Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Keputusan Putra
Langit sore itu mendung, seolah ikut merasakan gejolak hati Livia yang bergemuruh. Di ruang tamu rumahnya yang sepi, hanya ada suara detak jarum jam yang terdengar. Tapi suara itu lenyap saat Putra membuka mulutnya.
"Aku tidak bisa menikah denganmu, Livia. Aku hanya akan mengambil anak ini saat dia lahir sebagai pertanggung jawabanku. Itu saja," ucap Putra dengan nada datar, seolah tak ada beban di pundaknya.
Livia menatapnya tak percaya. Tangannya mengepal, wajahnya memucat, tapi matanya membara. "Apa maksudmu, Putra? Kau yang membuatku seperti ini, kau yang memutuskan pertunangan secara sepihak, dan sekarang kau bilang... kau hanya akan ambil anak ini saja?"
Putra mengangguk pelan. "Kau sudah melakukan dua kesalahan besar. Pertama kamu sudah masuk penjara. Sekarang kamu dengan beraninya mempublikasikan masa lalu antara aku dan Rayya. Kau bertindak sembrono, tanpa pikir panjang. Kamu tidak tau siapa orang disisi Rayya saat ini. "
Livia menggigit bibirnya, menahan amarah yang mendidih. "Itu karena aku ingin menghancurkan Rayya. Dia sudah menghancurkan hidupku, sekarang aku akan membalasnya dengan cara apapun."
"Itu urusanmu bukan urusanku. Karena itu jangan pernah membawa-bawa namaku kedalam masalah kalian. Aku dan Rayya sudah selesai, begitu juga dengan kamu. Tidak akan pernah ada pernikahan, aku hanya ingin anak itu, jika kamu mau melahirkannya. " ucap Putra yang sudah muak menghadapi Livia.
Tepat saat ketegangan memuncak, pintu rumah terbuka. Orang tua Livia muncul di ambang pintu, dengan wajah lelah dan kusut. Mereka membeku melihat suasana yang tegang apalagi ucapan terakhir Putra yang sempat di dengar oleh orang tua Livia..
Ayah Livia menatap Putra dengan wajah merah padam. Dia merasa kecewa dan kesal kepada Putra yang bersikap seenaknya sendiri kepada anaknya.
"Apa yang kau katakan barusan, Putra?" tanya ayah Livia dengan suara berat.
Putra menoleh, tapi tidak ada rasa bersalah di wajahnya. "Saya bilang, saya tidak akan menikahi Livia. Saya hanya ingin anaknya saat lahir, hanya itu, "
"Kurang ajar!" seru ibunya Livia. "Kau kira anak itu mainan, hah? Setelah kau hancurkan masa depan anak kami, kau pikir kau bisa pergi begitu saja?"
Livia menatap Putra dengan mata berkaca-kaca. Dadanya sesak oleh rasa kecewa yang luar biasa. Dalam sekejap, masa depan yang ia impikan bersama Putra runtuh.
"Kalau begitu," katanya lirih, tapi jelas, "jika kau tidak mau menikah denganku, aku akan menggugurkan anak ini."
Putra menatapnya tanpa ekspresi. "Itu Lebih baik, Setidaknya aku tidak harus bertanggung jawab lagi."
Kalimat itu bagaikan tombak yang menusuk jantung Livia. Sebelum ia bisa bereaksi, Putra berjalan melewatinya dan keluar tanpa menoleh lagi. Pintu rumah tertutup dengan keras di belakangnya, menyisakan keheningan yang menyesakkan.
Tangis Livia pecah.
Ibunya segera memeluknya, menenangkan dengan usapan lembut di punggungnya, sementara sang ayah duduk lemas di sofa, menatap kosong ke arah pintu.
"Lelaki itu... tidak tahu diri," gumam Ari pelan. "Tapi kamu harus kuat, Nak. Ini bukan akhir segalanya."
"Apa yang harus aku lakukan, ibu? Putra tidak mau menikah denganku, lalu anak ini, "kata Livia dalam isak tangisnya.
" Sudah-sudah, kita pikirkan hal itu nanti ya. Sekarang kamu harus tenangkan diri dulu, dan istirahatlah.
Arin terus saja menenangkan Livia agar tidak terlalu terpuruk dengan keadaa yang saat ini dia hadapi. Walau sebenarnya dia juga tidak tau apa yang harus dia lakukan dengan kasus yang menimpa anaknya.
"Kalian dari mana, kenapa baru pulang? " tanya Livia yang baru menyadari kedua orang tuanya baru saja pulang.
"Kami dari rumah keluarga Aksara lagi untuk bertemu dengan Rayya. " jawab Arin dengan bibir mengerucut
"Untuk apa lagi kesana? " Tanya Livia dengan kesal. "Lalu apakah dia menerima kalian?"
"Dia tidak mau bertemu dengan kami, bahkan dia tidak menganggap kami. Katanya hubungan kita sudah berakhir sejak ayahmu mengusirnya dari rumah ini. "
"Sudah kuduga, apalagi saat ini dia mendapatkan dukungan dari keluarga Aksara yang kaya Rayya, kita semakin sulit menggapainya. " Livia menimpali ucapan ibunya dan membayangkan betapa beruntungnya Rayya.
"Apa aku bisa seberuntung Rayya? " gumamnya.
******
Di tempat lain, Saka dan asistennya merasa kualahan karena banyak telepon yang masuk untuk memastikan kabar yang beredar di sosial media. belum lagi wartawan yang menunggu di luar. Dia tidak ingin nama baik istrinya menjadi buruk karena cerita masa lalunya yang sangat rumit.
"Apa yang harus saya lakukan, Pak. Mereka semakin mendesak. Para pegawai merasa terganggu jika mereka terus berada di lobby perusahaan menunggu anda. " asisten Saka yang terlihat cemas.
"Baiklah, ayok kita temui mereka. Aku ingin mengatakan sesuatu kepada mereka dan menghentikan apa yang mereka lakukan. " Kata Saka yang sudah mengambil keputusan.
Saat Saka keluar dari perusahaan, Dia langsung di serbu wartawan yang sejak tadi menunggunya.
"Apakah benar kabar yang beredar. Bahwa istri anda adalah wanita yang tidak diketahui asal usulnya? "
"Apakah benar istri anda pernah gagal betunangan? "
"Apakah pernikahan anda adalah pernikahan dadakan yang tidak terduga. "
Banyak sekali pertanyaan yang mereka tanyakan, namun tidak satupun yang dijawab oleh Saka. Dia meminta asistennya untuk memberikan ruang kepadanya untuk bicara kepada mereka, Dan meminta mereka untuk tenang, jika tidak maka Saka tidak akan mendengarkan apapun.
"Baiklah, harap tenang dan dengar ini baik-baik. Karena saya hanya akan bicara sekali saja. " kata Saka dengan Nada tegas.
"Hari ini saya tidak tidak akan menjawab satupun pertanyaan dari kalian. Saya hanya akan mengatakan satu hal. Besok saya dan istri saya akan mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua berita yang beredar. Dan jika kalian ingin mendapat jawaban atas semua pertanyaan kalian, maka datanglah ke konferensi pers besok. Jadi hari ini saya mohon dengan hormat kepada kalian semua untuk meninggalkan perusahaan ini. Karena terus terang kehadiran kalian membuat karyawan saya tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Jadi saya akan memberikan ruang untuk kalian besok. "
Saka berkata panjang lebar untuk mengusir para wartawan itu dengan cara baik-baik. Dan meminta mereka datang besok ke tempat yang sudah di siapkan oleh Saka untuk melakukan klarifikasi sekaligus melakukan rencana yang sudah dibahas dengan istrinya malam itu.
Sampai di rumah malam hari, Saka langsung menatap istrinya itu dengan lembut.. Dan mulai membicarakan rencana siang tadi kepada sang istri dan kedua orang tuanya.
"Pa, Ma. Besok aku dan Rayya akan mengadakan jumpa pers. " Saka mulai membuka suaranya.
"Untuk apa, sudah abaikan saja semua hal yang tidak berguna seperti itu. " kata Mama Lina.
"Bukan itu poinnya ma, Ada hal yang lebih besar yang harus aku dan Rayya lakukan saat konferensi pers besok."
klau pun dapat hanya rp.5 jt gk kurang gk lebih 😡😡😡😡😡😡😡😡😡😡😡