NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan Yang Diabaikan

“Tugas kali ini akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk presentasi minggu depan. Kalian bisa langsung berdiskusi dengan anggota masing-masing setelah nama dibacakan. Keisha, Ciko, Tristan, Luna, dan Clover adalah kelompok terakhir yang terbentuk. Saya beri waktu sampai jam ini selesai untuk berdiskusi dengan anggota kalian. Silahkan,” ucap Rasmi mempersilahkan pada seluruh siswa untuk menyebar.

Keisha hanya bisa memasang senyuman palsu saat dihadapkan pada situasi yang sangat menyebalkan ini. Dua orang yang paling dia hindari justru kini malah berada dalam satu kelompok dengannya. Keisha tidak bisa menolak secara gamblang di hadapan semua orang kalau tidak ingin satu kelompok dengan Tristan atau Luna. 

Gadis berambut hitam panjang itu menggeser kursi saat melihat anggota kelompoknya mulai berdatangan. Berhubung Keisha satu bangku dengan Luna, jadi tiga teman lainnya yang datang ke meja mereka. Tristan menarik kursi tepat di hadapan Keisha membuat tatapan pemuda itu langsung tertuju padanya. 

Ciko pula mengambil salah satu kursi tanpa penghuni untuk diduduki di sebelah Tristan, sedangkan Clover menempatkan diri di sisi kanan Luna. Di saat kelompok lain berbondong-bondong menyuarakan pendapatnya, suasana hening masih menyelimuti kelompok milik Keisha. Dia sengaja enggan untuk memulai pembicaraan sebab tidak ingin menarik perhatian lebih.

“Siapa nih ketua kelompoknya?” tanya Ciko membuka pembicaraan.

“Keisha aja tuh. Si paling ambis kalau soal nilai,” tunjuk Tristan. Pemuda tampan dengan rambut pirang menyala itu berkata sambil memainkan pulpen di tangannya.

“Kenapa harus gue yang jadi ketua? Lo aja sana dari pada nyuruh orang lain,” balas sinis Keisha. Sebenarnya mau saja kalau ditunjuk tetapi tidak untuk kali ini.

 “Tugas ketua kalau cuma pembuka sama penutup presentasi biar gue aja deh,” usul Luna.

“Enak di elo lah maju ke depan salam terus kasih ke orang lain. Minimal lo ambil bagian baca dua slide presentasi awal, Lun,” ucap Clover. 

Luna mengibaskan tangan ke udara seolah ucapan dari gadis itu bukan persoalan besar. “Bagian tanya jawab biar gue yang pegang. Lagian kan yang mau dapat nilai lebih bukan Keisha doang. Iya nggak Kei?” Luna menyenggol lengan Keisha meminta pendapat pada sahabatnya.

“Haha iya. Semua orang berhak kali buat dapat nilai lebih dari Bu Rasmi. Gue bagian bikin ppt aja juga nggak masalah. Siapa yang presentasi dibagi rata biar adil semua sekalian tanya jawab kalau lebih dari lima orang,” kata Keisha.

 “Mau ngerjain kapan dan di mana?” tanya Tristan. 

“Langsung hari ini aja biar sekalian selesai dan nggak nunda-nunda pekerjaan. Gimana kalau kita kerja kelompok di rumahnya Keisha aja? Dari semua kandidat tempat nggak ada yang bisa ngalahi ademnya rumah dia. Paling pas kita nanti ke sana aja,” kata Luna antusias. 

Keisha mengerjapkan matanya cepat. Ia menoleh ke arah Luna dengan tatapan tidak percaya. “Jangan di rumah gue lah ngerjainnya. Lagi berantakan banget kan nggak enak kalau ada tamu pas rumah lagi banyak barang,” tolak Keisha halus. 

“Jauh nggak sih? Gue belum pernah ke rumah Keisha.” Ciko bertanya sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya. Pemuda itu mengambil kesempatan saat Rasmi tidak berada di lorong kursi milik kelompoknya berdiskusi.

“Jauh. Rumah gue di PIK. Cari tempat lain aja buat nugas yang nggak kejauhan semisal nanti kita selesainya sore,” sanggah Keisha berusaha menolak setiap pertanyaan yang menjurus ke rumahnya.

“Di PIK doang kalau lewat jalan tikus paling 20 menit juga sampai. Gue yang sering ke rumah Keisha aja mengakui di sana adalah tempat ternyaman. Ada beberapa alasan kuat buat kasih validasi tentang omongan gue. Pertama, koneksi internet di sana super duper kencang dan cepat. Kedua, suasana rumah yang homey bikin betah apa lagi ngerjain di gazebo bawah pohon. Ditambah semilir angin berasa kita nggak lagi ada di Jakarta tahu nggak sih,” kompor Luna.

“Kayaknya seru deh kita nugas sambil lihat yang hijau-hijau gitu. Ke rumah Keisha aja gue setuju. Balik paling nebeng sama Ciko kalau nggak dapat ojol. Gimana Kei? Ngerjainnya di rumah lo aja,” tanya Clover. 

“Bareng gue juga nggak apa-apa, mumpung satu arah,” sahut Tristan.

“Ya udah ngerjainnya bisa di rumah gue. Nanti biar dibersihin sama si Mbok dulu bagian gazebo buat kita nugas di sana,” ucap Keisha sambil tersenyum tipis.

Keisha terpaksa menganggukkan kepala setuju sebab usai dicecar banyak pertanyaan dan ucapan kompor dari Luna. Semua menjadi semakin rumit sekarang. Belum ada satu minggu tinggal bersama Jiwangga, ada saja kejadian tak terduga yang munculnya seperti ledakan kembang api. Sangat dar der dor sekali.

Keisha menghela napas panjang saat sesak mulai menyerangnya tepat di ulu hati. Menyatukan dua manusia yang paling dihindari dalam satu tempat adalah kesalahan fatal. Dia harus mencari cara agar Tristan atau Luna tidak melihat keberadaan Jiwangga saat pemuda itu pulang nanti.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!