Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiarasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31 : memutuskan resign
Selama bekerja di rumah ini Lea pintar menyembunyikan kehamilannya, tidak ada satupun orang yang tahu mengenai anak yang dia kandung. Sekarang usia kandungannya sudah memasuki bulan keempat, sebentar lagi perut ini akan terlihat jelas.
Selama tiga bulan Lea selalu memakai pakaian longgar, mungkin karena tubuhnya yang kecil jadi tidak begitu terlihat dengan bentuk perutnya. Nanti lama kelamaan perut ini akan membesar, takutnya dia akan mendapat masalah di rumah ini.
Lea memutuskan untuk resign, Lea melangkah sambil membawa satu amplop yang berisi surat pengunduran diri sebagai art. Dia tidak mau satupun orang yang tahu mengenai bayi yang dia kandung, apalagi bayi ini adalah anak dari majikannya.
"Permisi Bu boleh saya masuk." ucap Lea yang tiba-tiba berada di pintu kamar Amel, di kamar terdapat Amel dan juga Rev sedang membahas pekerjaan.
"Masuk aja Lea." timpal Amel, wanita itu masuk dengan membawa amplop berwarna coklat. Rev yang melihat kedatangan Lea mengerutkan kening saat wanita itu seperti membawa sesuatu.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan pada saya, Lea?"
Lea memberanikan diri untuk menatap Amel, tetapi dia ragu untuk bicara karena di satu sisi ada Rev di kamar Amel.
Amel tersenyum, "Tidak masalah Lea kamu bicara aja, lagian Rev tidak akan memberitahu ke siapapun."
Lea menghela nafas panjang sebelum memberikan amplop coklat yang berada di tangannya, setelah mendapat keberanian Lea memberikan amplop coklat tersebut. Amel menatap bingung, bingung saat Lea tiba-tiba saja memberikan sebuah amplop coklat.
Dia membuka amplop tersebut dan ternyata isinya surat pengunduran diri, "Kenapa kamu mau mengundurkan diri sebagai art di rumah saya. Apa selama ini kamu tidak nyaman bekerja di rumah saya? Atau gaji yang saya berikan kurang buat kamu."
Lea dengan cepat menggeleng, "Bukan itu Bu. Tapi saya memiliki orang tua di kampung, saya harus menjaga mereka dan juga adik-adik saya. Saya memutuskan mengundurkan diri bukan masalah nyaman atau gaji, saya takut terlalu lama meninggalkan orang tua saya."
"Apalagi orang tua saya sudah tidak muda lagi, maka dari itu saya harus menjaganya beserta adik-adik saya."
Rev awalnya sempat terkejut dengan ucapan Lea, tapi dia tidak mungkin menghalangi wanita ini. Lea berhak pulang dan membantu orang tuanya di kampung.
"Baiklah, saya menerima pengunduran diri kamu. Terima kasih kamu sudah mau bekerja di rumah saya, maaf saya sudah merepotkan kamu Lea."
Lea tersenyum lalu menggeleng, "Tidak Bu, ibu tidak merepotkan bagi saya. Malah saya senang bisa bekerja di sini, saya seharusnya yang berterima kasih berkat ibu dan keluarga ibu saya bisa bekerja di sini."
"Jadi kapan kamu akan pulang ke kampung halaman kamu?" tanya Amel yang kini menatap Lea.
"Besok pagi Bu." jawab Lea.
"Baiklah, nanti saya minta Rev untuk mengantarkan kamu ke terminal masalah tiket pulang biar saya saja yang akan membayarnya."
Lea menggeleng, "Tidak usah Bu. Saya sudah beli tiket pulang dari jauh hari, dan tuan Rev tidak usah antar saya ke terminal. Karena saya akan pulang bersama dengan teman satu kampung saya yang bekerja di kota."
"Ya sudah kalau itu mau kamu saya tidak bisa memaksa kamu. Saya harap kamu baik-baik aja selama perjalanan pulang, saya berharap kamu bisa kembali bekerja lagi di sini." kata Amel, Lea menjawab dengan senyuman canggung.
Dia tidak mungkin kembali, ia sudah memutuskan untuk menghilang dari keluarga ini dan mengurus anak yang ada di kandungannya.
***
Besok paginya Lea dibantu oleh satpam dan juga Rev untuk membawa koper yang sudah disiapkan oleh Lea dari semalam. Lilian merasa kehilangan, walau dia sangat membenci wanita itu tapi dia tidak bisa membenci orangnya.
Lea banyak membantu dirinya, mulai dari masalah percintaan dan masalah yang lain. Rasa benci yang ada di lubuk hatinya sudah terkikis, lama kelamaan kebencian ini sudah tidak ada lagi yang ada rasa sayang seperti dirinya menyayangi Rev.
Lilian tidak berani mengungkapkan rasa sayangnya, karena dia terlalu gengsi untuk mengungkapkan semuanya. Kali ini Lilian merasa tidak terima kalau wanita itu pergi dari rumah ini.
Lea menatap Amel, Lilian, Imelda. Mereka semua pada menatap kearahnya, sebelum pergi Lea datang menghampiri semuanya.
"Saya pamit Bu. Maaf selama saya bekerja di sini selalu merepotkan ibu dan merepotkan kalian semua."
"Kamu sama sekali tidak merepotkan saya Lea, malah saya senang bisa bertemu dengan kamu." tutur Amel dengan tulus.
Lalu Lea menatap Lilian, "Maafin saya Lian. Saya tahu kamu membenci saya selama saya datang sampai sekarang, tapi nanti kamu akan mulai terbiasa tanpa saya dan kamu sudah tidak membenci saya lagi."
Entah kenapa Lilian sangat terharu dengan perkataan Lea, wanita muda itu segera memeluk Lea dengan erat. Saking eratnya dia tidak berani melepaskan pelukannya.
Selesai berpamitan Lea pergi menuju mobil, semua koper dan barang lainnya sudah dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang, membuat mereka semua menatap kepergian Lea.
Selama perjalanan Lea memilih diam, dia sama sekali tidak berani mengatakan apapun sampai mobil tersebut sampai di terminal. Lea turun dari mobil sambil melangkah menuju bagasi untuk mengambil koper dan barang lainnya.
"Terima kasih pak."
"Sama-sama. Hati-hati di jalan jangan lupa kabari saya kalau kamu sudah sampai."
"Ya pak." Lea membawa tas kecil sedangkan dua koper dibantu oleh supir.
Lea masuk ke dalam mobil jurusan ke kampung halaman saat dua koper sudah masuk, Lea duduk dibangku dekat jendela ia melamun sambil menatap kearah depan.
Bus tujuan Lea sudah jalan, sedangkan ada satu pria yang melamun di teras depan sambil menatap kamar yang biasanya ditempati oleh Lea. Kamar itu sudah kosong, tidak ada lagi suara indah dan suara tawa dari wanita itu.
Baru sehari wanita itu pergi ia sudah merasa kehilangan, apa begini rasanya kehilangan seseorang yang amat berarti dalam hidupnya. Tapi kenapa? Kenapa ada yang aneh di dalam hidupnya, apa ia sedang jatuh cinta dengan wanita itu. Kenapa bisa? Selama ini dia menggunakan Lea untuk menghancurkan ayahnya, tapi kenapa saat wanita itu pergi ada yang aneh dalam hidupnya.
"Satu hari kamu pergi saya sudah merasa kehilangan kamu Lea. Gimana dengan nasib saya selanjutnya, apa saya bisa melupakan kamu." batin Rev yang melamun dengan menatap kearah depan rumah.
Langit malam yang sunyi sangat mendukung, begitupun dengan Lea. Wanita itu sudah tiba di kampung halamannya, sekarang wanita itu sedang duduk melamun di pinggir pintu menatap langit malam.
"Nak kamu kenapa melamun di depan gak baik anak perempuan di depan sendirian." ucap seorang wanita yang datang menghampiri Lea, wanita itu menoleh dan menatap sang ibu yang ikut duduk di sebelahnya.
"Ada apa nak, kamu ada masalah?" ucap sang ibu yang tahu permasalahan anak perempuannya.
Lea tersenyum, "Tidak ada Bu. Lea hanya merindukan suasana kampung, dan Lea kangen masa-masa Lea bekerja di kota."
"Nak, kamu belum menjawab pertanyaan ibu loh. Kenapa kamu balik ke kampung, apa ada masalah sama pekerjaan kamu sampai kamu memutuskan untuk pulang ke kampung?" lontar sang ibu, Lea tidak berani mengatakan yang sebenarnya.
Dia takut nanti ibu dan bapaknya marah, apalagi saat ini dia lagi mengandung apa orang tuanya akan menerima anak ini atau malah mengusirnya.
Melihat anak perempuannya tidak menjawab ia menyentuh pundak Lea, "Tidak apa-apa kalau kamu belum mau cerita sama ibu dan bapak. Ibu akan menunggu kamu siap untuk bercerita, lebih baik kamu ngomong dari sekarang jangan dipendam nanti kamu sakit."
"Ya Bu." wanita itu masuk setelah bicara dengannya, Lea kembali melamun menatapi nasibnya.
Apapun yang terjadi dia sudah menerima resikonya, apalagi dengan para tetangga. Harusnya ia tidak memutuskan untuk pulang, tapi mau gimana lagi ini satu-satunya cara untuk menghindar dari keluarga Arkan.
Lea menyentuh perutnya dengan lembut, "Maafkan bunda ya nak. Maaf nantinya kamu akan mengalami kesulitan bersama bunda, bunda akan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk kamu."