Cinta Demi Tuhan

Ainun menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Raganya mungkin di kampus, tapi pikirannya melayang entah kemana, membuat Hana, sahabatnya, heran.

"Nun," panggil Hana, mencoba menyadarkan Ainun.

"Eh, iya, gimana?" tanya Ainun setengah kaget.

"Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini banyak ngelamun, suka nggak fokus. Ada masalah?" tanya Hana, cemas.

Ainun terdiam. Bahkan dirinya sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Sejak melihat Gilang makan berdua dengan Renata di warung Mas Aryo, Ainun jadi sering memikirkan hubungan mereka.

"Nun," panggil Hana lagi, melihat Ainun kembali melamun.

"Eh, anu, nggak apa-apa," kata Ainun sedikit tergagap.

"Nggak mungkin, ah. Pasti ada apa-apa. Cerita aja, siapa tau bisa lebih bikin plong," bujuk Hana.

Ainun masih menimang-nimang haruskah menceritakan apa yang dirasakannya kepada Hana. Ainun sendiri bingung jika harus menceritakannya, harus mulai dari mana mengatakannya.

"Nuuun... Sebenernya masalah apa sih, yang bikin kamu sampe gagal fokus gini?" tanya Hana penasaran campur gemas, melihat temannya yang selalu seratus persen, kini hanya sering terlihat lima puluh persen terkadang dibawahnya.

"Mmm... Kamu pernah deket sama cowok, Han?" tanya Ainun akhirnya.

"Deket? Yang kek gimana nih? Soalnya aku kan punya temen masa kecil, cowok juga. Udah kek sodara," tanya Hana meminta detail yang lebih jelas dari Ainun.

"Mmm... Gimana ya? Aku sendiri bingung. Kalo selain temen masa kecil, kamu ada deket sama cowok nggak?" tanya Ainun.

"Deket? Kalo sekedar temenan sih, banyak. Tau sendiri kan dulu aku SMA ikut PA, banyak temen cowok," jawab Hana.

"Kalo yang deket rasa sodara ya cuma sama Rio, temen masa kecil ku itu. Tapi kalo deket yang deket banget gitu nggak ada sih," lanjut Hana.

Ainun terdiam. Hana memang punya banyak temen cowok. Bahkan dalam satu kelas pun Hana bisa dengan mudah bergaul dengan cowok. Tidak seperti dirinya yang selalu memasang jarak ketika ada cowok mendekat.

"Ada cowok yang kamu suka?" tanya Hana kemudian dengan nada berbisik. Mata Ainun membulat.

"Eh? Nggak. Bukan," kilah Ainun. Hana memicingkan mata.

"Siapa, Nun? Temen sekelas kita?" tanya Hana penasaran.

"Apaan? Kan aku udah bilang nggak," Ainun masih coba mengelak.

"Hhh... Tunggu, kalo temen sekelas, keknya nggak ada yang berpotensi menarik perhatian kamu. Berarti bukan temen kuliah. Temen SMA? SMP?" tanya Hana terus menyelidik.

"Bukaaan Hanaaa... Anak suplier aku..." mata Ainun membulat, tak menyangka mulutnya begitu mudah mengatakan hal itu. Hana terkejut.

'Jadi, Ainun lagi jatuh cinta?'

***

"Jadi... Trus gimana?" tanya Hana pada Ainun, setelah kelas berakhir.

"Gimana apanya?" tanya Ainun bingung.

"Ituuu... Anak suplier kamu," jelas Hana. Seketika Ainun menyembunyikan wajahnya yang mungkin tengah merona.

"Cakep? Kok kamu bisa suka?" tanya Hana penasaran.

Ainun masih terdiam. Ainun sendiri tidak tahu mengapa dirinya jadi aneh sejak melihat Gilang dan Renata makan berdua di warung Mas Aryo.

"Nun," panggil Hana yang mulai tak sabar.

"Eh? Oh... Gimana sih? Aku sendiri juga bingung. Selama ini aku biasa aja. Nggak kenapa-kenapa. Tapi, entah mengapa waktu aku liat dia makan berdua sama cewek beberapa waktu yang lalu, aku jadi kepikiran terus," kata Ainun akhirnya.

"Liat dia makan berdua sama cewek? Dia udah punya pacar?" tanya Hana memastikan.

"Naaah itu yang aku nggak tau. Ada hubungan apa antara dia sama cewek itu? Kenapa tiba-tiba makan berdua kalo nggak deket?" kata Ainun. Hana manggut-manggut.

"Mungkin sahabatnya? Temen deket?" Hana coba memberi opsi jawaban untuk pertanyaan Ainun.

"Masalahnya, yang aku tau, cewek itu bukan keduanya. Kalo sahabat ato temen deket, sebelum-sebelumnya aku pasti sering liat keakraban mereka dong. Aku ngeliat dia deket sama cewek itu baru-baru ini," jelas Ainun.

"Dan yang lebih bikin aku bingung, kalo memang mereka punya hubungan spesial, kenapa bisa?" tanya Ainun.

"Lhah? Kenapa nggak bisa?" tanya Hana heran.

"Mereka beda, Haaan," jawab Ainun dengan nada gemas.

"Beda? Beda gimana?" tanya Hana semakin bingung.

"Yaaa... Beda... Beda yang sulit buat sama-sama," jawab Ainun, berputar-putar, membuat Hana mengerutkan alisnya.

"Beda server, Han," kata Ainun akhirnya, membuat mata Hana membulat.

"Bentar, bentar. Jadi, anak suplier kamu itu muslim, lagi deket sama cewek non-muslim. Dan kamu penasaran hubungan mereka apa?" tanya Hana mencoba menyimpulkan apa yang dia tangkap dari cerita Ainun. Ainun mengangguk.

"Ya Allah, Ainun... Yaaa mungkin mereka cuma deket aja. Temenan. Kamu keknya beneran suka sama anak suplier kamu itu. Sampe cemburu gitu dia deket sama cewek lain," kata Hana sambil tertawa kecil.

"Kenapa kamu bisa yakin kalo mereka cuma temenan?" tanya Ainun, masih mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Gilang dan Renata benar-benar tak ada hubungan apapun kecuali teman.

"Mmm... Memangnya ada kemungkinan cowok yang kamu suka itu suka sama cewek beda server?" tanya Hana.

"Kenapa nggak ada kemungkinan? Urusan hati siapa yang tau kan?" jawab Ainun.

"Masalahnya, ada beberapa cowok yang begitu tau kalo mereka beda, mereka udah nggak mau lebih dari sekedar temen. Padahal cowok-cowok itu nggak begitu paham soal agama, malah kadang ada yang solatnya setaun dua kali, tapi begitu deketin cewek, liat-liat dulu basicnya apa," jelas Hana.

"Masa'?" tanya Ainun tak percaya.

"Kamu kan tau aku punya banyak temen cowok. Mereka juga pernah bahas isu tentang cinta beda server. Kebanyakan dari mereka, lebih memilih yang sama, meski kalo diliat secara keseluruhan mereka bukan cowok religius," jawab Hana.

Ainun kembali terdiam. Larut dalam pikirannya. Dia tahu bagaimana Gilang dengan segala background keagamaannya. Gilang selalu aktif dalam organisasi di bidang keagamaan, kuliah di universitas Islam, dan lagi ibunya yang begitu religius.

"Udaaah... Tenang aja. Mereka cuma temenan," kata Hana mencoba menenangkan Ainun yang masih terlihat kalut.

"Kalo kamu sepenasaran itu, kenapa kamu nggak tanya langsung ke dia?" tanya Hana menyarankan.

"Hah? Tanya langsung? Tanya apa?" tanya Ainun, bingung.

"Yaaa... Itu... Apa hubungannya dia sama cewek itu?" jelas Hana.

"Hah? Nggak ah!"

"Kenapa? Kan biar kamu tau dan nggak menduga-duga,"

"Tapi... Tanya langsung?"

Hana mengangguk mantap. Ainun kembali hanyut dalam pikirannya, mencoba memahami saran Hana yang sepertinya tidak mungkin dia lakukan. Tapi, kalau tidak begitu, Ainun juga akan selalu penasaran dengan hubungan Gilang dan Renata.

Dosen mata kuliah selanjutnya sudah memasuki ruangan. Ainun masih terlihat asyik bersama pikirannya. Hana menepuk bahu Ainun, menyadarkannya bahwa kuliah akan segera mulai.

'Haruskah aku bertanya langsung pada Mas Gilang? Tapi... Gimana caranya?'

***

PA : Pecinta Alam