Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 - Wawancara CEO Dingin
Sebelum memulai, Clara menarik napas. Lalu dia berusaha tersenyum dan menyapa Gery dengan anggukan kecil. Dengan penampilan seadanya, Clara duduk berseberangan dengan Gery didukung tiga kamera dari beberapa arah.
"Halo, pemirsa. Semoga berbahagia selalu di mana pun Anda berada. Sekarang saya sudah bersama Gery Rochstein, CEO dari Spark sekaligus pelopor terciptanya produk Pure. Kali ini, kita akan membahas secara tuntas tentang produk minuman Pure. Halo Tuan Gery, bagaimana kabarnya?" tanya Clara dengan wajah penuh ceria.
Performa Clara yang tenang dan tegas berbicara di depan kamera membuat Gery sedikit terkesan. Jika dibandingkan, Gery menilai Clara lebih rileks dan menyenangkan ketimbang cara bicara Nona Vey.
"Hai, Nona. Kabarku baik. Bagaimana denganmu?" jawab Gery balik, dengan nada tegas namun sedikit ramah.
"Aku juga baik. Tuan Gery, produk Pure ini katanya adalah pelopor susu kecantikan pertama kali di negara ini. Apakah betul?" tanya Clara dengan lancar memberikan pertanyaan ke Gery. Dari belakang layar, Vey tampak bangga sekaligus iri dengan penampilan dadakan Clara yang mampu meluluhkan hati Gery Rochstein.
"Ya, betul. Mengingat zaman sekarang begitu banyak produk-produk kecantikan yang semakin maju dan berbagai manfaat, Spark menciptakan inovasi lain yaitu berupa produk minuman. Ini menjadi pelopor minuman susu yang bisa mempercantik kulit dari dalam." jelas Gery berbicara banyak tentang inovasi unggulannya. Clara menanyakan beberapa pertanyaan sesuai dengan skrip yang telah disetujui Gery sebelum syuting. Sehingga, Clara tidak menginterupsi hal-hal lainnya.
"Wah, menarik sekali ini. Sebenarnya, ada apa di balik terciptanya produk ini?" tanya Clara menatap Gery secara profesional.
"Aku ingin melihat semua wanita cantik dan sehat dari dalam. Aku ingin kulit para wanita sehat dan indah dengan jangka waktu yang cukup panjang. Sebelum menciptakan ini, aku dibantu seseorang-," kata Gery sambil melirik Clara. Mendengar Gery melontarkan kata "seseorang", Clara seperti tahu siapa wanita itu. Mata Gery dan Clara tampak beradu, namun Gery mudah menyembunyikan reaksinya.
"Kami men-survey tentang kasus kerusakan kulit yang timbul karena menggunakan produk kecantikan dengan bahan berbahaya. Aku merasa terketuk untuk bisa membuat mereka cantik dengan menggunakan bahan yang aman." kata Gery melanjutkan penjelasannya.
"Pertanyaan terakhir, apa harapan Anda jika Pure telah dikonsumsi oleh masyarakat?"
"Aku berharap orang-orang yang mengonsumsi Pure akan semakin bersinar, memiliki kulit yang sehat, dan tidak salah pilih produk lagi. Karena Pure akan terdiri dari tiga macam. Stay pretty, stay healty." kata Gery tersenyum ke arah kamera dan menyebutkan headline untuk Pure.
"Cut!" seru Victor, mengartikan bahwa proses pengambilan gambar itu telah selesai. Proses syuting yang memakan waktu sekitar 45 menit itu akhirnya usai sudah. Tanpa banyak basa-basi, Gery melihat sekilas tayangan ulang yang sudah direkam pagi itu. Sejauh ini, Gery tidak merasa ada yang kurang dari wawancara itu. Bahkan, sosok Clara yang tampak tegas di tayangan itu membuat Gery mengangguk pelan, ada sedikit senyuman terukir di bibir Gery.
"Yah, lumayan lah. Mari kita lanjutkan proses syuting selanjutnya,” kata Gery tampak gengsi mengapresiasi kinerja Clara.
Akan tetapi, di balik dinginnya Gery membuat teman-teman Clara bernapas lega. Pasalnya, mereka tidak harus mendapatkan hukuman.
“Fiuh... Sangat melelahkan dan menegangkan!” keluh Victor ketika Gery Rochstein sudah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
“Clara, kamu bekerja sangat baik!” puji Barra kepada Clara. Clara tersenyum kecil, dan membiarkan suasana di antara dirinya dan teman-temannya lebih tenang.
“Kali ini, dia melakukan pekerjaan dengan baik. Jangan pernah lupakan kalau dia menumbalkan Pak Arnold gara-gara masalah pribadinya,” ujar Victor sinis menanggapi pujian Barra terhadap wanita berparas cantik tersebut.
Clara menunduk, ia merasa terintimidasi oleh perkataan Victor. Sampai detik ini, Clara selalu menyadari jika dirinya memang salah dari segi apa pun jika menyangkut soal Pak Arnold.
“Clara cuman melakukan tugasnya dengan baik. Nggak perlu kita terus memaki apa pun yang dia lakukan seperti ini. Norak, tahu nggak?” bela Barra. Victor hanya tersenyum sinis sambil melirik Clara.
"Ya, ya, ya. Aku akan diam. Tapi ingat, ini semua belum selesai, masih ada take gambar selanjutnya di pabrik," kata Victor tampak mengancam.
“Victor, stop!” Vey menyuruh rekannya itu untuk diam. Clara menatap wajah Vey yang sedari tadi menyiratkan kesedihan. Bagaimana tidak, Vey baru saja dibentak dan diremehkan di depan orang banyak setelah berusaha melakukan yang terbaik. Hati siapa tidak sedih kala mengalaminya?
Perdebatan itu selesai. Para karyawan divisi pemasaran membereskan peralatan mereka dan segera melanjutkan syuting di tempat lain.
Clara menggandeng tangan Vey untuk meninggalkan ruangan tersebut. Sayangnya, sikap Vey tampak tidak ramah seperti biasanya. Clara merasa Vey mendadak berubah.
"Vey..." Clara mencoba mendekati Vey yang tampak penuh emosi.
"Sebaiknya kamu fokus aja, Clara. Biar Tuan Gery puas untuk hasilnya hari ini. Sekarang kan, kamu yang ambil alih karena aku nggak mampu," kata Vey membuang muka pada teman dekatnya itu.
Jauh dari lubuk hati paling dalam, Vey merasa iri dengan Clara. Gery Rochstein sama sekali tidak menginterupsi Clara saat melakukan wawancara itu. Seolah Gery sangat nyaman mengobrol dengan Clara yang sebenarnya tidak memiliki persiapan matang. Vey merasa dirinya tersingkirkan di depan semua orang. Mau bagaimana pun, Vey masih belum bisa menerima kenyataan tersebut.
Sementara Clara tidak enak hati mendengar pernyataan Vey yang seolah menjaga jarak padanya. Clara melirik pria bertubuh kurus di sampingnya itu, mengkode bagaimana harus bersikap di depan Vey yang tampak kesal. Barra mengangkat sedikit bahunya, menandakan dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Sekali lagi, Clara merasa bersalah karena menyinggung Vey. Satu-satunya teman kantor Clara yang masih mau berteman dengannya meski sedang menjadi pusat perhatian karena permasalahan salah menuduh Gery Rochstein sebagai pelaku pelecehan seksual.
...----------------...
awas kau Gery... aku doain nanti kamu bucin ke Clara lhoo 😂😂