Sebelum membaca perhatikan umur, ya!
21+
Mantan Tapi Menikah??
Kok bisa?
Meskipun hubungan asmara Marvel dan Celine sudah berakhir, tapi mereka memutuskan tetap menikah. Marvel terpaksa menikahi Celine hanya karena mewujudkan permintaan nenek. Tidak ada yang tahu kalau Marvel dan Celine menikah di atas perjanjian yang tidak tertulis. Hanya satu tahun, sebab Marvel masih menunggu wanita lain yaitu Jeny.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon violla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTM 29- Dekapan Hangat
29
"Kau yakin mau tidur satu ranjang denganku? Apa kau lupa kalau aku ini pria normal?" Marvel membawa bantal miliknya ke ranjang empuk yang sudah dua minggu ini ia relakan untuk ditiduri Celine. Ranjang berukuran besar itu bergoyang saat Marvel terlentang di atasnya. "Aku merindukan tempat ini." Marvel memejamkan mata.
Celine menelan ludah. Kata pria normal membuat bulu halus di tubuhnya merinding, sebagai seorang wanita dewasa Celine tentu tahu kemungkinan apa yang bisa terjadi di antara mereka. Dua orang dewasa yang berlainan jenis tidur di atas satu ranjang mustahil tidak melakukan apapun.
"Jangan melewati batas pemisah ini." Celine meletakkan guling di antara mereka. "Aku tidak mau kau mengambil kesempatan, awas saja kalau kau berani melanggarnya."
Celinen seperti bicara sendiri, ia tidak tahu ntah sejak kapan Marvel terlelap. Ingin rasanya Celine mengecek suhu tubuh Marvel, tapi Celine takut pria itu marah karena merasa terganggu. Akhirnya dengan penuh waspada ia tidur memunggungi Marvel.
.
.
.
.
Mungkin, Ace di kamar yang membuat tubuh Marvel menggigil, hingga pukul 11 malam ia terjaga dan langsung mematikan Ace tersebut, tapi ia masih kedinginan juga. Sementara permukaan kulitnya terasa panas.
"Kenapa aku bisa panas dingin begini?" Marvel membuka piyama tidur yang kemudian ia buang sembarangan, ia berharap cara ini bisa mengembalikan suhu tubuhnya seperti semula, tapi saat melihat wajah Celine hatinya menjadi panas juga. Wanita itu tidur memeluk guling menghadapnya.
"Dia pasti sengaja menggodaku. Ku akui kau cantik tapi mulutmu ini cerewet sekali." Tanpa sadar Marvel menyentuh rambut halus yang menutupi sebagian wajah Celine, ia selipkan di balik daun telinganya, kini Marvel leluasa menatap wajah Celine yang masih putih, bersih padahal tidak dipoles make up.
Marvel menelan ludah kasar saat jemari nakalnya menyentuh permukaan bibir Celine, seperti apa rasanya? Maniskah?
"Kenapa aku sangat ingin menciumnya? Kalau seperti ini kepalaku bisa pusing berkali lipat." Marvel melirik bagian bawah yang tiba-tiba mengeras. "Bahkan, dia pun bangun. Kau memang pria yang normal, Marvel. Bukan kau yang salah kalau sampai menciumnya."
Ntah hantu mana yang mendekatkan wajah Marvel ke wajah Celine, bibir merah bak buah chery itu menjadi titik fokus Marvel, tubuh yang menggigil mulai mencari kehangatan. Sekedar menempel pun jadi lah, pikirnya. Tapi....
"Ehmmm...."
Celine menggeliat, Marvel langsung memejamkan mata dan kembali ke posisi semula.
"Kenapa kami bisa saling berhadapan? " ucap Celine setelah membuka mata, ia terkejut melihat Marvel bert*lanjang da da.
"Jangan-jangan dia mau mengambil kesempatan, tapi Marvel belum menyentuhku 'kan?" Celine meraba piyama tidurnya ternyata tidak ada benih kancing yang terbuka.
"Syukurlah."
"Sepertinya dia menggigil, tapi kenapa malah buka baju?" Celine meletakkan telapak tangan di kening Marvel, ia panik karena Marvel tidak baik-baik saja. Marvel benar-benar sakit dan dirinya lah penyebabnya. Sudah tengah malam Celine mengurungkan niatnya menghubungi dokter, ia tidak mau mengganggu tidur semua orang yang ada di rumah terutama nenek. Tadi saja nenek sangat panik melihat Marvel basah kuyup dan sekarang ntah apa yang akan terjadi kalau nenek tahu Marvel sakit seperti ini.
Celine turun dari tempat tidur langsung mengompres kening Marvel. Da da bidang Marvel membuat pipinya panas. Diakui Celine kalau Marvel memiliki bentuk tubuh yang atletis dan itu yang membuat semua wanita tergila-gila padanya.
"Apa yang aku pikirkan?" Ia menggelengkan kepala. "Kompres ini tidak bisa menurunkan panas. Sudah tau tidak bisa hujan-hujanan tapi kenapa tetap menjemputku?"
Cukup lama Celine mondar-mandir di samping tempat tidur, ia memikirkan cara lain untuk menurunkan panas Marvel. Tidak ada cara lain selain melakukan metode skin to skin dan itu artinya Celine harus memeluk Marvel tanpa memakai baju.
"Tidak, aku tidak harus melakukan itu. Apa kata Marvel nanti? Tapi, sekarang tidak ada cara lain. Aku tidak bisa mengabaikan dia."
Celine cukup lama berfikir, besok pagi sebelum Marvel bangun ia harus sudah memakai bajunya dan pura-pura tidak melakukan apapun. Ya, itu ide yang bagus.
Celine membuka satu per satu kancing piyama yang ia pakai hingga akhirnya piyama tidur warna hitam itu sudah lepas dari tubuhnya, kemudian ia naik ke tempat tidur.
"Jangan bangun," ucap Celine lirih, guling yang tadi menjadi batas mereka ia geser di bawah kakinya, kini Celine nyaris tanpa jarak.
"Kau tidak boleh sakit, jangan sakit. Aku harap metode ini bisa sedikit membantu."
Sudah tidak ad jarak diantara mereka, Celine memeluk Marvel erat, bahkan kulitnya pun terasa hangat.
Marvel dibuat terkesiap dengan tindakan Celine. Dekapan hangat Celine mampu membuat ia merasa lebih tenang, namun tidak dengan sesuatu di bagian bawah yang masih memberontak minta untuk dilepaskan.