Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Di ruangan Anila dan Babon masih melihat. Tapi saat itu ada kejadian dimana Babon terkenal ilusi yang mempengaruhi mentalnya. Di saat Anila menyadarkannya Babon tampak marah karena tidak tahu apa yang terjadi. “Lihat di guci yang kamu lihat ada serangga. Aku tebak serangga ini bisa membuat kita masuk ke dalam ilusi mental. Kalau kamu tidak kuat dengan bau ini,”ucap Anila sedikit menjelaskan.
“Tapi ini serangga apa?,”ucap Babon yang tidak pernah melihatnya. Anila yang juga tidak tahu hanya bisa menggelengkan saja.
“Kurasa tempat ini berbahaya ya. Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi dari sini,”kata Babon lagi dengan tubuh takut dan merinding.
“Pergi kemana. Kamu tidak tahu saat kamu terpengaruh orang serangga itu. Pintu yang kita lewati sudah tertutup kembali. Lihat di belakang kamu, jadi kita mau pergi kemana?,”kata Anila dengan santai.
“Apa bagaimana bisa. Kalau begitu kita tidak bisa keluar dari sini dong,”ucap Babon hendak melihat pintunya.
“Percuma saja, lebih baik kita lihat saja lukisan ini. Aku lihat ini berbeda dengan yang diluar sana,”kata Anila yang sudah melihat sebagian dari lukisannya. Babon yang melihat juga berbeda.
“Tapi kenapa banyak sekali ukiran disini ya,”ucap Babon yang bingung.
“Itu mana aku tahu. Kenapa kamu tidak bertanya ke pemilik makam apa maksudnya itu?,”ucap Anila yang sedikit bercanda.
“Kamu gila ya Anila bertanya kepada orang mati,”kata Babon yang berdiri disampingnya juga melihat ukiran gambar yang tampak berbeda dari setiap tembok.
Di sisi lain Harits yang berjalan didepan mereka menyusuri jalan yang dilewati oleh Anila sebelumnya.”Hai kamu kenapa kamu terlihat gelisah. Apa kamu khawatir dengan kawan kamu yang bersama dengan bos kami,”ucap tentara. Tapi Harits sama sekali tidak membuka mulut hingga dia berhenti.
“Hai kamu dengar tidak ucapakanku,”ucap tentara yang merah bahu Harits setelah dia berhenti. Harits segera menoleh ke tentara yang menyentuh bahunya dan menatap tajam. Membuat tentara itu segera mundur.
“Lihat ini ada lukisan di sini,”ucap tentara lain yang melihat kedepan. Salah satu dari mereka mengambil lukisan itu. Harits yang sudah melihat dengan seksama kembali berjalan.
Di sisi lain kelompok Baki yang juga melewati jalan yang sebelumnya dilakuI Anila setelah dia datang. Mendapatkan lorong lain yang satu arah mereka segera berjalan hingga mereka berhenti karena merasaan ada serangga didepan mereka.
“Ada apa?,”ucap Belisama kepada anak buahnya yang berhenti didepannya.
“Bos kurasa didepan sana ada sekumpulan semut berwarna. Kita tidak bisa melangkah lebh lanjut lagi,”ucap tantara.
“Bukan masih ada bubuk itu. Kita lemparkan saja ke arah mereka,”ucap Belisama yang tidak perduli dengan bahaya yang datang.
“Belisama sebaiknya kita mundur dulu dan membuat rencana. Jangan kegabah ini adalah semut berwarna,”kata Baki yang menasehati.
“Ok kita mundur,”ucap Belisama yang mendengarkan kata dari Baki.
“Kalian gunakan kamera kecil ini untuk melihat situasinya dilorong,”ucap Belisama. Tentara itu mengambil pesawat kecil yang sudah diberikan kamera di pesawatnya. Mereka mengendalikan pesawat dengan jarak jauh. Disaat pesawat sudah melewati lorong Belisama dan Baki melihat loronya. Sementara Bani dan Hanan melihat di belakangnya.
“Bukan ini sangat banyak jumlahnya,”ucap Hanan yang melihat melalui layar yang terhubung dengan kamera pesawatnya.”Coba kamu lihat lebih jauh sampai mana semut berwarna ini akan ada,”kata Belisama. Pesawat terus maju ke depan hingga mereka melihat semut berwarna yang bersarang di lorong itu membuat mereka tidak bisa berkata.
“Kurasa kita kembali ke lorong yang tadi,”ucap Hanan.
Belisama yang tidak percaya kalau lorong itu sudah di huni semut berwarna semuanya. Semetara itu disisi lain Anila dan Babon yang sudah mengumpulan informasi ukiran gambar di dinding. Segera duduk untuk mencari jalan keluar. Di dalam Babon yang melihat sikap tenang Anila membuat dia penasaraan.
“Ada apa, kalau ada yang ingin kamu tanyakan katakan saja. Tidak usah melihat aku seperti itu, membuat aku tidak nyaman,”ucap Anila sambil menggambar beberapa dena selanjutnya dari ukiran lukisan di dinding.
“Aku merasa kamu ini seperti sudah pengalaman saja datang ke sini,”ucap Babon.
“Ini yang kedua kali aku masuk makam. Ini juga bukan karena keinginan aku masuk ke sini. Tapi karena keterpaksaan untuk mendapatkan informasi,”ucap Anila yang telah selsai membuat dena selanjutnya.
“Apa baru dua kali. Anda jangan berbohong kepada saya Anila. Itu tidak mungkin. Anda terlihat sudah terbiasa dengan kondisi ini,”ucap Babon yang sama sekali tidak percaya dengan Anila.
“Itu terserah kamu percaya atau tidak. Sekarang bantu aku mencocokan gambar yang sepert puzel ini,”kata Anila. Babon berdiri dengan arahan Anila semua gambar yang terlihat tidak cocok segera dipindahkan oleh Babon. Setelah selesai ada pergerakan membuat pintu lain terbuka.
“Wah aku tidak sangka ada mekanis seperti ini,”ucap Babon. Anila segera berjalan masuk lebih dulu di ikuti oleh Babon. Setelah mereka masuk pintu kembal tertutup membuat mereka berdua menoleh bersama. Di ruangan itu tampak aneh berbeda dari sebelumnya ada lukisan tapi hanya satu tapi ada juga dua patung yang saling berhadapan.
“Anila lihat ini ada peti di sini. Apa kita bisa membukanya,”ucap Babon yang melihat dengan seksama ukiran peti yang sangat rapi dan hati-hati.
“Sebaiknya kamu jangan menyentuh peti mati itu,”ucap Anila melihat lukisan didepan peti mati.
“Kenapa tidak membukanya, bukan ini tujuan kita datang ke sini?,”ucap Babon.
“Itu karena peti mati yang kamu lihat itu bukan pemiliknya,”kata Anila.
“Apa bukan pemiliknya. Lalu peti siapa ini,”ucap Babon yang datang ke arah Anila yang mengambil gambarnya.
“Kalau dari lukisan di dinding ini bisa jadi peti ini seorang wanita,”ucap Anila yang tidak tahu pasti siapa dia.
“Wanita apa peti ini adalah istri dari sahabat itu,”ucap Babon. Anila hanya menggelengkan kepalanya karena dia juga tidak tahu. Tapi Babon yang penasaran ingin sekali membukanya.
“Jangan berpikir untuk membukanya. Bagaimana kalau itu adalah sekumpulan serangga,”kata Anila. Babon mendengar itu tidak jadi untuk membukanya.
Di sisi lain Harits yang sudah sampai di ujung jalan hanya melihat ke kanan dan kirinya.”Di sini tidak ada apa-apa sebaiknya kita kembali saja,”ucap tentara. Tapi Harits masih tidak perduli malah dia menemukan ubin yang membuka pintu rahasianya. Semua tentara melihat dinding ubin bergerak sedikit waspada. Harits melihat sudah terbuka semua segera masuk kedalam melihat isi ruangannya.
Tapi saat semua masuk ke dalam Harits yang tidak terkenal oleh ilusi dari serangga itu berjalan ke arah ukiran batu dinding. “Kamu periksa di ruangan ini dengan hati-hati,”ucap tentara. Segera mereka berkeliling ada salah satu dari mereka yang tertarik dengan guci di tengah. Harits yang menyadari itu segera berkata,”Jangan sentu guci itu.”
Tapi waktu tidak tepat salah satu tentara menyentuh guci itu membuat beberapa serangga muncul dari tempat guci diletakan. Semua terlihat waspada. Apa lagi saat itu juga pintu keluar sudah tertutup kembali. Mereka terkunci didalam ruangan. Tapi apa yang akan terjadi setelah itu?.