Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
"Tidak ada pembenaran atas pembelaan yang anda ucapkan barusan. Saudari Aisyah pergi, atas dukungan dan suport dari pihak saudari Bagas!! Jadi, kalau pihak tergugat berkata hanya mementingkan karir, mohon maaf, karena dulu keluarga tergugat berada dalam naungan bu Aisyah semua!! Jadi tidak ada sangkut pautnya antara kepergian bu Aisyah dengan poligami yang pihak tergugat lakukan," pengacara Aisyah menekan setiap kalimatnya. Tidak gentar, walaupun sering kali mendapat bantahan dari pihak Bagas.
Bu Dewi menahan geram, dan masih melakukan hal yang sama, lagi-lagi membisiki sang pengacara putra, agar lebih tahu apa yang harus dia ungkapkan.
"Tapi tetap saja....."
Belum selesai pengacara Bagas berkata, suaranya seketika menggantung, disaat hakim ketua lebih dulu mengetuk palunya, karena pihak pengacara Aisyah belum selesai dengan pembelaannya.
Tok....tok
"Sebentar!! Biar pihak penggugat melanjutkan pembelaan lagi!!" seru hakim setua.
'Kurang ajar, menantu tidak tahu diri!! Puas sekali dia mempermalukan putraku seperti ini' geram batin bu Dewi, yang menyalangkan tatapan kesel kearah tempat duduk Aisyah.
"Dan disini saya hanya meluruskan, jika pernikahan yang saudari Bagas lakukan dengan istri keduanya, itu semuanya hanya palsu, karena tidak pernah mendapat persetujuan dari pihak saudari Aisyah!! Dan bukanya, sekarang sudah ada aturanya yang dirapikan dalam undang-undang?! Apa saudari Bagas beserta istri keduanya, sudah siap jika menempuh jalur hukum, atas kasus pemalsuan pernikahan?!" tandas pengacara Aisyah, yang saat ini tengah menggeretak keluarga Bagas.
Hakim ketua hanya mengangguk paham, karena memang benar, jika pernikahan yang dilakukan Bagas secara diam-diam bisa dilaporkan, atas tuduhan pemalsuan pernikahan tanpa persetujuan mutlak dari istri pertama.
"Benar, apa yang disampaikan pengacara ibu Aisyah!!" bela Hakim Ketua.
Degh...
Degh...
Bagas seketika membolakan mata menatap kearah samping, yang memperlihatkan keluarga Aisyah yang kini masih bersikap tenang. Dia tidak pernah memikirkan konsekuensinya, jika melakukan pernikahan secara diam-diam.
Melati dan juga sang mertua mendadak menjadi pucat pasi, bak manusia tanpa darah. Mereka jelas tidak tahu, jika saat ini sudah terdapat undang-undang atas pembelaan untuk semua istri-istri yang mendapat perlakuan tidak adil dalam pernikahannya.
"Dan satu lagi hakim ketua, saudari Aisyah meminta hak asuh anak diberikan kepadanya, karena dia merasa jika selama putranya ditinggalkan kepada pihak ayahnya, saudari Narendra khalid Basalamah tidak pernah mendapat pembelajaran yang semestinya dilakukan kedua orang tua terhadap putranya!!" lanjut pengacara Aisyah kembali.
"Bohong yang mulia, menantu kedua saya selalu mendidik penuh......" sahut bu Dewi yang merasa tidak terima, saat keluarganya dikuliti menantu pertamanya.
Tok...tok...
"Anda bisa duduk terlebih dahulu, karena disini yang hanya bisa mengeluarkan pembelaan, adalah pak Bagas ataupun pengacara!! Pihak lain, harap diam dan mengikuti jalanya sidang saja!!" sahut Hakim ketua, setelah memotong ucapan bu Dewi dnegan 2 ketukan palu.
Bu Dewi menghela nafas dalam, lalu duduk kembali dengan dada yang sudah bergemuruh hebat. Wajahnya mulai memerah, karena belum bisa berhasil mengeluarkan kata-kata kejinya didepan sang menantu.
Tampaknya Hakim Ketua beserta jajarannya, sedang memutuskan hak asuh yang baru saja Aisyah layangkan, karena memang dari sisi lainpun, Narendra masih dibawah umur, dan berhak atas perawatan dari ibu kandungnya.
"Setelah saya bicarakan, untuk hak asuh anak, saya putuskan untuk ibu Aisyah yang memenagkan persidangan ini!!"
Tok..
Satu ketukan palu sudah keluar, dan itu sudah menjadi keputusan yang paling benar, atas semua penghianatan yang mereka lakukan terhadap Aisyah.
"Maaf Hakim Ketua, saya tidak terima atas putusan hak asuh anak saat ini. Bagaimana bisa, hak asuh jatuh kepada mbk Aisyah, sementara sejak kecil umur 2 tahun hingga sebesar sekarang, saya yang merawatnya dengan penuh kasih sayang! Saya yang menemani tumbuh kembang Narendra, tanpa ibu kandungnya tahu seperti apa pertumbuhannya. Dengan sabar, saya melatih Narendra untuk berjalan, berbicara, dan masih banyak hal lainnya tentang tahap pertumbuhan putra saya. Dan saya juga tidak terima, atas tuduhan jika saya dan suami hanya acuh terhadap tumbuh kembang Narendra!!" sela Melati dengan dada yang terasa sesak, menatap iba kearah jajaran Hakim Ketua. Tatapanya lalu beralih pada Aisyah yang spontan juga menatap kearahnya, "Kamu benar-benar ketelaluan mbak!! Kamu tega memutar balikan fakta, tentang Narendra!!"
Aisyah seketika berdiri dengan tegap. Kedua netranya sudah mulai memanas. Kedua tanganya terkepal erat, seakan ingin dia layangkan pada wanita tidak tahu malu disebrang tempat suaminya.
"Diam kamu, Melati!! Tidak ada yang meminta pendapat dari kamu, karena pada dasarnya, kamu disini bukan siapa-siapa dalam rumah tanggaku!! Dan satu hal yang perlu kamu garis bawahi, sekuat apa pembelaanmu terhadap dirimu sendiri, tidak akan mengubah takdir, bahwa Narendra selamanya akan menjadi PUTRA KANDUNGKU!! Aku yang melahirkannya, dengan taruhan nyawa. Dan aku yang rela menukar pekerjaanku, hingga aku rela jauh-jauh terbang ke Turki, itu semua hanya untuk masa depan putraku!! Kamu berbicara seolah kamu lah yang berhak penuh atas putraku, jangan harap Melati!! Karena dimataku, kamu hanyalah WANITA YANG TIDAK TAHU MALU, TIBA-TIBA DATANG DALAM PERNIKAHANKU, DAN MERUSAK RUMAH TANGGAKU!!" tandas Aisyah dengan suaranya yang bergetar, namun penuh penekanan disetiap kalimatnya.
"Baik, keputusan saya sudah bulat!! Saya teruskan jalanya sidang kembali, tentang ajuan gugatan yang ibu Aisyah layangkan!" seru Hakim Ketua.
Perdebatan masih berlangsung, hingga memakan waktu 2 jam lamanya. Dari pihak Aisyah maupun Bagas masih kekeh memperjuangkan hak mereka, dengan pembelaan masing-masing diantara keduanya.
"Saya masih mencintai istri saya, Hakim Ketua!! Saya sebenarnya tidak pernah berpikir, bahwa rumah tangga saya akan berakhir di pengadilan seperti ini!!" ucap Bagas yang akhirnya membuka suara.
"Apa perlu Mediasi terlebih dahulu?" tanya Hakim Ketua.
Aisyah dengan cepat, langsung berkata, "Tidak perlu!! Jika pihak tergugat mempersulit jalanya persidangan, maka saya dengan tega akan membawa kasus ini keranah hukum!!" gertak Asiyah. Wajahnya yang tenang, rupanya semakin membuat kemarahan sang mertua begitu memuncak.
"Bagaimana saudari Bagas??" tanya Hakim Ketua kembali.
Dengan sekali tarikan nafas, Bagas memejamkan mata sekejab. Oksigen yang dia hirup saat ini benar-benar hilang entah kemana, hingga membuatnya sulit sekali, walau hanya sekedar bernafas saja.
"Baik, saya akan menerima keputusan dari Aisyah untuk berpisah!! Tapi satu hal yang harus semuanya tahu, jika saya bercerai dengan Aisyah Kartika, disaat itu juga saya akan menceraikan istri kedua saya, Melati!!" ujar Bagas dengan menekan kalimatnya.
Tok...
"Untuk jalanya sidang, saya nyatakan telah terputus hubungan suami istri antara saudari Aisyah Kartika, dengan saudari Bagas Pangarep Basalamah!!" putus Hakim Ketua dalam rumah tangga Aisyah.
Melati yang mendengar keputusan suaminya, sontak menahan kesal atas perbuatan Bagas didepan umum. Secara tidak langsung, Bagas telah menginjak harga dirinya dihadapan keluarga Aisyah.
** **
"Maaf pak Dava, hari ini anda diminta untuk menggantikan bu Aisyah mengajar!! Beliau sedang cuti satu hari," seru bu Winda, yang baru saja tiba diruangan rektor muda tersebut.
Dava mengernyit, dia yang hari ini memulai mengajar di universitas tersebut, berharap hari pertamanya akan bertemu dengan sang sahabat. Memulai kisah yang sempat tertunda, berharap bisa kembali menjalin hubungan, walaupun entah seperti apa nantinya diakhir.
"Maaf bu, kalau saya boleh tahu, bu Aisyah cuti masalah apa ya?!" sopan Dava setelah bangkit dari duduknya.
"Bu Aisyah hanya bilang, katanya sedang berada dipengadilan pak Dava!! Masalah apa saya kurang tahu," balas Winda yang juga belum tahu mengenai perceraian rekanya itu.
Dava hanya mengangguk, "Kalau begitu saya permisi dulu, pak Dava. Mari!!" pamit Winda kembali.
Setelah kepergian Winda, Dava kembali duduk menggeser kursi yang terdengar berderit keras, memecah keheningan yang saat ini terjadi didalam ruanganya, dengan pikiran yang berpaju hebat, ada apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. Dava kembali hanya untuknya. Rela menempuh jalan yang diikuti Aisyah, hanya berharap dapat menjaganya kembali, seperti waktu semula.
'Apa yang terjadi dengan Ara? Aku harus segera mencari tahu, setelah ini!!' Dava terdiam, entah kenapa pikiranya menjadi cemas, akibat memikirkan sahabatnya itu.
Sementara didalam ruangan fakultas, mahasiswa terutama wanita-wanita sudah tampak heboh, karena pagi ini dia akan bertemu langsung dengan rektor muda, sebagai pengganti dosenya sementara.
Ceklek..
Pintu terbuka dari luar, dan dapat mereka lihat, seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap. Tatapanya tajam bak seekor elang yang sedang mengintai mangsanya.
"Mir, tuh rektor ganteng banget, behhhh!!" lirih Dinda, dengan satu pandangan lurus kedepan.
Mira sang sahabat hanya mendesah pelan, karena teman barunya itu selalu sama, jika melihat pria tampan mana saja.
"Hah!! Kebiasaan tuh mata!! Tapi Din, kalau menurut gue ya, tetepan ganteng mas Bastian secara maksimal!! Udah ganteng, dewasa, mapan lagi. Duhh....wanita mana mas, yang nantinya berhasil meluluhkan hatimu. Adek Mira yang cantik ini juga mau kok, jadi beban hidupmu!!" gumam Mira tersenyum genit, berkhayal dengan pikiranya sendiri.
Dinda menganga, tidak habis pikir jika temanya segenit itu dengan sang kakak, "Heh, sadar-sadar!! Lo itu masih anak bau kencur, mana ada mas gue tertarik dengan bocah ingusan kaya lo!" kekeh Dinda pelan, sembari menyenggol lengan Mira.
"Heh kalian berdua yang duduk dibelakang, harap diam jika kelas saya sedang berlangsung!!" tegur Dava kearah meja Dinda dan Mira, "Dan untuk semuanya, saya hanya mau mengingatkan, jika berada dikelas saya, tidak ada yang boleh bercanda, telat, ataupun membuat kegaduhan!! Saya tidak segan-segan memberi surat peringatan, jika kalian melanggar kelas saya. Paham semuanya!!" Seru Dava menjelaskan, dengan wajah yang begitu dingin.
"Baik pak!!" jawab semua mahasiswa.
Dava memulai kelasnya dengan sangat tenang, tanpa ada para mahasiswa yang gaduh sedikit pun. Kurikulum yang diberikan begitu jelas diterima oleh para anak didiknya, walaupun dia baru pertama memulai kelasnya.
"Hai, kamu yang duduk dibelakang memakai atasan bewarna putih, siapa namamu??" tegur Dava kembali kearah Mira.
"Saya Mira, pak!!" jawab Mira yang mulai cemas.
"Iya kamu Mira, maju kedepan, coba presentasikan kurikulum yang saya jelaskan tadi!!" perintah Dava tanpa ekspresi.
'Duh, mati gue!! Mana gue nggak tahu lagi!' batin Mira, seakan hidupnya akan berakhir dihadapan rektor baru tersebut.
"Pak, bisa diganti saya saja, nggak??" ucap Dinda sambil mengangkat tangan, setelah berdiri.
Dava memicing, "Saya tunjuk yang namanya, Mira!! Mau dia bisa atau tidak, silahkan cepat maju kedepan!!" balas Dava yang sudah bulat keputusanya.
Pelan-pelan, Mira mulai berjalan kedepan dengan menunduk takut. Dia menarik nafas pelan, mencoba mengusir ketakutan yang saat ini tengah menyelimuti perasaanya.
"Sekarang, pak??" tanya Mira menoleh kearah tempat duduk Dava.
Dava hanya mengangguk, "Iya, ayo mulai!!"
Namun, sebelum mempresentasikan tugasnya, netra Mira sempat memicing kearah layar laptop yang tengah menyala dihadapan sang rektor. Ada sebuah foto wanita cantik berjilbab, yang tengah tersenyum manis, duduk dengan anggun sambil memegang sebuah gitar.
'Bukanya itu foto, yang sama digunakan bu.....'
"Ayo cepat, kok malah melamun?!" tegur Dava kembali, yang berhasil memecah batin mahasiswanya.
"Ah iya, baik-baik pak!!" jawab Mira tersadar.
Mira langsung memfokuskan pikiranya, dan memulai tugasnya dihadapan semua teman-temanya.
Selang beberapa menit, kelas Dava sudah berakhir. Rektor muda itu sudah keluar dari kelas, sehingga para mahasiswa dapat bernafas dengan lega.
"Eh Din, ada yang aneh tau ngga disini!!" ucap Mira, yang mencoba memfokuskan pandangan sahabatnya.
"Apaan sih, Mir!!"
"Tadi, pas gue presentasi kedepan, gue sempet lihat di layar laptopnya pak Dava, masak dia memakai wallpaper fotonya bu Aisyah, Din!! Aneh tau nggak!!" jelas Mira dengan wajah antusias.
Degh..
Dinda seketika menoleh terkejut, membolakan mata tidak menyangka dengan ucapan dari sahabatnya barusan.
Hubungan?? Apa benar yang dikatakan Mira barusan?? Dia tidak mungkin akan diam, jika orang yang dicintai sang kakak, malah dikagumi juga oleh pria lain. Dinda sudah bertekad akan mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.
pantes awal dava mau jodohin mereka kok gk sreg bnget gk dpt chemistry ternyata kluarga franda bgitu jahat. franda juga jd wanita knp gk nyari tau atau bgaimana nelan mentah mentah omongan bpk ibunya.
mknya tega memisahkan anak nya dng suaminya. semoga dpt karma ortu franda itu.
muak bnget anaknya dah dpt laki baik mlh di pisahkan.
si Dava juga aneh mlh mau jodohin dng Bagas gk kasian apa dng Harsa kl bgini. jd sahabat hrse Dava gk cm dngerin satu pihak hrs dua belah pihak. Berati yg korban Harsa di sini korban keserakahan ortu franda.
sungguh ironis rela misahin anak demi dpt besan kaya raya.
semoga franda dan Harsa bersatu lagi krn kl franda dpt laki kaya cm pingin harta dan tahta saja.
ortu gila harta tu ortu franda.
semoga franda tau kebenarannya kl itu ulah ortunya dan bisa rujuk dng Harsa kasian korban fitnah ortu franda biar mereka pisah.
tanpa mikirin anak dan cucu. obsesi ortu gila ya bgini.
Lebih baik kl yg franda dan Harsa bisa rujuk krn sebetulnya mereka korban ortu franda.