Pada hari pernikahannya, Naiya dengan kesadaran penuh membantu calon suaminya untuk kabur agar pria itu bisa bertemu dengan kekasihnya. Selain karena suatu alasan, wanita dua puluh lima tahun itu juga sadar bahwa pria yang dicintainya itu tidak ditakdirkan untuknya.
Naiya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencananya. Namun siapa sangka bahwa keputusannya untuk membantu calon suaminya kabur malam itu malah membuatnya harus menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.
Tanpa Naiya ketahui, calon kakak iparnya ternyata memiliki alasan kuat sehingga bersedia menggantikan adiknya sebagai mempelai pria. Dan dari sinilah kisah cinta dan kehidupan pernikahan yang tak pernah Naiya bayangkan sebelumnya akan terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roseraphine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Tidak Pantas
Pagi harinya, Naiya terbangun ketika mendengar sayup-sayup suara gemericik air di kamar mandi. Wanita dua puluh lima tahun itu mencoba mengumpulkan kesadarannya perlahan. Netranya membulat sempurna dan langsung bangkit dari tidurnya begitu saja ketika melihat jam telah menunjukkan pukul enam pagi.
Ya Tuhan! Pekerjaannya semalam belum selesai dan sekarang ia kesiangan.
Matanya menelusuri setiap sudut ruangan dan melihat laptopnya yang tergeletak di atas nakas. Ia juga baru menyadari jika tubuhnya masih mengenakan selimut. Keningnya mengernyit heran. Seingatnya semalam ia tertidur begitu saja ketika sedang menyelesaikan pekerjaannya dan menunggu Shaka pulang.
Klek!
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Naiya menoleh dan mendapati Shaka yang telah selesai mandi. Pria itu keluar hanya menggunakan bathrobe. Air yang masih menetes dari rambutnya yang setengah basah itu membuat Naiya terpaku beberapa saat. Tingkat ketampanan pria itu bertambah berkali-kali lipat.
Sedangkan Shaka yang merasa dirinya sedang ditatap oleh Naiya itu sontak menoleh.
"Eh!"
Seakan langsung tersadar ketika ditatap oleh Shaka, bukannya menunduk atau mengalihkan pandangan, Naiya malah berlari menuju ke arah Shaka membuat pria itu keheranan.
"Ngapain kamu?"
"Kak aku minta maaf, pekerjaan yang kamu kasih kemarin belum selesai," ucap Naiya dengan raut wajah bersalah.
"Belum terlalu saya butuhkan," sahut Shaka datar. Pria itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke walk in closet untuk berpakaian.
Sedangkan Naiya hanya terperangah mendengar jawaban dari Shaka. Kalau belum terlalu dibutuhkan, kenapa pria memberinya deadline sebelum tengah malam?
"Tapi bukannya kamu kemarin bilang kalau sebelum tengah malam harus sudah selesai, ya?" tanya Naiya menghentikan langkah Shaka dengan berdiri di hadapannya.
"Lebih cepat lebih baik, kan? Udahlah minggir! Saya mau ganti baju!" usir Shaka dengan enteng menyingkirkan tubuh Naiya yang menghalangi langkahnya.
Naiya yang mendengar kata baju seketika melupakan perihal pekerjaan dan langsung teringat bahwa baju Shaka kemarin belum ia cuci dan setrika.
"Tapi baju kamu belum aku cuci, Kak."
Shaka menghela napas lelah, "Kamu pikir baju saya cuma satu?"
"Tapi kan-"
"Diam atau saya tinggal?!"
"Tinggal?" gumam Naiya bingung. Namun beberapa saat kemudian wanita itu sadar bahwa harus mendampingi Shaka di acara seminar yang diadakan jam sembilan pagi nanti.
"Kita berangkat bareng, Kak?" tanya Naiya dengan raut wajah tak percaya.
"Menurut kamu?" jawab Shaka cuek. Malas sebenarnya meladeni Naiya yang menurutnya lemot dan banyak tanya.
Naiya masih diam dan tak menyangka bahwa Shaka mengajaknya berangkat bersama.
"Tiga puluh menit gak siap, saya tinggal kamu!" lanjutnya lalu berlalu dari hadapan Naiya untuk berganti pakaian.
Mendengar itu Naiya langsung tersadar dan segera mempersiapkan diri. Saking terburu-buru, wanita itu tak sengaja terpeleset di kamar mandi yang kebetulan masih licin hingga pelipisnya sempat terbentur wastafel.
"Aduh," ringis Naiya. Tangannya refleks mengelus bagian yang terasa sakit itu. Saat melihat ke kaca, untungnya tak ada luka yang serius.
Tak pedulikan rasa sakitnya, Naiya segera mandi dan bersiap karena hanya memiliki waktu tiga puluh menit saja. Mana dirinya juga belum melaksanakan ibadah subuh.
-oOo-
"Ganteng, ya? Sampai gak kedip matanya. Hahahaha...."
Candaan yang dilontarkan Regan membuat Naiya sontak menoleh ke arah pria itu. Dirinya sedari tadi hanya fokus menatap Shaka yang tengah berbicara di hadapan para audiens yang memenuhi hampir seluruh ruangan ini.
"Maksudnya, Kak?" tanya Naiya pura-pura tak mengerti. Namun Regan dapat melihat jelas jika wanita itu sedang salah tingkah.
"Shaka emang sesempurna itu. Apalagi sebelum berubah jadi ngeselin kaya sekarang," sahut Regan. Mencoba mengingat jauh masa-masa ketika bersama sahabatnya beberapa tahun yang lalu.
Naiya hanya diam dan kembali menatap ke depan. Terlanjur malu karena tertangkap basah sedang menatap Shaka dengan penuh kagum.
"Sampai teman-temannya di kampus dulu lebih penasaran siapa jodoh Shaka daripada jodoh mereka sendiri."
Ucapan Regan yang mungkin terkesan berlebihan itu tak membuat Naiya heran. Sosok pria yang sedang menjadi pusat perhatian di depan sana memang benar-benar terlihat sempurna.
Caranya berbicara, menjelaskan, serta menanggapi berbagai pertanyaan dari puluhan pebisnis muda yang ada di ruangan ini terlihat sangat berwibawa. Apalagi wajah yang terlihat tampan dilihat dari segala sisi itu membuat orang-orang pasti terpukau tak terkecuali Naiya sendiri
Wajah serius dan tegas yang sekejap berubah menjadi sesuatu yang terlalu indah untuk dilewatkan ketika senyuman itu datang. Namun sayang, Naiya tak pernah mendapatkan keindahan tersebut tertuju padanya.
"Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang Pak Shaka bagikan di waktu dan tempat yang spesial ini. Dapat kita lihat para audiens sangat puas dan mengagumi anda. Apalagi prestasi anda yang disebutkan di awal tadi benar-benar sangat menginspirasi yang lain. Sekali lagi terima kasih atas kehadirannya di acara spesial kali ini."
Suara pembawa acara yang terdengar menggema di ruangan mewah yang kebetulan bertempat di salah satu hotel Keluarga Pranata itu disusul oleh tepuk tangan meriah dari orang-orang di dalamnya.
Acara yang bertajuk International Business Seminar dengan tema "Business Challenge in The Digital Era" tersebut berhasil membuat seorang Arshaka Reynand Wijaya menjadi sorotan publik dalam sekejap. Namanya seketika naik di berbagai platform media sosial hingga membuat orang-orang berdecak kagum.
Tak sedikit para direktur dari perusahaan-perusahaan lain yang hadir di sana juga ingin menjalin kerja sama hingga menawarkan putri-putri cantik mereka yang tentunya tak akan menolak bila berhasil membuat seorang Arshaka meminangnya. Padahal mereka tahu bahwa kenyataannya pria itu telah beristri.
"Selamat siang, Pak Shaka," sapa seorang pria paruh baya dengan wanita cantik di sebelahnya. Mereka menghampiri Shaka setelah acara tersebut selesai dan dilanjutkan dengan acara makan bersama yang telah disediakan.
"Perkenalkan saya Irwan, Direktur Utama dari perusahaan Laksmana Karya. Dan ini putri saya Zara," lanjutnya.
"Salam kenal Pak Irwan dan juga Zara," Shaka membalas jabatan tangan kedua orang tersebut membuat wanita yang bernama Zara itu menatap Shaka malu-malu.
Mereka akhirnya berbincang bersama membahas masalah bisnis dan perusahaan. Tak jarang, wanita bernama Zara itu berusaha mencari perhatian Shaka. Tatapan genitnya membuat Regan yang sedang duduk bersama Naiya tak jauh dari situ merasa ingin mual melihatnya.
"Baru aja kemarin ditempelin ulat bulu. Eh, sekarang datang lagi ulat bulu yang lain," cibir Regan.
"Maksudnya, Kak? Ulat bulu?" tanya Naiya tak mengerti. Kenapa pria di sampingnya ini tiba-tiba membahas ulat bulu.
"Tuh, gatel banget sama suami Lo!"
Naiya mengalihkan pandangannya ke sosok yang ditunjuk oleh Regan. Ternyata yang dimaksud pria itu adalah Zara yang sedang berbincang dengan Shaka bersama seorang pria paruh baya. Terlihat jelas, bahwa wanita sedari tadi tersenyum malu-malu menatap Shaka.
"Karena saya sudah tua dan ingin beristirahat dari dunia bisnis, mungkin dalam beberapa waktu ke depan putri saya ini yang akan mengambil alih jabatan saya Pak Shaka. Jika kerjasama kita bisa terlaksana, mohon dibimbing ya putri saya," ucap Irwan yang tentunya dapat didengar oleh Regan dan juga Naiya.
"Dih, dikira Shaka buka bimbel kali!" celetuk Regan tidak suka.
Berbeda dengan Regan yang terlihat kesal, Naiya justru merasa ada yang salah dengan perasaannya. Wanita itu merasa khawatir jika Shaka dan Zara akan sering bertemu dalam beberapa waktu ke depan. Sulit untuk memvalidasi perasaannya saat ini. Apakah ia cemburu?
Namun entah mengapa tiba-tiba Naiya sadar bahwa ia tak pantas bersama dengan Shaka. Banyak hal yang membuatnya tidak percaya diri. Walaupun ia adalah istri sah dari Shaka, tapi pernikahan mereka terjadi karena terpaksa bukan?
Naiya merasa bersalah membuat Shaka terikat dengan pernikahan konyol ini. Pria itu seharusnya bisa mendapatkan pendamping yang lebih pantas dari dirinya, contohnya Zara. Wanita itu memiliki wajah yang cantik, tubuh yang proporsional, calon direktur pula. Naiya kemudian melirik dirinya sendiri yang seperti tidak ada apa-apanya.
Jangan salahkan Naiya yang terlalu insecure, sebab walaupun dirinya berada dari keluarga terpandang, sejak kecil ia tak pernah mendapatkan apresiasi apapun dari papanya. Bahkan hanya hinaan yang keluar dari mulut papanya itu. Anak bodoh, sialan, gak berguna dan masih banyak lagi.
"Nai! Kok melamun?" panggil Regan membuat Naiya sontak tersadar.
"Eh, Iya."
"Pokoknya lo harus bisa buat Shaka jatuh cinta! Dari sekian banyak cewek yang deketin dia, gue cuma restuin lo aja!"
Naiya tertawa mendengar ucapan Regan, "Emang Kak Shaka butuh restu dari kamu, Kak? Lagipula sekarang kita udah nikah."
"Nah, itu dia. Lo sebenarnya udah menang telak karena udah jadi istrinya. Apalagi udah anu. Beh, tambah menang telak itu!" ucap Regan menggebu-gebu.
"Udah anu? Anu maksudnya?" tanya Naiya bingung.
"Masa gatau, sih! itu loh...," Regan mengisyaratkan dengan tangan sesuatu yang ia maksud.
Pipi Naiya memerah malu ketika paham yang dimaksud oleh Regan.
"Kok malu-malu gitu? Berarti fiks kalian udah...," Regan membekap mulutnya sendiri tak percaya. Namun siapa juga yang akan melewatkan kesempatan jika disuguhi cewek cantik dan bening macam Naiya. Halal pula.
"Nggak, Kak!" elak Naiya.
"Halah! Jangan bohong, lo!"
Naiya yang kesal melihat wajah Regan yang terlihat menyebalkan itu seketika menggerakkan tangannya berniat untuk mencubit pria itu.
Regan dengan sigap menghindar lalu menahan tangan Naiya, "Gak kena! Wlee...."
"Kamu nyebelin ya, Kak!"
"Emang!"
Setelahnya mereka berdua malah terlibat perkelahian kecil tidak jelas dengan Regan yang terus mengejek Naiya.
"Tunggu! Itu jidat lo kenapa?" tanya Regan tidak sengaja melihat memar di bagian jidat Naiya. Lebih tepatnya pelipis.
"Hah? Kenapa, Kak?" tanya Naiya bingung.
"Bentar...," ucap Regan lalu menyentuh bagian pelipis Naiya yang terlihat kebiruan.
"Awh!" pekik Naiya.
"Kan, gue bilang juga apa? Kok bisa memar kaya gini?" tanya Regan dengan mengelus bagian yang memar itu perlahan.
Naiya jadi teringat bahwa tadi pelipisnya sempat terbentur wastafel kamar mandi. Perasaan tadi tak ada luka, kenapa sekarang jadi memar ya?
Belum sempat Naiya menjawab, tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang mengalihkan atensi keduanya.
"Ngapain kalian?"
Sontak keduanya langsung menoleh ke arah suara dimana Shaka tengah berdiri dan menatap mereka dengan pandangan tidak suka.
"Kak Shaka?" cicit Naiya.
"Udah selesai, lo?" Regan bertanya dengan nada santai seperti biasanya. Tak menghiraukan tatapan tajam Shaka. Atau memang Regan tak menyadarinya?
Mencoba menetralkan kembali ekspresinya, Shaka beralih menatap keduanya bergantian lalu berjalan pergi begitu saja setelah mengucapkan sebuah kalimat perintah.
"Kita pulang sekarang!"
-o0o-
Ciyee cemburu ehm ┌(・。・)┘♪
.
.
To be continued