NovelToon NovelToon
Istri Yang Disia Siakan

Istri Yang Disia Siakan

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Ibu Mertua Kejam / Tamat
Popularitas:426.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"mas belikan hp buat amira mas dia butuh mas buat belajar" pinta Anita yang ntah sudah berapa kali dia meminta
"tidak ada Nita, udah pake hp kamu aja sih" jawab Arman sambil membuka sepatunya
"hp ku kamarenya rusak, jadi dia ga bisa ikut zoom meating mas" sanggah Nita kesal sekali dia
"udah ah mas capek, baru pulang kerja udah di sodorin banyak permintaan" jawab Arman sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah
"om Arman makasih ya hp nya bagus" ucap Salma keponakan Arman
hati Anita tersa tersayat sayat sembilu bagaimana mungkin Arman bisa membelikan Salma hp anak yang usia baru 10 tahun dan kedudukannya adalah keponakan dia, sedangkan Amira anaknya sendiri tidak ia belikan
"mas!!!" pekik Anita meminta penjelasan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua salah anita

Lestari duduk di parkiran, menatap kosong ke aspal yang retak. Jiwanya terasa hampa. Dunianya yang dulu penuh warna kini seperti potret hitam-putih yang kusam. Ia pernah bermimpi hidup mewah, mengenakan barang mahal, berjalan anggun di pusat perbelanjaan elit, dan dihormati teman-temannya yang kaya. Namun, semua itu hanya ilusi. Kini, ia hanyalah seorang perempuan yang tersesat dalam pergaulan bebas, terjebak dalam jeratan pria hidung belang yang hanya menganggapnya sebagai pelarian sesaat.

Pikirannya melayang ke beberapa bulan lalu, ketika hidupnya berubah dalam sekejap.

"Om, aku hamil..." ucap Lestari dengan suara bergetar.

Pria di hadapannya, Om Feri, menatapnya dengan mata melebar. "Apa? Hamil?"

"Aku hanya berhubungan badan dengan Om. Ini anak Om. Om harus bertanggung jawab."

Wajah Om Feri memerah. Ia bangkit dari duduknya, meremas rambutnya sendiri, lalu menatap Lestari dengan pandangan tajam. "Aku sudah bilang, kamu harus pakai alat kontrasepsi! Kenapa bisa sampai hamil?!"

"Aku juga nggak tahu, Om... tapi, tolong... aku nggak bisa sendirian."

Om Feri tertawa sinis. "Sejak awal aku sudah bilang, kita hanya saling senang. Kamu butuh uang jajan, aku butuh kepuasan. Itu saja. Jangan bawa-bawa tanggung jawab!"

Lestari merasa tubuhnya bergetar. "Om jahat! Katanya Om sayang sama aku!"

"Bodoh sekali kamu ini! Bagaimana mungkin aku bertanggung jawab? Kalau istriku tahu, aku habis! Dan kamu tahu? Istriku adalah sumber keuanganku. Kalau dia pergi, aku nggak punya apa-apa."

Lestari memandangnya dengan mata berkaca-kaca. "Lalu bagaimana dengan bayi ini, Om?"

Om Feri merogoh dompetnya, mengeluarkan cek, dan meletakkannya di meja. "Ini 20 juta. Cukup untuk aborsi. Jangan coba-coba melibatkan aku dalam masalah ini. Kalau kamu nekat, aku bisa berbuat lebih kejam."

Harapan Lestari hancur seketika. Dadanya terasa sesak. Ia memandang kosong cek itu. Inikah nilai dirinya? Hanya 20 juta untuk menghapus jejak dosa yang dilakukan Om Feri? Ia menggenggam kertas itu dengan tangan gemetar.

Tak ingin ketahuan ibu kos, ia memutuskan pulang ke rumah. Dalihnya, mengambil cuti kuliah. Tapi di dalam hatinya, ia dilanda dilema yang tak kunjung reda.

Setelah beberapa hari berpikir, ia akhirnya memberanikan diri datang ke sebuah klinik aborsi ilegal. Namun, baru saja ia menginjakkan kaki di sana, langkahnya terhenti.

Di lorong rumah sakit, sebuah brankar didorong keluar dari ruang jenazah. Di atasnya, tubuh seorang perempuan muda terbujur kaku, wajahnya pucat, bibirnya membiru. Orang-orang di sekitarnya berbisik.

"Kasihan banget, ya, wanita cantik ini."

"Emang kenapa?"

"Katanya dia hamil, tapi laki-lakinya nggak mau tanggung jawab. Dia nekat aborsi ilegal, akhirnya kehabisan darah dan meninggal."

Lestari merasa tubuhnya lemas. Tangannya mencengkeram tasnya erat-erat.

"Iya, udah dosa zina, dosa membunuh anak lagi. Padahal anaknya nggak salah... kalau nggak sanggup, kenapa nggak dikasih ke panti asuhan aja?"

"Sekarang banyak banget perempuan bodoh. Mau-maunya berhubungan badan di luar nikah. Pas hamil, malah ditinggalin. Zina itu paling rugi buat perempuan. Kalau laki-laki sih enak, nggak hamil, nggak bakal jadi bahan gunjingan orang. Tapi perempuan? Nggak bisa sembunyikan perutnya."

"Iya, lebih bego lagi, udah zina, hamil, malah aborsi, dan akhirnya mati. Itu namanya wanita paling bodoh."

Lestari tak sanggup mendengar lebih lama. Dadanya terasa sesak. Napasnya pendek-pendek. Ia melangkah mundur, berbalik, dan berlari keluar rumah sakit. Air matanya mengalir deras.

Lestari ingin mengakhiri semuanya. Dia ingin aborsi, tapi ketakutan membayangi pikirannya. Bagaimana jika sakit? Bagaimana jika mati? Otaknya bekerja keras mencari jalan keluar. Jika Feri tak mau bertanggung jawab, maka dia harus mencari pria lain yang bisa.

Dan pria itu adalah Andika. Laki-laki yang selama ini mengejarnya dengan ketulusan, tetapi selalu dia tolak. Alasannya sederhana: Andika tidak kaya. Dia hanya pria biasa, seorang driver taksi online yang hidup pas-pasan.

Namun kini, situasinya berbeda. Lestari butuh seseorang yang bisa menjadi penyelamatnya. Dengan segala daya upaya, dia mendekati Andika, memainkan perasaan pria itu hingga akhirnya mereka tidur bersama. Andika, yang selama ini memujanya dari jauh, tidak menyadari jebakan ini. Saat berhubungan, Andika tahu bahwa Lestari bukan lagi perawan, tetapi dia tidak mempermasalahkan itu. Dia pun bukan perjaka. Namun, ketika Lestari meminta diantar ke klinik ibu hamil, Andika mulai curiga.

"Kamu hamil, ya?" tanyanya, menatap mata Lestari.

"Iya, baru empat minggu," jawab Lestari dengan suara lirih, berharap kebohongannya bisa diterima.

Andika termenung. Jika benar empat minggu, dia akan bertanggung jawab. Dia mencintai Lestari, dan walaupun hubungan mereka baru terjalin, dia siap menikahi gadis itu.

Namun, dunia tidak sebaik itu bagi Lestari. Saat dokter menyebutkan bahwa usia kehamilannya sudah tujuh minggu, semuanya berantakan. Andika bukan pria bodoh. Dia tahu perhitungannya tidak masuk akal. Jika Lestari hamil tujuh minggu, berarti itu bukan anaknya.

Andika masih diam, mencoba menerima Lestari. Namun, saat Lestari bertemu dengan Anita, kakak iparnya, keputusan Andika bulat untuk meninggalkannya.

Awalnya, Andika bersedia menerima Lestari meskipun anak dalam kandungannya bukan darah dagingnya. Namun, melihat sikap buruk Lestari terhadap kakak iparnya, Andika sadar bahwa ia hanya akan merugi jika tetap bertanggung jawab atas Lestari. Bukan hanya karena Lestari adalah bekas orang lain, tetapi juga karena sifat kasarnya yang tidak menghargai keluarga. Saat melihat Lestari menghina Anita dengan lancang, Andika membayangkan bagaimana hidupnya jika menikah dengannya. Ia adalah anak pertama dengan banyak adik, dan Lestari pasti akan menyebabkan pertengkaran setiap hari. Tak ada kebahagiaan dalam rumah tangga seperti itu.

Kini, Lestari kembali duduk di parkiran. Sendirian. Lagi dan lagi, kebodohannya hanya membawa petaka. Tak ada tempat untuk lari. Namun, alih-alih merenungi kesalahannya, ia justru menanamkan kebencian mendalam pada Anita. Baginya, Anita adalah malapetaka. Padahal, perempuan itu tak pernah berbuat apa pun kepadanya.

.

.

Di dalam ruangan rumah sakit yang sunyi, hanya suara detak mesin medis yang terdengar, mengiringi napas pelan Amira yang masih terbaring koma. Sudah empat hari berlalu, tetapi tak ada tanda-tanda ia akan membuka matanya.

Anita duduk di samping ranjang, tangannya yang hangat menggenggam jemari Amira yang dingin. Setiap tarikan napas putrinya adalah harapan, dan setiap detik yang berlalu tanpa perubahan adalah siksaan. Wiryawan, yang sejak awal selalu datang setiap pagi, berdiri di ambang jendela, memandangi kota yang perlahan disinari mentari pagi.

Dokter sudah berkata, "Anak Anda baik-baik saja." Tapi bagi Anita, itu tak cukup. Ia ingin Amira bangun, tersenyum, dan memanggilnya Mama seperti biasa.

Tiba-tiba, jari Amira bergerak.

Anita tersentak. Ia menajamkan pandangannya, memastikan bahwa itu bukan ilusi. Lalu, kelopak mata Amira bergetar. Dan perlahan—sangat perlahan—mata itu terbuka.

"A... Amira, kamu sadar, Nak?" suara Anita bergetar, hampir tak percaya. Matanya berkaca-kaca.

Tapi saat itu juga, air mata Amira mengalir. Bahunya berguncang pelan, dan isakan lirih terdengar dari bibirnya yang pucat.

Anita panik. Ia menyentuh wajah Amira dengan lembut, menghapus air mata putrinya. "Kenapa, Nak? Apa yang sakit? Katakan, Mama ada di sini."

Amira tidak langsung menjawab. Pandangannya kosong, seakan jiwanya masih tertinggal di tempat lain. Kemudian, dengan suara lirih, ia bertanya, "Mah... apakah kakek yang aku dorong selamat?"

Anita terhenyak.

Itu... itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Amira setelah empat hari koma. Bukan pertanyaan tentang dirinya sendiri. Bukan tentang mengapa ia ada di rumah sakit, bukan tentang rasa sakit akibat operasi, bahkan bukan tentang rambutnya yang kini telah botak.

Ia justru menanyakan seseorang yang bahkan bukan keluarganya.

Wiryawan, yang sejak tadi diam, merasa dadanya sesak oleh haru. Mata tuanya memerah. Ia mendekat, suaranya bergetar ketika berkata, "nak kakek tua ini baik-baik saja."

Senyum kecil terbentuk di wajah Amira yang lemah. Ia mengangguk pelan. "Syukurlah... kalau begitu..."

Anita tak sanggup lagi menahan tangisnya. Ia memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang, menciumi dahinya. Amira bukan hanya seorang anak yang baik—ia adalah seseorang yang berhati mulia.

Di tengah kelegaan itu, Amira kembali bersuara, kali ini dengan nada yang lebih lemah. "Mah... aku haus..."

Anita buru-buru mengambil gelas dan menyodorkan air ke bibir Amira, membantunya minum sedikit demi sedikit.

Di saat itu, di ruangan mewah rumah sakit itu, Anita tahu bahwa keajaiban benar-benar ada. Ia hampir kehilangan putrinya, tapi Tuhan masih mengizinkan Amira tetap bersamanya.

1
Memyr 67
𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗄𝖺𝗇 𝗇𝗀𝖺𝗇𝗍𝖾𝗋 𝖽𝖾𝗐𝗂 𝗄𝖾 𝗋𝗎𝗆𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍, 𝗒𝗀 𝗇𝖾𝗆𝗎 𝗄𝖾𝗋𝗍𝖺𝗌 𝗆𝗂𝗋𝖺, 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗅𝖺𝗄𝗌𝗆𝗂 𝗒𝗀 𝗇𝗀𝖺𝗆𝗎𝗄 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝖻𝖺𝖼𝖺 𝗌𝗎𝗋𝖺𝗍? 𝗈𝗍𝗁𝗈𝗋 𝗇𝗀𝖺𝗐𝗎𝗋 𝗇𝗂. 𝗄𝖺𝖼𝖺𝗎 𝖺𝗆𝖺𝗍 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺𝗇𝗒𝖺.
Memyr 67
𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗂𝗄𝗎𝗍𝗂 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁, 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 "𝗁𝖺𝗇𝗒𝖺" 𝖽𝗂𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗉 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗄 𝖺𝗍𝖺𝗌 𝗇𝖺𝖿𝗄𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇. 𝖻𝖾𝗀𝗂𝗍𝗎 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺. 𝗂𝗍𝗎 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗁𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗐𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺𝗇𝗒𝖺, 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗂𝖺. 𝖽𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗋𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍 𝗁𝖺𝗍𝗂 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗉𝖺𝖽𝖺 𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇𝖽𝗎𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗎𝗋𝗎𝗍 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗍𝗎 "𝖺𝗇𝖺𝗄 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇". 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗁𝖺𝗄.
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 telah selesai terimakasih athour telah memberikan cerita yg menarik 👍semoga kedepannya lebih baikdan sukses lagi
Firman Firman
rasain tu pria hidung belang 😂😂🤭 jadi wanita sekarang
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 semua impianmu terkabul dan harapan mu mnjadi nyata amin🤲
Firman Firman
itulah karma mu wanita jalang 😡
Firman Firman
makan tu harta makan tu martabat dan derajat 😂😂🤭
Firman Firman
lebih baik melihara mafia dari pada anak selingkuhan seperti ular yg GK tau diri 😂😂
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
biarin aja kalau keluarga iblis betina itu masuk penjara seumur hidup 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut mngkanya nasi up salah 🤭 mngkanya jadi orang gak usah cuma wa makan tu hutang 😂😂🤭
Memyr 67
𝗆𝖾𝗇𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗀𝖾𝖻𝗋𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝗂𝗍𝖺 𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗍𝗈𝗑𝗂𝖼 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
dasar wanita gila merasa diri paling benar merasa diri paling di permalukan pergi aja lestari dari rumh neraka itu 😡😡
Firman Firman
ya kok tau tau punya jet pribadi dan bnyak bodigat diakan buronan sekarang
Firman Firman
lnjut,,waduh bisa gawat kalau wanita jalang itu gerak cepet 😡
Firman Firman
dasar wanita liar wanita binal anak bodoh
Firman Firman
semua jawaban ada ditangan athour 😂😂🤭
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
Alhamdulillah 🤲 ketemu cucu nya yg menjadi malaikat penolong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!