NovelToon NovelToon
Sang Pelindung (Volume 1)

Sang Pelindung (Volume 1)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lotzer

Pada Volume pertama novel ini menceritakan tentang seorang pria biasa yang tewas ditembak oleh sekelompok preman karena berusaha melawan mereka.

Setelah Pria itu tewas dia dipanggil oleh seorang dewi, karena sang Dewi itu merasa terharu karena pria itu tewas dengan cara yang mulia dia memberikan kesempatan kedua kepada pria itu untuk hidup.

Karena tekadnya yang mulia itu sang dewi memberi pria itu sebuah kekuatan sebelum pria itu bereinkarnasi ke dunia yang berbeda, lalu setelahnya sang dewi mereinkarnasi jiwa pria itu ke tubuh seorang bayi yang baru lahir dari pasangan bangsawan yang memiliki tingkat terendah.

Dan dari sinilah kisah pria itu kembali dimulai.

CATATAN : PROSES REVISI BARU SAMPAI BAB 2

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lotzer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Desa Melvil

Setelah Sanchia dan ayahnya saling melepas kerinduan ayah Sanchia melihat ke arah Alaric yang sedang berdiri diam tepat di belakang Sanchia.

"Sanchia siapa anak itu?, apakah teman barumu?" Tanya ayah Sanchia.

Sembari menengok ke arah Alaric Sanchia berkata "tidak ayah, dia adalah anak dari Baron Melvil yaitu Baron Alaric." Jawab Sanchia.

Seolah terkejut dengan jawaban Sanchia ayah Sanchia dengan segera menundukkan kepalanya lalu memberi salam kepada Alaric.

"Selamat siang Baron, senang bertemu dengan anda!" Sapa ayah Sanchia.

"Selamat siang!" Balas Alaric.

"Saya merasa terhormat disambut langsung oleh Baron Alaric, tapi untuk apa anda datang ke sini?, apakah untuk menyambut kedatangan saya?" Tanya ayah Sanchia.

"Ayah, sekarang aku bekerja sebagai pengawal Baron Alaric, saat aku berkata bahwa aku ingin menyambut kedatangan ayah Baron Alaric dengan senang hati mau ikut bersamaku." Potong Sanchia.

"Benarkah begitu, nak?" Tanya ayah Sanchia.

"Ya itu benar!" Potong Alaric.

"Ngomong-ngomong siapa nama anda?" Tanya Alaric.

"Oh maaf, perkenalkan namaku adalah Firmin." Jawab ayah Sanchia.

"Salam kenal paman Firmin!" Ujar Alaric seraya mengulurkan tangannya.

"Oh iya, salam kenal Baron Alaric!" Balas Firmin sembari menjabat tangan Alaric dengan senang hati.

"Oh, bagaimana jika Baron Alaric ikut kami ke rumah?, warga-warga di sana pasti akan sangat senang bertemu dengan anda." Usul Firmin.

"Baiklah, ayo kita berangkat!" Balas Alaric.

"Let's Go!" Celetuk Sanchia sembari mengangkat tangannya.

"Let's Go? Apa itu Sanchia?" Tanya Firmin dengan ekspresi bingung.

"Reaksi Firmin sangat mirip dengan Sanchia saat pertama kali Sanchia mendengar aku berkata Let's Go." Gumam Alaric.

"Let's Go itu artinya ayo, Baron Alaric sendiri yang memberitahuku." Jawab Sanchia.

"Oh begitu, Let's Go!" Seru Firmin sembari mengangkat tangannya.

"Let's Go!" Sahut Sanchia sembari mengangkat tangannya juga.

"Kenapa jadi gini dah?" Tanya batin Alaric.

Setelah percakapan panjang itu Alaric, Sanchia, dan Firmin berjalan meninggalkan area tembok perbatasan lalu menuju ke arah pemukiman tempat tinggal Sanchia, selama di perjalanan Sanchia selalu menggandeng tangan Firmin dengan erat sembari mengobrol satu sama lain.

Sanchia terlihat sangat bahagia saat mengobrol dengan ayahnya dan begitu juga dengan Firmin, Firmin terlihat sangat bahagia saat mengobrol dengan anaknya, Alaric yang hanya bisa melihat mereka dari arah belakang hanya bisa ikut tersenyum melihat keakraban ayah dan anak itu.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya mereka telah sampai di sebuah permukiman kecil yang menjadi tempat tinggal Sanchia, Alaric melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa kondisi di pemukim ini terlihat sangat jauh berbeda dengan pemukim yang berada di tengah desa.

Di pemukiman ini hanya ada 5 gubuk kecil nan sederhana yang terlihat berdiri di pemukiman kecil ini, lalu di tengah-tengah pemukiman itu terlihat ada sebuah sumur kecil yang telah menjadi satu-satunya sumber air di pemukiman itu.

Setelah memasuki pemukiman kecil itu secara tiba-tiba Firmin dan Sanchia menghentikan langkahnya lalu menghadap ke arah Alaric sembari menundukkan kepala mereka dan dengan serentak berkata.

"Selamat datang di desa Melvil, Baron Alaric." Sambut Firmin dan Sanchia dengan suara yang cukup keras.

Lalu, beberapa warga sekitar yang mendengar hal itu dengan segera keluar dari gubuk mereka masing-masing, dan dengan pakaian yang terlihat lusuh dan tubuh yang terlihat kurus mereka berjalan menghampiri Alaric dengan tergesa-gesa.

"Desa Melvil?" Tanya Alaric dengan ekspresi bingung.

"Ya, karena Baron Melvil sendirilah yang telah mengizinkan kami untuk tinggal lalu membangun pemukiman kami sendiri di lahan ini, lalu sebagai tanda terima kasih kami menamai pemukiman ini menggunakan namanya." Jawab Firmin.

Kini, beberapa warga terlihat sudah berada sangat dekat dengan Alaric, dari mulai anak-anak, orang dewasa, dan bahkan orang yang sudah tua ikut menyambut kedatangan Alaric.

Para warga itu menyapa Alaric dengan sangat ramah dan hangat, lalu dengan sifat merakyatnya Alaric bersalaman dengan para warga desa itu tanpa terkecuali.

Setelah itu, Alaric, Sanchia, dan Firmin masuk ke dalam tempat tinggal mereka, saat sudah memasuki ruang tamu terlihat ibu Sanchia sedang terduduk di atas kasurnya dengan kondisi yang sedang sakit.

"Selamat datang!" Sambut ibu Sanchia dengan suara yang pelan.

Setelah itu, Sanchia dan Firmin berlari menghampiri ibu dan istri mereka yang sedang terduduk lemah itu dan kemudian mereka semua saling berpelukan.

"Selamat datang Baron, saya adalah ibu dari Sanchia sekaligus istri dari Firmin, namaku adalah Pavia" Sambut ibu Sanchia yang ternyata memiliki nama Pavia sembari menundukkan kepalanya kepada Alaric yang terlihat sedang berdiri diam di depan pintu rumah.

"Terima kasih atas sambutannya, dan salam kenal bibi Pavia" Balas Alaric.

"Maaf karena aku tidak bisa ikut menyambutmu di luar bersama para warga lainnya." Ujar Pavia.

"Tidak masalah, aku bisa memahaminya." Balas Alaric.

Setelah perkenalan itu Alaric dan keluarga Firmin berbincang-bincang di dalam rumah itu dengan cukup lama, di dalam rumah itu Alaric menjelaskan kepada Firmin tentang pekerjaan yang sudah dia berikan kepada Sanchia.

Setelah mendengar hal itu Firmin merasa sangat senang dan merasa bangga kepada anaknya karena sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri.

Apalagi, sekarang anaknya bekerja sebagai pengawal dari anak seorang Baron Melvil yang selama ini dia dan warga desa kagumi.

Setelah berbincang-bincang dengan waktu yang cukup lama Alaric meminta izin kepada Firmin dan keluarganya untuk pamit karena ada urusan yang belum dia selesaikan (walaupun sebenarnya tidak ada).

"Terima kasih atas sambutannya!" Pamit Alaric.

"Terima kasih juga karena telah mau berkunjung ke pemukiman yang kumuh ini, baron!" Balas Firmin sembari menundukkan kepalanya.

Setelah itu Alaric berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, saat Alaric sudah berada tepat di belakang pintu keluar dan hendak membukanya terlihat Sanchia berlari menghampiri Alaric.

Alaric yang menyadari akan hal itu dengan segera menoleh ke arah Sanchia yang berada tepat di belakangnya lalu bertanya kepada Sanchia "Ada apa Sanchia?" Tanya Alaric.

"Aku adalah pengawalmu, dan aku pikir pekerjaanku belum selesai." Jawab Sanchia.

"Khusus hari ini kamu hanya perlu bekerja setengah hari, walaupun begitu kamu tetap mendapatkan upah." Ucap Alaric sembari mengambil satu buah koin perak yang berada di kantungnya.

"Ini upahmu." Sambung Alaric sembari memberikan koin perak itu kepada Sanchia.

Pada waktu yang bersamaan wajah Firmin dan Pavia terlihat sangat terkejut karena kebaikan Alaric, setelah itu dengan kompak mereka berdua berkata "Terima kasih Baron!" Celetuk mereka berdua sembari tersenyum.

"Baiklah kalau begitu, Terima kasih." Tutur Sanchia.

Total koin milik Alaric sekarang adalah : 28 koin perak.

Setelah itu Alaric keluar dari tempat tinggal Firmin lalu berpamitan dengan para warga lainnya, dannsetelah itu Alaric berjalan pergi meninggalkan desa Melvil.

Saat sedang berjalan Alaric terpikir tentang sesuatu, "aku terpaksa berbohong kepada orang tua Sanchia untuk segera pergi agar Sanchia memiliki waktu yang lebih banyak bersama keluarganya" Gumam Alaric.

"Dan sekarang aku malah bingung sendiri karena tidak tahu akan melakukan apa." Tambahnya.

Namun, saat sedang berjalan secara tiba-tiba Alaric menghentikan langkahnya, sepertinya sebuah ide baru saja terbesit di kepalanya.

"Oh, Aku baru ingat!" Celetuk Alaric seraya mencabut Wakizashi yang berada di pinggangnya, sembari memandangi Wakizashi miliknya Alaric berkata.

"Aku baru saja membelinya, sayang jika tidak dipakai." Ujar Alaric. lalu, senyum jahat terlihat dari wajahnya.

1
Aegis Aetna
iya bener masa boong
Aegis Aetna
iya lu udah mati, malah nanya.
Aegis Aetna
iya bang, mending ke isekai aja sh kalo kata gw mah
Aisyah Suyuti
seru
MR: Terima kasih Kak, mohon maaf jika masih terdapat banyak kata-kata atau kalimat yang masih sulit untuk dipahami /Pray/
total 1 replies
Jackie chen
Ini chapter terbaik sih menurut gw
MR: Gk main film?
total 1 replies
Vemas Ardian
crot😭 astaghfirullah
MR: Serigala : aku crot...
total 1 replies
Agung M
Di awal agak ngebosenin tapi makin kesini makin menarik ceritanya
MR: Terima kasih telah membaca /Pray/
total 1 replies
Agung M
Lanjut Thor
MR: Ditunggu ya ka, Terima kasih /Pray/
total 1 replies
Yoihoi Yoi
Tapi itu malam
MR: segera bang
Hioshi: revisi ulang
total 3 replies
MR
Terima kasih telah membaca /Coffee/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!