NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Giok Abadi 2

Gerbang Aula Harta Sekte Giok Abadi menjulang setinggi dua puluh meter, terbuat dari paduan Emas Ungu dan dikunci oleh formasi Sembilan Kunci Naga. Biasanya, tempat ini adalah area terlarang mutlak, simbol kejayaan yang tak tersentuh. Namun hari ini, gerbang itu terbuka lebar, menganga seperti mulut raksasa yang menyerah tanpa syarat kepada penakluknya.

Di pelataran depan, ratusan murid inti dan puluhan Tetua Agung Sekte Giok Abadi berdiri dengan kepala tertunduk. Wajah mereka, yang biasanya penuh arogansi kultivator tingkat tinggi, kini tampak layu seperti pedagang pasar yang lapaknya baru saja digusur oleh badai.

Tetua Agung Douma dari Lembah Merah berdiri di samping Quan Huaxi, matanya berbinar rakus menatap pintu emas itu. Kakinya gatal ingin melangkah masuk. Napasnya memburu seperti serigala yang mencium bau daging segar di tengah musim dingin.

"Tetua Agung Lu," kata Bao Zuan, Ketua Sekte Giok Abadi, dengan suara serak yang menyedihkan. Dia membungkuk dalam, menyerahkan sebuah token giok kunci dengan tangan gemetar. "Ini adalah akses penuh ke seluruh lapisan gudang harta kami. Kami... kami memohon belas kasihan Anda, Tuan Muda. Sisakanlah sedikit fondasi... setidaknya agar sekte ini tidak bubar besok pagi."

Lu Changzu mengambil token itu, memutarnya di antara jari-jarinya yang lentik dengan ketangkasan seorang pesulap. Dia tidak menatap Bao Zuan, melainkan menoleh ke arah kerumunan di belakang sang Ketua Sekte, matanya mencari satu sosok spesifik.

"Nona Lin Yuwen," panggil Lu Changzu lembut, namun suaranya membelah kerumunan seperti pisau panas membelah mentega. "Berhenti bersembunyi di balik jubah ayahmu. Itu tidak sopan bagi seorang tuan rumah."

Lin Yuwen tersentak. Wajahnya pucat pasi, matanya liar seperti rusa yang terpojok di ujung tebing.

"Maju ke sini," perintah Lu Changzu, mengulurkan tangan kirinya. "Aku butuh pemandu wisata yang cantik. Berjalan sendirian di tumpukan harta dingin itu membosankan. Aku butuh kehangatan."

"TIDAK! JANGAN SENTUH DIA!"

Lin Chen, ayah Yuwen, melangkah maju. Aura King Tahap 4-nya meledak karena insting melindungi anak yang putus asa. Matanya merah, urat lehernya menonjol.

"Tetua Lu! Kau Iblis!bukannya kau sudah menghancurkan pondasi kultivasinya, Kau sudah menghinanya di pesta Kaisar! Kau sudah mengambil harga diri sekte kami! Jangan sentuh putriku! Ambil hartanya, jarah semuanya, tapi biarkan dia pergi! Dia sudah cukup menderita!"

Lu Changzu berhenti memainkan token itu. Dia menatap Lin Chen. Senyum di wajahnya tidak hilang, tapi suhu di pelataran itu turun drastis hingga embun beku muncul di pilar-pilar emas, membuat napas semua orang mengeluarkan uap putih.

"Lin Chen..." bisik Lu Changzu, nadanya seperti guru yang kecewa pada murid bodoh.

BOOOOM!

Lu Changzu tidak bergerak satu inci pun. Dia hanya melepaskan aura aslinya.

Aura King Tahap 1 miliknya, yang telah ditempa oleh Tribulasi dunia tianyun dan Dark Universe Body, memiliki kepadatan massa yang setara dengan bintang neutron yang runtuh.

Tekanan itu bukan angin. Itu gravitasi mutlak.

"UGH!"

Lin Chen merasa seolah-olah langit runtuh menimpa pundaknya. Tulang lututnya berderit keras—suara patahan yang mengerikan—sebelum dia dipaksa berlutut menghantam lantai marmer.

"PUAH!" Darah segar menyembur dari mulutnya, mewarnai jubah putihnya menjadi merah.

Para Tetua Agung Sekte Giok Abadi (Emperor Tahap 1 dan 2) yang berdiri di dekatnya ikut terhuyung mundur, wajah mereka memucat. Kaki mereka gemetar menahan insting untuk bersujud.

"Bagaimana bisa?!" batin Tetua Agung Pertama, matanya terbelalak horor. "Dia hanya King Tahap 1! Kenapa tekanannya membuat Jiwa Emperor-ku gemetar ketakutan?! Ini bukan aura manusia... ini aura bencana alam!"

Lu Changzu berjalan mendekati Lin Chen yang berlutut, menepuk pundak pria paruh baya itu pelan, seolah sedang menenangkan anjing yang gonggongannya terlalu keras.

"Ayah mertua... jangan terlalu emosional. Simpan darahmu," Lu Changzu tersenyum miring. "Tekanan darah tinggi tidak baik untuk kultivasi. Kau akan membutuhkannya untuk menggendong cucumu nanti. Aku hanya mengajak putrimu jalan-jalan, bukan membawanya ke pelelangan budak."

Lu Changzu kemudian beralih ke Yuwen yang gemetar hebat di samping ayahnya yang gemetaran. Dia tidak kasar. Dengan gerakan yang sangat elegan, dia melingkarkan lengannya di pinggang ramping Yuwen, menyalurkan aliran energi hangat yang menstabilkan jiwa wanita itu yang hampir runtuh karena teror.

"Ayo, Sayang," bisik Lu Changzu di telinganya, napas hangatnya membuat bulu kuduk Yuwen berdiri. "Dunia menunggumu. Jangan buat takdirmu menunggu."

Yuwen tidak bisa menolak. Tubuhnya mengkhianati ketakutannya, bergerak sendiri dipandu oleh dominasi mutlak pria di sampingnya. Mereka berjalan menuju gerbang emas yang menganga.

Saat Lu Changzu melangkah masuk, Tetua Douma tidak bisa menahan diri lagi. Keserakahannya mengambil alih akal sehatnya. Dia melangkah maju dengan semangat berapi-api, kantong penyimpanannya sudah tergenggam erat di tangan.

"Tunggu aku, Tuan Muda!" seru Douma girang, air liurnya hampir menetes. "Saya akan membantu Anda memilah sampah dari emas! Tangan tua ini sangat cepat dalam hal menyapu rak! Saya janji tidak akan mengambil lebih dari sepuluh persen!"

Namun, langkah Douma terhenti mendadak.

Sebuah dinding udara tak kasat mata namun sekeras berlian menghalanginya tepat di depan pintu gerbang. Lu Changzu tidak menoleh, tapi tangan kirinya terangkat sedikit ke belakang, memberi isyarat berhenti.

"Tunggu di luar, Douma," suara Lu Changzu terdengar tenang namun mutlak, bergema di kepala Douma. "Ini kencan pribadi. Orang ketiga dilarang masuk."

Douma terpaku. Wajahnya yang penuh antusiasme berubah menjadi kekecewaan yang mendalam, seperti anak kecil yang dilarang masuk toko permen tepat di depan pintu.

"T-tapi Tuan Muda..." Douma memelas, menatap tumpukan harta yang berkilauan di dalam sana. "Harta itu... mereka memanggil saya... Bau giok kuno itu... baunya seperti surga..."

Douma hendak memaksa menerobos dinding udara itu, putus asa karena takut tidak kebagian harta. Namun, sebuah tangan yang berat dan panas mendarat di bahunya.

Quan Huaxi mencengkeram bahu Douma, menahannya di tempat.

"Tenanglah, Tetua agung Douma," suara Quan Huaxi rendah dan bijaksana, penuh wibawa Emperor Tahap 9.

"Tapi Ketua!" protes Douma, menunjuk ke dalam dengan tangan gemetar. "Lihat itu! Ada Pedang Roh Sembilan Awan! Ada Pil Nirwana! Jika Tuan Muda mengambil semuanya, apa sisa untuk kita?! Kita datang jauh-jauh hanya untuk jadi penjaga pintu?!"

Quan Huaxi tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya melihat ketidaksabaran bawahannya. Dia menarik Douma mundur beberapa langkah.

"Douma, Douma... kau masih melihat Tuan Lu dengan mata manusia biasa," bisik Quan Huaxi, matanya menatap pintu tertutup itu dengan pemujaan fanatik.

"Pikirkanlah. Tuan Lu , menghancurkan Kapal Perang Iblis seolah itu mainan. Apakah kau pikir dia peduli pada emas dan permata fana di dalam sana?"

Douma terdiam, mencerna kata-kata itu. Dia teringat bagaimana Lu Changzu menjadikan tulang jari kuno Entitas Tingkat 5 sebagai bagian dari tubuhnya sendiri. "Maksud Ketua?"

"Dia masuk ke sana bukan untuk menjarah recehan," lanjut Quan Huaxi yakin. "Dia mencari sesuatu yang bisa mengubah takdir. Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata rakus kita. Apa pun yang dia tinggalkan nanti... percayalah, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatmu muntah kekenyangan."

Mendengar itu, api keserakahan di mata Douma mereda. Dia menghela napas panjang, lalu mengangguk. "Ketua benar. Saya... Saya terlalu picik. Saya akan menjaga pintu ini dengan nyawa saya."

Douma berbalik, menatap tajam ke arah Bao Zuan dan para tetua Giok Abadi. Dia melampiaskan kekesalannya pada mereka.

"HEI KALIAN! KENAPA MASIH BERDIRI?!" bentak Douma. "Siapkan teh terbaik kalian! Dan pijat kakiku! Menunggu Tuan Muda menjarah harta kalian adalah pekerjaan yang melelahkan!"

Di Dalam Aula Harta.

Cahaya ribuan permata penerangan menyala otomatis saat mereka masuk. Pemandangan di dalam sungguh menakjubkan. Rak-rak yang menjulang sampai ke langit-langit dipenuhi dengan artefak kuno, gulungan teknik, dan botol-botol pil yang memancarkan aroma obat ribuan tahun.

Namun, Lu Changzu tidak langsung menjarah. Dia melepaskan pinggang Yuwen, lalu bersandar santai di sebuah rak berisi pedang pusaka.

Yuwen mundur, punggungnya menabrak dinding dingin. Napasnya memburu.

"Apa... Apa yang kau inginkan dariku, Iblis?" desis Yuwen, air mata menggenang di matanya. "Kau sudah menghancurkan masa depanku. Kau membunuh sepupuku. Kau menghancurkan ayahku. Apa lagi? Kau mau membunuhku? Silakan! Bunuh aku dan akhiri mimpi buruk ini!"

Lu Changzu menatapnya dengan tatapan menilai, seperti seorang kolektor melihat barang antik yang retak namun berharga.

"Membunuhmu? Itu pemborosan sumber daya yang vulgar," jawab Lu Changzu tenang. "Kau memiliki Akar Spiritual Es Mendidih. Mutasi langka. Sayang sekali jika hanya berakhir sebagai mayat dingin di dalam peti."

Lu Changzu melangkah mendekat, mengurung Yuwen dengan kedua tangannya di dinding.

"Aku menginginkanmu, Yuwen. Seluruhnya. Tubuhmu, jiwamu, bakatmu, dan kebencianmu. Aku ingin kau menjadi milikku."

Mata Yuwen membelalak. "Kau... Kau gila! Aku bersumpah akan membantumu menjarah tempat ini asalkan kau melepaskan Keluarga Lin! Tapi menyerahkan diriku padamu?! Jangan harap! Aku lebih baik mati!"

"Kau tidak punya posisi tawar, Nona Lin," Lu Changzu mendekatkan wajahnya, matanya menatap bibir Yuwen. "Dan kau tidak akan mati. Kau akan hidup, dan kau akan menyukainya."

Dia mencium bibir Yuwen.

Bukan ciuman romantis. Itu adalah ciuman penaklukan. Ciuman yang menuntut kepatuhan. Yuwen mencoba memberontak, memukul dada bidang Lu Changzu, tapi tubuh pria itu sekeras baja ilahi. Perlahan, perlawanannya melemah, digantikan oleh keputusasaan dan dominasi Lu Changzu yang memabukkan.

"Ini baru pemanasan," bisik Lu Changzu, melepaskan ciuman itu. Dia mengusap bibir Yuwen yang bengkak dengan ibu jarinya. "Sekarang, mari kita bekerja. Tunjukkan di mana harta yang sebenarnya."

Mata Lu Changzu berubah. Crystal Universe Eye di mata kanannya berputar.

Pandangannya menembus ilusi kemewahan, memindai struktur energi setiap benda di ruangan itu.

"Sampah... Sampah... Lumayan... Sampah..."

Tiba-tiba, pandangannya terhenti di bagian paling bawah rak berdebu di sudut ruangan. Sebuah benda yang tidak memancarkan aura, tergeletak sebagai pengganjal kaki rak.

"Hmm?"

Lu Changzu melambaikan tangan. Rak itu terangkat, dan sebuah Plat Tembaga Hitam melayang ke tangannya.

"Benda seberharga ini dijadikan ganjalan meja? Leluhur kalian benar-benar buta," cibir Lu Changzu.

Dia mengalirkan energi jiwanya ke dalam plat itu. Informasi sejarah kuno membanjiri otaknya.

[Peta Dunia Tianyun Kuno]

• Benua Yanming (wilayah Selatan Planet tianyun).

• Benua Samudra Timur.(posisi tidak diketahui)

• Benua inti bumi.(didalam inti bumi)

• Benua Hutan Kematian Agung.(pintu masuk inti hutan kematian agung)

• Benua Tengah. (Tidak diketahui)

Lu Changzu tertegun. "Hutan Kematian Agung... bukan sekadar hutan? Itu adalah benua tersendiri yang tertutup?"

"Informasi strategis tingkat tinggi," Lu Changzu menyeringai. Dia mengambil cincin penyimpanannya yang biasa dan memasukkan plat itu ke dalamnya. "Dunia ini lebih luas dari yang kukira."

Dia kembali menatap Yuwen. Tanpa peringatan, dia mengangkat tubuh wanita itu, menggendongnya dengan gaya pengantin.

"A-apa yang kau lakukan?!" pekik Yuwen.

"Ke ruang rahasia. Aku mencium aroma herbal ribuan tahun di balik dinding itu," jawab Lu Changzu santai.

Dia menendang dinding palsu di belakang rak. Dinding itu hancur, mengungkapkan gudang rahasia. Di dalamnya, tersimpan Ginseng Darah Naga 5000 tahun, Bunga Roh Sembilan Warna, dan harta botani lainnya.

Lu Changzu tidak sungkan. Dia menyapu bersih.

Swosh. Swosh. Swosh.

Seperempat isi gudang itu lenyap masuk ke dalam cincin penyimpanannya.

"Cukup," kata Lu Changzu. "Sisanya biarkan untuk maskawin."

"Mas...kawin?" Yuwen membeku di gendongannya.

Lu Changzu menatapnya, senyumnya kali ini tulus, namun mengerikan dalam konteksnya.

"Benar. Menjarah itu kasar. Tapi menerima hadiah pernikahan itu legal. Kita akan menikah, Yuwen."

Lu Changzu berjalan keluar dari Aula Harta, masih menggendong Yuwen di depan ratusan pasang mata yang menunggu.

Saat dia muncul dari balik pintu, kerumunan murid sekte yang berkumpul di kejauhan tersentak. Suasana meledak dengan bisikan-bisikan panas.

[Perspektif Murid Laki-laki]

"Bajingan! Dia... dia menggendong Dewi Yuwen!" geram seorang murid inti dengan tangan terkepal. "Siapa yang peduli dia kuat? Dia sombong sekali! Dia memperlakukan Nona Yuwen seperti barang jarahan!"

"Sialan! Aku rela mati asalkan bisa memegang tangan Nona Yuwen sekali seumur hidup, tapi dia menggendongnya seperti karung beras!"

"Langit tidak adil! Kenapa iblis tampan itu mendapatkan segalanya?!"

[Perspektif Murid Perempuan]

"Ya Dewa..." bisik seorang murid perempuan, wajahnya memerah padam melihat Lu Changzu yang berjalan gagah. "Dia tampan sekali... Lihat rahangnya, lihat tatapan matanya yang dingin itu..."

"Kenapa harus Yuwen? Dia sudah gagal sekali! Dia bahkan menangis di pesta kaisar!" sahut murid lain dengan nada cemburu. "Aku lebih bersedia! Lihat aku, Tuan Lu! Aku rela jadi selir ke-sepuluhnya!"

"Auranya begitu dominan... Kalau aku yang digendong seperti itu, aku pasti sudah pingsan karena bahagia. Yuwen wanita yang beruntung di tengah kesialannya."

Lu Changzu mendengar semuanya, namun dia tidak peduli. Dia berhenti di depan Bao Zuan dan Lin Chen.

"Ketua Sekte Bao! Tetua Lin!" suara Lu Changzu menggelegar.

"Saya telah memutuskan kompensasinya. Saya tidak akan mengambil nyawa siapa pun hari ini."

Lin Chen menghela napas lega, namun segera tercekat saat mendengar kalimat berikutnya.

"Sebagai gantinya, saya mengajukan lamaran pernikahan. Saya akan menikahi Lin Yuwen sebagai Istri Kedua (Selir Agung). Dengan ini, Sekte Giok Abadi dan Sekte Lembah Merah akan menjadi... keluarga."

Keheningan melanda pelataran. Para murid menatap dengan iri yang membakar dan kekaguman yang terlarang.

Bao Zuan dan Lin Chen saling pandang. Mereka tahu ini bukan pernikahan. Ini adalah penyanderaan politik. Tapi melihat kekuatan sekte lembah merah... mereka tidak punya pilihan.

"Kami... Kami menerima kehormatan ini," jawab Bao Zuan dengan suara bergetar.

Malam Pernikahan - Paviliun Giok Bulan.

Pesta pernikahan diadakan secara tertutup malam itu juga. Tidak ada tamu luar. Hanya ketakutan dan kepatuhan yang menjadi saksi.

Di dalam kamar pengantin yang dihiasi sutra merah, Lu Changzu duduk di tepi ranjang. Yuwen duduk di hadapannya, mengenakan gaun pengantin tradisional yang memperlihatkan punggung mulusnya.

"Jangan gugup," kata Lu Changzu. "Aku adalah dokter yang baik."

Jari telunjuk Lu Changzu menyala dengan api hitam. Dia mulai mengukir di punggung Yuwen.

Rune Penyatuan Jiwa: Sepasang Phoenix Menari.

"Akhhh..." Yuwen mendesis kesakitan, air mata mengalir di pipinya. "Sakit... panas..."

"Telan ini," Lu Changzu melempar segenggam pil tingkat tinggi.

Mereka memulai kultivasi ganda.

Teknik Gelang Ouroboros Pola Ketujuh: Resonansi Elemen.

Lu Changzu menyatukan keningnya dengan kening Yuwen. Jiwa mereka bertabrakan. Lu Changzu tidak hanya mengambil Yin murni Yuwen. Dia menyalin struktur akar spiritual dan hukum alam di tubuh wanita itu. Dia membedah konsep "Es Mendidih" milik Yuwen menggunakan Crystal Universe Eye, lalu menggabungkannya ke dalam Black Crystal Flame miliknya.

Di sisi lain, Yuwen merasakan gelombang energi maskulin yang brutal namun memulihkan membanjiri tubuhnya yang rusak. Trauma mentalnya ditekan paksa oleh dominasi jiwa Lu Changzu.

"Lebih... kuat..." desah Yuwen tanpa sadar. Kebencian di matanya perlahan kabur, digantikan oleh insting murni untuk mencari kekuatan. Wajahnya memerah padam, air mata kenikmatan mengalir di sudut matanya. "Tuan... Tuan..."

Aura Yuwen meledak.

Master Tahap 1... Tahap 2... Tahap 3...

Master Tahap 4 Puncak.

Dalam satu malam, dia kembali ke puncak kultivasinya yang lama. Dia telah menjadi Pot yang sempurna.

Lu Changzu memejamkan matanya. Di dalam kristal akar spiritualnya, kini terpancar aura es yang menari-nari. Perlahan, es tersebut berubah warna menjadi es hitam transparan—bakat tersalin.

"Atribut Es telah ditambahkan. Api-ku sekarang bisa membekukan waktu dalam skala mikro," analisis Lu Changzu puas, sambil membelai rambut Yuwen yang basah oleh keringat.

Dia tersenyum tipis, teringat wajah Baili Yuzhan dari Sekte Es Abadi.

"Tampaknya tawaran Sekte Es Abadi untuk mempelajari teknik mereka bisa dipikirkan ulang."

Dia melihat Yuwen yang tertidur pulas karena kelelahan ekstrem di sampingnya. Dia menyelimuti wanita itu.

"Tidur yang nyenyak, Istriku. Besok, kau akan bekerja keras untukku."

Balkon Paviliun - Menatap Kekosongan.

Lu Changzu melangkah keluar ke balkon, mengenakan jubah hitam Tetua Agung-nya. Angin malam menerpa wajahnya. Dia menatap ke langit berbintang yang sunyi, namun matanya melihat sesuatu yang jauh lebih luas dari sekadar bintang.

"Keluar," ucapnya datar pada ruang hampa.

ZIIING.

Realitas terbelah. Sebuah celah dimensi terbuka halus, dan dua sosok berjubah putih melangkah keluar. Utusan Alam Atas.

Namun, kali ini, tidak ada arogansi. Tubuh mereka membungkuk dalam postur hormat yang sempurna, bahkan sedikit gemetar.

"Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Muda Lu," kata Utusan Kiri, suaranya merendah. "Kami mohon maaf karena mengganggu malam pertama Anda. Namun, kami datang membawa tanda penyesalan dan... penghormatan dari 'pihak kami' di atas."

Mereka menyerahkan dua benda yang melayang dengan aura agung:

Pedang Hitam "Malam Abadi": Bilahnya tidak memantulkan cahaya, seolah terbuat dari sobekan malam itu sendiri. Senjata tingkat ??? yang ditempa dari meteorit Alam Atas.

Cincin Naga Void Emas: Cincin dengan ukiran naga yang memakan ekornya sendiri, memiliki kapasitas penyimpanan satu juta kali lipat dari cincin biasa. Teknologi Dimensi ke-4 dari Kamar Dagang Bintang Biru.

Lu Changzu menerima hadiah itu tanpa ekspresi berlebihan. Dia memakai cincin Naga Void Emas itu di jari telunjuknya, memindah-mindahkan beberapa barang penting dari cincin lamanya, termasuk Plat Tembaga Hitam tadi.

Setelah hening sejenak, Lu Changzu menatap kedua utusan itu. Tatapannya tidak lagi tajam membunuh, melainkan dalam dan filosofis, seolah sedang mencari jawaban dari teka-teki kuno.

"Kalian..." Lu Changzu memulai, suaranya pelan namun berat. "Kalian berasal dari Alam Atas. Katakan padaku... Seberapa luas sebenarnya tempat yang kita pijak ini? Jelaskan 'apa ada semacam code' kalian."

Utusan Kanan saling pandang dengan rekannya, mengangguk sedikit seolah mendapatkan izin untuk berbicara tentang hal tabu.

"Tuan Muda," Utusan itu maju selangkah, menunjuk ke langit berbintang dengan jari gemetar hormat. "Kosmologi Alam Semesta adalah lautan hirarki yang brutal."

Utusan itu menggerakkan tangannya, menciptakan proyeksi ilusi kompleks di udara malam.

"Pertama, pahamilah kode lokasi kita: 3D-01-81818."

"3D merujuk pada Dimensi Ketiga. Ini adalah kanvas tempat materi fisik dan energi spiritual dasar berada. Tempat kita berdiri sekarang."

"01 merujuk pada Dunia Tingkat 1 (Micro World). Ini adalah kategori terendah dari dunia yang memiliki energi spiritual. Di bawah ini adalah Tingkat 0, dunia tanpa energi, tempat manusia fana hidup tanpa harapan abadi."

"81818... Itu adalah nomor registrasi orbit planet ini, Tianyun."

"Dalam alam 3D terbagi lagi menjadi triliunan sub dimensi yang tidak terhitung,sub dimensi adalah gabungan dari ribuan outerverse 3D"

Lu changzu terkejut,"maksudmu , outerverse yang ukurannya adalah gabungan dari multiverse yang tidak terhitung jumlah nya?"

Utusan itu menarik napas, wajahnya menjadi lebih serius.

"Tepat tuan muda, Tapi itu hanyalah kulit ari, Tuan Muda. Hirarki yang sebenarnya terletak pada Tingkat Entitas dan Dimensi Ruang."

Dia mengangkat satu jari.

"Dunia Entitas Tingkat 2 (Alam Atas), Tingkat 3, dan Tingkat 4... mereka semua berada di dalam spektrum Dimensi Ke-4 (4D). Di sana, waktu bukanlah sungai yang mengalir satu arah, melainkan samudra yang bisa diarungi. Makhluk di sana bisa melihat masa lalu dan masa depan Anda seperti melihat lukisan di dinding."

Dia mengangkat jari kedua.

"Dunia Entitas Tingkat 5... itu adalah pintu gerbang Dimensi Ke-5 (5D). Di sana, probabilitas menjadi mainan. Mereka bisa memanipulasi 'sebab-akibat'. Mereka bisa menghapus keberadaan seseorang dari sejarah hanya dengan keinginan."

"Dan seterusnya... 6D, 7D... hingga mencapai Boundless (Dimensi Tak Terbatas). Tempat di mana konsep 'ada' dan 'tiada' kehilangan makna."

Utusan itu tiba-tiba berhenti. Wajahnya memucat, dan dia menunduk dalam-dalam, keringat dingin membasahi jubah putihnya.

"Dan hanya itu yang boleh saya sampaikan pada Anda, Tuan Muda. Saya tidak punya otoritas lebih. Jika saya mengucapkan satu kata lagi tentang Boundless... hukum alam akan menghapus keberadaan saya seketika. Nyawa saya dipertaruhkan di sini."

Lu Changzu terdiam.

Dia melihat tangannya.

Dia melihat bulan.

Dia merasa... kecil.

Sangat kecil.

Kekuasaan yang dia bangun di Sekte Lembah Merah, ketakutan Kaisar Ming Haobo,ranah emperor... semuanya terasa konyol. Seperti semut yang bangga menjadi raja di atas selembar daun kering yang hanyut di samudra lepas, sementara di atasnya ada elang, pesawat terbang, dan satelit yang mengawasi.

"Hah..." Lu Changzu tertawa kecil. Tawa yang kosong, namun jernih.

Demon Heart (Hati Iblis) yang selama ini memberinya dorongan untuk membunuh, menjarah, dan berkuasa secara brutal... perlahan menjadi tenang. Bukan menghilang, tapi bertransformasi. Api ambisi yang liar itu dipadamkan oleh samudra realitas, menyisakan inti kristal yang dingin dan fokus.

Dari Ambisi Penakluk menjadi Kesadaran Pencari.

"Begitu rupanya," bisik Lu Changzu, matanya menatap jauh menembus bintang-bintang. "Jadi aku hanyalah debu yang bermimpi menjadi badai."

Kedua Utusan itu tersentak. Mereka merasakan perubahan aura di sekitar Lu Changzu. Aura membunuhnya lenyap, digantikan oleh kehampaan yang tenang namun sangat luas.

"Dia... Dia mendapatkan Pencerahan (Enlightenment)?!" batin Utusan Kiri kaget. "Hanya dari penjelasan kosmologi dasar? Bakat macam apa ini?! Jiwanya sedang beresonansi dengan dimensi!"

"Kami tidak akan mengganggu momen pencerahan Tuan Muda," bisik Utusan itu dengan hormat yang mendalam, lalu mereka mundur perlahan dan menghilang ke dalam Void, takut napas mereka akan merusak momen sakral itu.

Lu Changzu berdiri sendirian di bawah langit malam. Jubah hitamnya tidak lagi berkibar liar, melainkan jatuh tenang mengikuti gravitasi.

Dia menutup matanya. Dia tidak lagi merasakan dendam pada Keluarga Lin, atau keinginan pamer pada dunia. Dia merasakan napas alam semesta.

"Semakin besar dunia, semakin kecil manusia..."

Dia membuka matanya. Crystal Eye di kanan memantulkan struktur atom udara. Dark Eye di kiri memantulkan kekosongan di antara atom. Keduanya bersinar dalam harmoni yang sempurna, tidak lagi saling bertarung.

"...Namun hati yang agung membuat langkah kakinya menggema di seluruh langit."

Malam itu, di balkon Paviliun Giok, Lu Changzu tidak lagi sekadar transmigrator yang bertahan hidup dengan trik dan kekejaman. Dia telah menemukan Jalannya. Sebuah Dao yang melampaui konsep baik dan jahat, melampaui iblis dan dewa.

Dao of Void Sovereignty. (Dao Penguasa Kekosongan).

Hatinya tenang seperti permukaan danau di malam hari. Rencananya jernih seperti kristal. Dan langkah selanjutnya bukan lagi tentang menaklukkan sekte demi harta, tapi tentang menelan dunia ini untuk dijadikan batu loncatan menuju bintang-bintang yang sebenarnya.

"Bersambung..."

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!