Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merindu
"Sekarang pulanglah! Terima kasih udah jaga Alula dan mengantarkan Alula dengan selamat" Mamanya Alula menatap Zian dengan wajah datar tapi suaranya enak untuk didengar.
Zian tersenyum lebar lalu menyalami tangan mamanya Alula.
Alula dan mamanya tersentak kaget dan Zian langsung berkata, "Terima kasih sudah merestui saya dan Alula, Tante"
Mamanya Alula menarik tangannya sambil berkata, "Pulanglah!"
"Baik, Tante. Saya permisi. Bye Luna" Zian tersenyum ke Alula.
Alula tersenyum dengan mendelik karena Zian memanggilnya Luna.
Saat Zian sudah menyeberang jalan, mamanya Alula menoleh ke putri satu-satunya itu, "Luna?"
Alula mengerjap dua kali saking kagetnya laku gadis manis itu bergegas berkata, "I.....itu panggilan kesayangannya Zian untuk Alula, Ma"
Mamanya Alula menghela napas panjang lalu berkata, "Naik ke kamar sana dan setelah mandi turun lagi untuk makan! Leo dan papanya belum balik"
"Baik, Ma" Alula meraih tangan mamanya dan mencium punggung tangan mamanya lalu berkata dengan senyum lebar, "Terima kasih, Ma"
Mamanya Alula menatap punggung Alula yang tengah berlari ke kamarnya Alula dengan helaan napas panjang dan bergumam, "Aku jarang sekali melihat dia tersenyum selebar itu. Ternyata cowok yang bernama Zian itu boleh juga. Dia sudah bikin Alula sebahagia itu. Kali ini mungkin sudah saatnya bagiku untuk menerima Alula sepenuhnya. Sudah saatnya bagiku untuk berdamai dengan masa lalu dan mulai menyayangi Alula selayaknya ibu menyayangi putrinya"
Setelah makan malam bersama dengan papa tiri dan kakak tirinya, Alula pamit dan berlari ke kamarnya dengan alasan dia harus mengerjakan banyak tugas kuliah.
Setelah mengunci pintu kamar dan memasang gerendel, Alula duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku-buku kuliahnya. Beberapa jam kemudian, Alula meregangkan tubuhnya lalu bangkit berdiri untuk memasukkan buku-buku kuliahnya untuk besok ke tas selempang kesayangannya.
Kemudian gadis manis itu menjatuhkan tubuh letihnya ke kasur. Belum lama ia menikmati kehangatan dan keempukan kasur kesayangannya, telepon genggamnya berbunyi nyaring. Alula bangun lalu mengambil telepon genggamnya yang berada di atas meja belajarnya.
Gadis manis itu tersenyum lebar, karena di layar telepon genggamnya tertera nama My Hero. Alula menyimpan nomer telepon genggamnya Zian dengan nama My Hero.
"Bisa keluar ke balkon bentar, Sayangku?"
Alula terkekeh geli sambil berlari keluar ke balkon dan menempelkan telepon genggamnya di telinga. Gadis manis itu tersenyum saat dia melihat Zian tengah berdiri di balkon seberang jalan.
"Hai gadis manis kesayanganku. Luna emprutku" Zian melambaikan tangannya dengan senyum lebar sambil berbicara ke telepon genggam yang menempel di telinganya.
"Ih! Kok pake emprutku?" Alula melancipkan bibirnya.
"Zena kalau gemas sama kelincinya selalu memeluk erat kelincinya dan bilang emprutku, emprutku" Zian nyengir kuda.
"Emangnya aku kelincinya Zena?" Alula semakin melancipkan bibirnya.
Zian tergelak geli lalu berkata di depan telepon genggamnya yang masih dia tempelkan di telinga, "Bukan sih. Tapi, kamu kucing liarku yang sangat manis yang hobinya naik atap, hahahahaha"
"Ziaannnn!" Alula mendelik kesal lalu terkekeh geli.
Zian tergelak geli lalu berkata, "Untung saja satpam rumahku sedang sakit perut dan pergi ke toilet. Kalau nggak kamu udah disemprot, eh, disemprit, hahahaha"
"Ziannnnnn!!!"
Zian tertawa terbahak-bahak. Cowok tampan itu memang suka menggoda pacarnya yang manis dan pendiam itu.
"Terima kasih kamu udah mau banyak ketawa saat kamu bersamaku" Zian tersenyum lebar ke Alula.
"Terima kasih juga kamu selalu ada untukku dan kamu selalu menenangkan hatiku. Terima kasih juga kamu udah bikin Mamaku merestui kita dan ajaibnya Mama tidak marah-marah tadi"
"Wah, berarti kita udah bisa menikah dong sekarang. Yuk nikah yuk!!!!"
"Ziannnn!!!!!"
Zian kembali tergelak geli. Lalu, cowok tampan itu berkata, "Om Yolo Otewe ke sini mau ngebahas soal mendiang Papa kamu dan korban di kafe La Tanoe tadi"
"Lalu, Zena ada di rumah sama kamu saat ini?"
Sepasang kekasih itu masih asyik mengobrol dengan telepon genggam mereka masing-masing dan berdiri di balkon mereka masing-masing dengan saling menatap penuh cinta.
"Zena nginap di rumah Om Yolo. Om Yolo nginap di sini menjaga aku karena aku nggak mau nginap di rumah Om Yolo, aku nggak mau jauh dari kamu"
"Ish! Manja"
"Biarin manja sama pacar sendiri" Zian menjulurkan lidahnya, "Weeee"
Alula mendengus geli, lalu berkata, "Nanti kabari kalau sudah ada perkembangan kasus Papaku, ya"
"Siap. Emm, aku juga mau bilang ke kamu kalau besok pagi-pagi aku harus pergi ke kota J untuk pertandingan taekwondo dan pulangnya lusa malam"
"Ih! Curang. Katanya nggak mau jauh dariku, kok, sekarang bilang mau pergi selama tiga hari"
"Kenapa? Sudah rindu, ya, padahal belum pergi juga" Zian terkekeh geli.
"Iya, udah rindu" Alula tersenyum malu sambil menyelipkan rambutnya yang berada di sisi lain ke belakang telinga sedangkan di sisi lain Alula menjepit telepon genggamnya dengan pundak.
"Gemas banget sih Lunaku" Zian tampak mengerutkan hidung gemas. Lalu, cowok tampan itu berkata, "Masuk ke dalam gih. Mulai dingin nih. Nanti kamu masuk angin. Buruan bobok istirahat dan mimpikan aku ya"
"Kamu juga, ya. Bobok dan mimpikan aku"
Zian tersenyum lebar lalu berkata, "I Love You Luna"
"I Love You Luwi"
Keesokan harinya, Alula terbangun dengan bunyi notifikasi pesan text di telepon genggamnya.
Zian
Met pagi cantikku, Lunaku, aku udah naik pesawat. Nanti kalau sudah sampai di kota J aku kabari, ya. Kamu pengen dibelikan oleh-oleh apa? I Love You
Alula
Aku cuma pengen kamu cepet pulang. Ati-ati di jalan dan jangan lupa makan teratur. I Love You.
Alula kemudian bangun dan bergegas mandi.
Hujan yang mulai turun sejak subuh itu masih belum menunjukkan gelagat untuk berhenti, meskipun dadakan dan itu yang Alula harapkan. Hujan justru semakin deras saja. Rintik hujan tanpa jeda yang menghasilkan bunyi ketukan di jendela itu menghasilkan kabut tipis.
Alula menghela napas panjang sambil memakai kardigan warna biru kesukaannya. Gadis manis itu kembali menghela napas panjang saat dia teringat kembali kalau Zian semalam pergi ke luar kota untuk perlombaan taekwondo dan baru pulang sore nanti.
Alula naik taksi online yang dipesan oleh mamanya. Mamanya mengantarkan Alula sampai ke pintu taksi online dengan seribu pesan. Namun, hanya satu yang tersampir di otaknya Alula, yakni jangan pulang lebih dari jam lima sore seperti kemarin.
Jarak tempuh rumah ke kampus adalah tiga belas menit. Namun, pagi itu menjadi empat puluh lima menit. Hujan deras dan ratusan manusia yang lalu lalang bersama payung mereka, sedikit menghambat laju taksi online yang Alula tumpangi.
Setelah sampai, Alula turun dari taksi online sambil menjepit gagang payung menggunakan pundak lehernya untuk dapat menyelempangkan tasnya. Saat taksi online melesat pergi, angin bertiup sangat kencang, whoooosshhh!
"Aduh!"
Angin kencang itu berhasil mementalkan payung mungil berwarna biru dari tangan Alula. Payung berbahan plastik berwarna bening itu terjungkal berkali-kali dan berputar-putar sebelum jatuh ke rerumputan.
Karena tergesa-gesa atau mungkin karena tidak mau terlalu repot berputar, supir taksi online menurunkan Alula di halaman belakang kampus. Halaman belakang kampus yang biasanya sepi di pagi hari, semakin sepi karena hujan deras.
"Arrggghhh! Kenapa harus terbang sih payungku" Keluh Alula dengan suara keras meskipun tidak ada siapapun di sana. Saat Alula melompati selokan untuk mengambil payungnya, dia terpeleset hingga terjatuh dan terduduk di atas rerumputan yang basah. Sekujur tubuh Alula basah kuyup, begitu pula dengan tas selempangnya yang terbuat dari kain. Namun, Alula masih bersyukur dia tidak membawa laptop dan buku paket, atau buku pinjaman dari perpustakaan. Hanya ada dompet transparan dari plastik yang bisa menyimpan uang recehannya.
"Sial! Ponselku ketinggalan di rumah" Alula bangkit berdiri sambil berusaha gagang payungnya yang kembali berjumpalitan seperti balita yang sedang tantrum. "Tapi, untung juga aku lupa bawa ponselku. Kalau aku bawa, pasti udah rusak ponselku kena hujan kayak gini" Gumam Alula sambil berusaha mengejar payung kesayangannya.
"Hentikan!"
Alula refleks menoleh ke asal suara cowok bersuara bas dan belum sempat otak Alula mengenali siapa cowok itu, ia membeliak lebar. Gadis manis itu dibekap sapu tangan dan dengan cepat kehilangan kesadaran.