kamu sampai ia harus tanggungjawab, Cil ?” Tanya Dono hati-hati.
Cilla mengangkat handphone Dono dan mendekatkan ya ke wajah Arjuna.
“Bapak harus tanggungjawab karena sudah memeluk saya tanpa ijin !” Cilla maju mendekati Arjuna yang justru mundur menjauh.
“Kan kamu tahu sendiri kejadian itu tidak disengaja. Kalau kamu waktu itu kamu nggak mengagetkan saya sampai mau jatuh terus main tarik tangan saya, mana mungkin saya peluk kamu begini,” Arjuna menunjuk foto yang diperlihatkan Cilla.
“Tapi sampai ada foto ini dan dikonsumsi oleh khalayak ramai sama saja dengan pelecehan dan pencemaran nama baik,” Cilla kembali mendekati Arjuna dengan tatapan galaknya.
Dono yang mulai mengerti asal muasal adegan pelukan itu malah terkekeh.
“Mana bisa dikategorikan sebagai pelecehan dan pencemaran nama baik ! Lagipula khalayak ramai darimana ? Foto itu bukan diposting di grup guru sekolah, tapi hanya sahabat-sahabat saya.”
“Terus teman-teman Bapak yang jumlahnya lebih dua nggak bisa disebut khalayak ramai ?”
Cilla menyipitkan matanya sambil mendongak supaya bisa lebih dekat menatap wajah Arjuna.
“Bukan saya juga yang memposting foto itu di grup,” Arjun memberanikan diri mendekat sambil bertolak pinggang. Cilla sengaja menempelkan satu bahunya ke lengan Arjuna. Mau bahu ketemu bahu tidak tergapai oleh Cilla. Bahkan ujung kepalanya hanya sebatas bahu Arjuna.
“Urusan kita belum beres ! Saya nggak mau merugikan teman-teman karena mengambil waktu mengajar Bapak untuk urusan pribadi.” Tegas Cilla sambil menabrakan bahunya pada lengan Arjuna.
“Kamu…” Arjuna tidak bisa meneruskan ucapannya karena telapak tangan Cilla langsung membekap mulutnya.
“Dan Pak Dono, nggak usah bantuin usaha saya. Cukup dengan mengirimkan foto tadi ke nomor saya, buat koleksi pribadi,” Cilla tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
Dono tergelak dan mengangguk. Ia pikir Cilla kenapa-napa saat melihat foto itu. Ternyata muridnya itu terlalu bahagia karena adegan pelukan dengan Arjuna diabadikan biarpun secara diam-diam.
Cilla melambaikan tangan pada Dono dan berjalan menuju kelas sambil menertawakan Arjuna.
Arjuna menggeram kesal dan mengomel sendiri.
“Sebagai guru yang baik harus memberikan teladan pada muridnya tentang bagaimana cara bertanggungjawab atas perbuatan kita, Pak Arjuna,” Dono terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung sahabatnya.
“Apaan sih lo !” Omel Arjuna dengan wajah cemberut. “Namanya juga nggak sengaja, tanggungjawab apanya ? Belum juga gue apa-apain,” gerutunya kesal.
“Ooo jadi elo memang ada rencana mau ngapa-ngapain Cilla ?”
“Belum juga ketemu sama si Theo ka***pret, udah nyamber aja nih si anak bebek.”
“Ooo jadi anak bebek bukan anak burung ?” Ledek Dono sambil tertawa.
“Dasar teman kurang ajar semuanya ! Awas lo pada ya !” Arjuna masih mengomel sambil berjalan menuju kelas dan meninggalkan Dono yang masih tergelak.
Dono masih tertawa pelan sambil meninggalkan kelas Cilla menuju ruang guru. Ia baru ada kelas kembali setelah jam istirahat.
Bukan wajah Arjuna yang terlihat jelek saat mengomel membuat Dono tertawa, tapi wajah Arjuna yang memerah dan tampak tersipu saat Cilla mendekatkan mukanya pada pria itu.
Arjuna bilang bukan lepas dari anak ayam terjebak di sarang anak burung, tapi berenang di kolam sama anak bebek. 🤣🤣🤣
Dono tersenyum saat membaca ulang tulisannya di grup sahabatnya. Tidak ada yang tahu siapa jodoh mereka di masa depan. Bagi Arjuna sepertinya sudah takdir mendapat jodoh yang lebih muda. Buktinya kabur dari papa Arman demi menolak jodoh abege, malah terjebak dengan hubungan aneh dengan abege pula.
dan cewek pake emosi 75 dan logika 25 %
lha ini malah kebalikan si juna malah yg dewasanya cila
taek jg ni cowok
emang enak..rasain tuh 😂