NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:31.5k
Nilai: 4.3
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 Bayangan Di Balik Lentera: Ancaman Tersembunyi Dari Orang Misterius

Langit telah berubah warna. Jingga tua perlahan ditelan ungu kehitaman, dan kabut di antara pepohonan semakin tebal, seperti tirai mimpi yang turun perlahan dari langit.

Angin mulai berhembus lebih kencang, membawa dedaunan kering beterbangan di antara akar-akar tua yang menjalar seperti tangan makhluk purba.

DUARR!!

Suara ledakan menggema dari tengah hutan. Burung-burung beterbangan panik, dan daun-daun berjatuhan seperti hujan. Asap membubung di udara, tersapu angin dan menghilang ke langit kelam.

Di tengah lapangan kecil yang dikelilingi akar dan lumut, Wu Shen berdiri sendirian. Bajunya basah oleh keringat, rambutnya menempel di dahi. Nafasnya berat, tapi matanya tetap menyala seperti bara yang tak pernah padam.

Tiga batu besar kini sudah retak parah. Dua di antaranya hanya tersisa pecahan. Tapi satu masih berdiri, meskipun sudah berulang kali menerima ledakan dari telapak tangannya.

Wu Shen menatap batu itu, napasnya pelan.

'Masih belum cukup,' pikirnya.

Tangannya kembali bersinar merah, aliran Chi mengalir cepat seperti arus deras yang mendorong pintu bendungan. Namun kini, ia lebih fokus, lebih tajam, seperti jarum yang menusuk titik paling rapuh dari baja.

Tubuhnya turun ke posisi menyerang. Lutut menekuk rendah, tubuh sedikit condong ke depan.

Tangan kiri ditarik ke belakang, telapak tangan terbuka, lalu perlahan mengepal… hingga udara di sekitarnya ikut bergetar.

Chi ber-elemem api di dalam tubuhnya tidak membesar seperti sebelumnya—kali ini justru menyusut, memadat, mengunci panas ke dalam satu titik.

“Seni Naga Api: Ledakan Inti... sempurna!” bisiknya.

Ia melangkah satu kaki ke depan—dan menghantam batu itu tepat di bagian tengahnya.

BUUUM!!

Tak ada kobaran api mencolok. Tak ada gelombang panas menyebar.

Yang terjadi hanyalah satu ledakan senyap. Batu itu tetap berdiri… selama tiga detik.

Lalu—

KRAAAKK!!

Retakan muncul dari dalam. Suara patahan terdengar seperti tulang yang hancur. Hingga akhirnya—

DUARR!!

Batu itu meledak dari dalam, serpihannya menyebar ke segala arah seperti terkena ledakan tekanan tinggi. Bagian dalam batu berubah menjadi debu hangus, beterbangan seperti kabut.

Wu Shen mundur satu langkah, menatap puing-puing batu itu.

Mulutnya melengkung kecil.

"Ledakan dari dalam... nyaris tak terlihat, tapi menghancurkan segalanya," gumamnya puas.

Teknik ini… bukan hanya seni beladiri. Itu adalah teknik tersembunyi dari Seni Naga Api. Jika diterapkan pada tubuh manusia yang memiliki ketahanan tubuh rendah, organ dalam mereka akan langsung meledak dari dalam.

Sekilas, ini adalah teknik yang dapat membunuh seseorang di bawah ranah Wu Shen dengan mudah. Namun Wu Shen tahu, jika teknik ini punya kelemahan besar.

'Untuk menggunakan teknik ini, posisi lawan harus sempurna. Kalau aku gagal memukul di titik Inti Chi lawan, maka kekuatan ledakannya tidak akan sempurna. Dan kalau musuh sudah melihatnya sekali dan berhasil selamat, mereka pasti mengantisipasi pukulan berikutnya.'

Wu Shen mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu menatapnya sendiri seperti sedang membuat janji.

“Untuk sementara, teknik ini akan menjadi kartu as milikku. Diam, tapi mematikan.”

Angin malam berhembus lebih dingin. Cahaya senja telah menghilang sepenuhnya, dan bintang mulai bermunculan di celah langit yang terbuka.

Wu Shen mengangkat wajahnya, menatap langit gelap. "Sudah malam, sebaiknya aku kembali ke rumah sebelum mereka khawatir."

...

Suara ranting patah terdengar pelan saat Wu Shen melangkah menyusuri pinggir hutan. Cahaya malam menggurat dedaunan, menciptakan bayangan yang menari-nari seiring angin.

Wu Shen menarik napas perlahan, tubuhnya masih hangat dari latihan barusan, tapi pikirannya sudah kembali tenang.

Namun langkahnya terhenti.

Di depan, samar-samar, cahaya lentera bergetar dari kejauhan. Suara dengusan kuda dan percakapan pelan tertangkap oleh telinganya yang terlatih.

Wu Shen menyipitkan mata.

Kereta kuda. Bukan hal asing di daerah ini, karena jalur utama Kota Xingce memang melintasi hutan ini.

Tapi entah kenapa, malam ini terasa ada yang aneh. Suasana di sekitar kereta itu terasa terlalu sunyi, terlalu berhati-hati. Seolah mereka tidak ingin didengar oleh siapa pun.

Wu Shen nyaris melanjutkan langkahnya, menganggap itu bukan urusannya. Namun—

“…Kelompok Taring Phoenix yang membunuh Gong Cheng.”

Wu Shen langsung berhenti. Matanya melebar. 'Kelompok Taring Phoenix? Kenapa mereka membicarakan Kelompok Taring Phoenix?'

Perlahan, Wu Shen menunduk, menyelinap dan mendekat ke arah semak belukar.

Dengan tenang, ia menahan napas, lalu menyibak sedikit dedaunan agar bisa melihat lebih jelas.

Di depan sana, di bawah bayang-bayang pohon besar, kereta kayu berat berhenti di pinggir jalan. Dua orang duduk berhadapan di dalam kubahnya yang terbuat dari kain tipis. Lentera gantung memantulkan cahaya temaram, menampilkan siluet bayangan mereka dari luar.

Salah satu dari mereka bertubuh tinggi kurus, dengan suara serak yang terasa seperti debu musim panas.

“Gong Cheng memang mati, dan Kelompok Taring Phoenix adalah yang membunuhnya dalam misi menumpas bandit. Sepertinya mereka tidak tahu tentang Gong Cheng yang menjadi kepala bandit itu," kata pria kurus itu.

"Wajar saja, bahkan aku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melacaknya setelah dia menjadi buronan. Tapi tetap saja, seorang mantan jenderal kerajaan dibunuh oleh kelompok dengan jumlah 6 orang?" balas orang kedua, bertubuh besar dan bersuara berat seperti dentuman logam.

"Meskipun kelompok kecil, tapi orang yang memimpin mereka bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Wu Ruoxi, kau mengenalnya bukan?"

Pria besar itu tampak mengepalkan tangannya penuh emosi. "Yahh, siapa yang tidak tahu wanita itu. Sepuluh tahun lalu, ketika perang antar sekte masih terjadi, Wu Ruoxi ikut dalam peperangan itu seperti kobaran api abadi. Musuh menyebutnya Iblis Membara, sedangkan rekannya menganggapnya sebagai Dewi Pelindung."

Wu Shen menahan napasnya, ia dapat merasakan kebencian yang mendalam dari pria besar itu kepada ibunya. Namun, ia tetap mengawasi.

“Lupakan tentang itu, pertanyaannya adalah: apakah Wu Ruoxi berhasil mendapatkan benda itu dari Gong Cheng?”

Pria kurus diam sejenak, lalu menggeleng.

“Tidak. Atau paling tidak, itu versi resmi yang dilaporkan. Tapi… bisa saja dia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Tanpa melapor ke Sekte.”

Seketika itu juga, darah Wu Shen terasa lebih dingin dari malam. Ia ingat jika ibunya ataupun kelompok Taring Phoenix lainnya tidak mengambil apapun dari goa atau mayat Gong Cheng.

'Apakah ada sesuatu dari goa tempat Gong Cheng dan rekan banditnya sembunyikan?'

Kemudian, suara pria kurus itu terdengar lagi—dan kali ini membuat hati Wu Shen bergetar aneh.

“Kau tak perlu panik. Wu Ruoxi memang kuat, tapi dia punya kelemahan… anaknya. Anak itu… Wu Shen.”

Mata Wu Shen membelalak. 'Mereka tahu namaku?! Sekarang, setelah diingat kembali, sepertinya aku pernah mendengar suara pria kurus itu...'

“Kalau begitu, jika kita berhasil menyandra bocah itu lebih dulu,” lanjut pria besar dengan nada menghina, “mungkin kita bisa menggunakannya untuk membuat si Naga Betina itu tunduk.”

Wu Shen mengepalkan tangannya. Dadanya terasa panas. Bukan karena dirinya yang menjadi target penculikan, tapi karena mereka yang memiliki niat buruk pada keluarganya.

1
Nanik S
Lanjut Terus Tor
arumazam
mungkin xieran adl keturunan asli kerajaan
Caveine: segampang itu ya di tebak 😭😭🙏
total 1 replies
arumazam
semakin rumit
didik iswahyudi
wu shen bakal ketahuan karena lukanya
didik iswahyudi
besok sudah ada pertandingan, akan ada yg mencelakai ibunya dan dia skarang lg sakit
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Lanjutkan Tor
Akhirnya kembali kerumah
Xieran kasihan... gadis kecil mungkin merasa punya teman dan kakak buat hatinya
Yuga Pratama
ini nih yg mulai bikin ruet hidup
Lanjut terus
Cerita yang bagus Tor 👍👍
arumazam
mungkin xieran adl turunan longsen
didik iswahyudi
lanjut
didik iswahyudi
lanjut...
didik iswahyudi
up
Gas Pooooool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!