NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Home is Where You Heal

Hampir tiga minggu berlalu sejak insiden yang mengubah dunia kecil mereka. Riin dan Jae Hyun perlahan belajar menata kembali hidup mereka meski luka itu belum benar-benar sembuh.

Di ruang kerjanya, Jae Hyun tenggelam dalam lautan berkas. Laptop terbuka di hadapannya, beberapa layar tambahan memperlihatkan grafik dan laporan.. Pintu ruangan itu setengah terbuka—sebuah kebiasaan baru Jae Hyun sejak Riin kembali dari rumah sakit. Ia ingin Riin tahu, kapan saja gadis itu boleh masuk ke ruang kerjanya. Jae Hyun ingin selalu ada untuknya, meskipun jarak mereka hanya dipisahkan oleh beberapa langkah dan tumpukan pekerjaan.

Sejak gedung kantornya sedang dalam tahap renovasi, semua pekerjaan berpindah ke rumah. Ditambah lagi, ia juga harus mengelola perusahaan ayahnya_tanggung jawab yang baru dipikulnya, dan tak bisa ia abaikan.

Riin berdiri di depan pintu. Tubuhnya sudah jauh lebih pulih, meski matanya kadang masih tampak sembab setiap pagi. Ia mengetuk pelan, hampir seperti ragu, khawatir jika kehadirannya mengganggu pekerjaan suaminya.

Jae Hyun, yang tengah membolak-balik dokumen, langsung mendongak. Matanya yang tajam dan biasanya penuh fokus, melunak begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanyanya, suaranya lebih cepat daripada pikirannya. Ia refleks bangkit dari kursi, menghampiri istrinya dengan langkah panjang.

Riin tersenyum kecil, menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab, "Tidak... aku hanya ingin memanggilmu untuk makan siang." Nada suaranya lembut.

Jae Hyun menghela napas singkat, menggenggam pulpen di tangannya dengan gelisah. "Bisakah beri aku waktu sepuluh menit lagi? Masih ada berkas yang perlu aku periksa," katanya, menunjuk tumpukan dokumen dengan pulpen itu.

Riin mengerucutkan bibir, seperti anak kecil yang merasa dipinggirkan. "Bagaimana kalau lima menit? Sepuluh menit terlalu lama... makanannya akan dingin," katanya, nada suaranya setengah memohon.

Jae Hyun tersenyum kecil, senyum yang hanya ia tunjukkan saat bersama istrinya. "Baiklah, lima menit," sahutnya. "Tunggu sebentar ya?"

Riin mengangguk. Ia berjalan masuk, lalu tanpa suara mendekati meja kerja Jae Hyun. Ia berdiri di sisi meja, matanya memerhatikan dokumen-dokumen yang berserakan. Sesekali, ia melirik Jae Hyun yang kembali fokus mengetik sesuatu di laptopnya.

Perhatian Riin terpaku pada sebuah map kuning. Data diri seorang wanita, foto kecil tersemat di sudut, dan surat permohonan cuti bertuliskan cuti melahirkan. "Ini siapa?" tanyanya.

Jae Hyun melirik sekilas, sebelum kembali mengetik. "Salah satu guru matematika di lembaga pendidikan Appa. Dia mengajukan cuti karena akan melahirkan. Aku minta pada staf disana untuk menyertakan data diri padaku jika ingin mengajukan sesuatu. Hanya untuk mempermudah dalam proses pengecekan."

Riin mengangguk, namun pikirannya melayang. Ia membelai sampul map itu dengan ujung jarinya, lalu bergumam hampir tak terdengar, "Dia wanita yang beruntung..."

Tangan Jae Hyun terhenti di atas keyboard. Ia memutar kepalanya pelan, menatap Riin dengan pandangan yang berubah menjadi serius. Ia membaca ekspresi kecil di wajah istrinya_senyum yang terkesan dipaksakan. Ia tahu. Ia tahu persis apa yang Riin rasakan. Tanpa banyak berpikir, Jae Hyun beranjak dari kursinya dan meraih tangan Riin, menggenggamnya erat. "Bukankah kau juga wanita yang beruntung?" katanya lembut.

Riin mengangkat wajahnya, menatap suaminya dengan ekpresi bingung. "Dalam hal apa?"

Jae Hyun tersenyum kecil, mengangkat alisnya sedikit nakal. "Kau punya suami yang sangat tampan. Itu juga keberuntungan, kan?"

Untuk sejenak, rasa sesak yang memenuhi ruangan berangsur lenyap. Riin mendengus pelan, mencubit lengan Jae Hyun tanpa bermaksud untuk benar-benar menyakitinya. "Ck, kau ini percaya diri sekali. Ada banyak pria yang lebih tampan darimu, kau tahu?"

"Tapi dari semua pria tampan itu," balas Jae Hyun, menarik Riin mendekat, "hanya aku yang mau menikahi anak kecil keras kepala sepertimu."

"Cih! Kalau aku anak kecil, berarti kau... pria tua!" sanggah Riin cepat, matanya berkilat dan terlihat lebih bersemangat.

Jae Hyun terkekeh pelan, lalu menunduk, mengecup bibir Riin singkat. Sentuhan yang lembut, ringan, tapi cukup untuk membuat Riin membeku sejenak. "Kalau begitu, biarkan pria tuamu ini makan siang dulu, hm?" godanya dengan nada manja, sebuah sisi dirinya yang hanya muncul saat berdua dengan Riin.

Riin berpura-pura menghela napas berat, pura-pura jengkel, tapi kemudian ia tersenyum. Jae Hyun meraih tangan Riin dan menggenggamnya sepanjang perjalanan ke ruang makan.

***

Meja makan mereka dipenuhi makanan yang ditata rapi oleh tangan Riin sendiri. Jae Hyun duduk dengan tenang di seberang Riin. Ia mencicipi potongan ayam pertama tanpa berkata apa pun, hanya mengunyah perlahan dengan ekspresi serius yang sulit ditebak.

Riin duduk di depannya, matanya terus mencuri pandang penuh harap. Ini pertama kalinya dalam beberapa minggu ia memasak lagi_setelah kejadian yang membuatnya merasa hampa dan kosong. Tangannya sempat gemetar saat memotong wortel tadi siang, tapi ia memaksa dirinya tetap tersenyum.

"Ini... masakanmu?" tanya Jae Hyun akhirnya, suaranya rendah namun jelas, terdengar lebih sebagai pernyataan daripada pertanyaan.

"Iya," jawab Riin cepat, sedikit gugup. "Kenapa? Apa rasanya aneh? Aku tahu aku sudah lama tidak memasak sejak kau mempekerjakan Bibi."

Jae Hyun mendongak, menatap wajah istrinya yang sedikit pucat namun tetap cantik dengan rambut yang digelung sederhana. Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, menurunkan nada suaranya hingga nyaris terdengar seperti bisikan. "Ini lebih enak dari masakan bibi," katanya, menyeringai kecil.

Riin tertawa pelan. "Kalau begitu makanlah yang banyak. Pekerjaanmu lebih berat dari biasanya, kan? Kau harus punya energi lebih untuk menjalani semuanya."

Jae Hyun mengangguk pelan sambil mengunyah. “Kau benar. Mulai besok aku juga harus turun tangan langsung menjadi pengganti guru matematika di lembaga pendidikan milik Appa. Tidak bisa terus menunggu orang yang tepat.”

"Kau juga akan pulang malam?"

“Kemungkinan besar, iya.” Jae Hyun menatap wajah istrinya, mencari tanda-tanda kekecewaan yang mungkin saja terlihat. “Kau... tidak keberatan kan?"

Riin terdiam sejenak. “Mau bagaimana lagi... Sekalipun aku keberatan, kau tetap harus melakukannya. Aku hanya... kadang ingin egois. Ingin kau hanya di rumah. Bersamaku.”

Nada lirih itu menusuk pelan dada Jae Hyun. Ia menurunkan sumpit, menyeka mulutnya dengan tisu, lalu meraih tangan Riin yang dingin dan mungil. “Pagi hingga siang hari, aku masih bersamamu di rumah,” katanya lembut, jemarinya menggenggam erat tangan Riin. “Dan malam hari, meski aku tidak ada di sampingmu, aku selalu bisa dihubungi. Kau tahu itu, kan?”

Riin mengangguk, tapi tidak sepenuhnya lega. Ada jeda, hening, lalu ia mulai bicara lagi. "Kalau kantormu sudah kembali beroperasi... apa aku masih bisa bekerja di sana? Maksudku... sekarang semua orang sudah tahu soal kita. Pernikahan kita."

Jae Hyun terdiam. Sorot matanya berubah lebih dalam, penuh pertimbangan. Ia bukan hanya memikirkan reputasi atau bisnis, tapi juga kenyamanan Riin, luka hatinya, dan bagaimana pandangan orang lain bisa menghancurkan mental istrinya jika tak ia lindungi. "Kebanyakan dari mereka sudah mengundurkan diri setelah insiden itu. Mereka tidak akan kembali. Dan sisanya..." Ia mengehela napas. "Kau tidak perlu khawatir. Kalau mereka tidak bisa menghargaimu karena status pernikahan kita, mereka bisa keluar. Sederhana."

Riin menunduk. “Tapi perusahaanmu butuh orang-orang itu. Mereka tidak sebanding denganku. Mungkin... lebih baik kalau aku yang berhenti.”

"Jangan pernah katakan itu lagi." Nada suara Jae Hyun menjadi lebih tegas. Matanya memancarkan rasa posesif yang nyaris tersembunyi di balik kontrol dirinya. "Aku membutuhkanmu. Aku lebih membutuhkan kehadiranmu daripada siapa pun di perusahaan itu."

Riin sempat terkejut dengan tatapan suaminya, intens dan dalam. Ia bisa merasakan tekanan emosi yang disimpan rapat oleh Jae Hyun sejak kejadian keguguran tiga minggu lalu. Trauma itu masih terasa dan belum sepenuhnya hilang. "Aku hanya berhenti bekerja, bukan pergi meninggalkanmu," kata Riin, mencoba menenangkan suaminya dengan senyum tipis.

Jae Hyun mengusap punggung tangan Riin dengan ibu jarinya. Gerakannya lembut namun penuh makna. "Tapi kehilanganmu_bahkan jika itu hanya ada dalam pikiranku saja, hanya membayangkannya saja, adalah sesuatu hal yang tidak bisa aku terima."

Sesaat suasana menjadi terlalu hening. Bahkan suara detak jam dinding terdengar nyaring di antara mereka.

Akhirnya, Jae Hyun menarik kursinya dan bangkit berdiri. “Sepertinya aku harus segera mengumpulkan tim inti. Kita butuh strategi baru. Aku ingin tahu siapa yang benar-benar masih ingin bertahan di Colors Publishing.”

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!