Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.
"Apakah... " Oscar Liu terdiam sebentar. Ia ingin sekali bertanya tanpa terdengar ikut campur, tapi bagaimana caranya?
"Ini masalah personal, " sahut Zoya Amanda."Kau tidak akan mengerti."
"Apakah ibunya tetap memaksa Jelly untuk menikah? "
Melihat Zoya Amanda terperanjat, Oscar Liu cepat- cepat menunduk dan menyesali tindakannya. Ia merasa seharusnya ia tidak bertanya.
"Kau... tahu?"
Oscar Liu menatap Zoya Amanda lagi, lalu pemuda itu mengangguk sekali."Dia pernah mengatakannya. Mungkin setengah, dan aku hanya menyimpulkan."
Kedua tangan Zoya Amanda terangkat menutupi bibir."Astaga."
"Ada apa? " tanya Oscar Liu heran.
"Aku tak percaya dia menceritakannya." Zoya tiba-tiba tertawa."Tentang hobinya, masalahnya... baru kali ini Jelly menceritakan hal- hal semacam ini pada orang lain."
"Sungguh?"
"Ya." Zoya Amanda mengangguk tegas, lalu gadis itu memandang kagum Oscar Liu sambil menambahkan dan berkata."Ku rasa dia menganggapmu istimewa. Aku yakin."
Oscar Liu bergeming.Ia menatap ragu ke arah Zoya Amanda, tetapi enggan berkomentar. Entah kenapa kalimat terakhir gadis itu membuat napasnya sedikit tertahan sejenak.
"Kenapa Jelly?" tanya Zoya Amanda tiba-tiba."Apa kau sudah tahu...siapa Jelly yang sebenarnya?"
Kening Oscar Liu berkerut."Aku tidak mengerti." Ia pun menyipit ke arah gadis itu."Memangnya siapa Jelly?" tanyanya bingung.
Zoya Amanda terlihat salah tingkah, namun gadis itu berusaha tersenyum."Hidupmu dikelilingi banyak gadis, tapi kenapa Jelly?Apakah ada alasan khusus kau mendekatinya?"
"Tidak," sela Oscar Liu cepat. Tanpa menunggu dari jawaban gadis itu, ia tersenyum dan menggeleng."Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Tentu saja ia tidak mungkin memberitahu gadis itu tentang niatnya mendekati Jelly. Baik Jelly maupun Zoya Amanda sudah pasti akan membencinya.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Zoya Amanda kemudian.
"Apakah kau keberatan jika aku meminta nomor HP nya, Zoya?"
*****
Tepat setelah Jelly Putri Wijaya membetulkan letak kanvas pada easel dan mengencangkan bautnya, ponselnya berdering. Ia menatap ponsel yang saat ini menyala di meja dekat jendela, lalu beralih melirik ke jam dinding yang dipajang di atas ranjang.
Sudah pukul dua belas malam, pikirnya. Siapa lagi yang menghubunginya kalau bukan Benjamin Huang?
Tidak peduli, Jelly kembali mengaduk cat pada palet dengan kuas angle nya. Ia membuat garis tipis pada pinggiran sketsa bunga-bunga dandelion di taman luar yang menantinya akan dihiasi manik-manik dan...
Tiba-tiba Jelly Putri Wijaya meletakkan palet di nakas dekat easel nya dengan jengkel dan berjalan untuk menghampiri ponselnya yang masih berdering. Ia harus mematikan ponselnya sekarang juga.
"Nomor asing," gumam Jelly Putri Wijaya yang cepat mengerutkan kening. Ia tidak ingin langsung untuk ia menjawabnya,"Mungkin suruhan Ben, tapi..." Jelly Putri Wijaya menggeleng- geleng dan menekan tanda reject. Ia menaruh ponsel itu lagi di meja.
Tapi sekali lagi, ponselnya berdenting. Kali ini bunyi pesan WA masuk. Jelly membuka kotak pesan WA nya dan matanya segera melebar.
Tenanglah, aku bukan tunanganmu yang bipolar.
Ha! Sepertinya Jelly Putri Wijaya tahu siapa pemilik nomor asing ini. Tepat ketika ponselnya berdering lagi, Jelly Putri Wijaya segera menjawabnya.
"Apa? " katanya tanpa basa- basi.
"Aku bisa melihatmu memberengut dari sini."
Jelly Putri Wijaya segera menoleh ke jendela dan menemukan Oscar Liu berdiri menghadapi jendela apartemen mewah, di seberangnya. Pemuda itu telah mengangkat sebelah tangan ke arahnya.
"Kau pasti mendesak Zoya Ananda sahabatku untuk mendapatkan nomor hpku," Jelly Putri Wijaya pun melengos.
"Ya, beruntung usahaku membuahkan hasil."
Jelly Putri Wijaya memutar mata.Ia duduk di bibir jendela ketika melihat Oscar Liu duduk di meja depan lobi apartemen mewah itu
"Kau melukis apa hingga selarut ini?"
"Aku bisa melukis apapun hingga pagi, kalau kau itu merasa ingin tahu," kata Jelly Putri Wijaya ketus. Ia masih tidak mengerti kenapa laki-laki itu harus meneleponnya."Kau sendiri kenapa belum tidur?" tanyanya tanpa minat.
"Kita memiliki banyak kesamaan."
"Dan apa maksudnya?"
"Aku bisa mengarang lagu hingga subuh."
"Ya, benar," sahut Jelly Putri Wijaya tidak peduli dan kemudian bergeming. Lagi-lagi otaknya berputar, mengingat gadis misterius yang dilihatnya bersama Oscar Liu petang tadi.Sebetulnya ia ingin sekali ingin menanyakan tentang hal itu, tapi tentu saja Jelly Putri Wijaya tidak mungkin melakukannya.
"Bagaimana pertemuan dengan ibumu?"
"Kita bisa membahasnya lain kali."
"Apakah dia tetap mendesakmu menikahi... Oh, dear. Kau pasti kecewa aku melupakan nama laki-laki yang menjadi tunanganmu."
"Dia bukan lagi tunanganku," sergah Jelly Putri Wijaya cepat."Dan namanya Ben."
"Ah, dari caramu menyebut namanya kau sepertinya masih merindukannya."
"Aku akan mematikan telepon kamu sekarang."
"Hei- Hei, oke. Aku hanya bercanda." Oscar Liu pun terdengar tertawa.
Jelly Putri Wijaya meringis."Kenapa kau harus selalu menggangguku malam- malam?"
"Lampu kamarmu masih terang benderang."
"Bukan hanya kamarku.Orang-orang di Hongkong ini memang senang membiarkan lampu kamar mereka menyala pada malam hari.Mereka senang sekali di perhatikan."
"Well, itu bisa berbahaya."
"Memang.Tapi kalau boleh jujur, satu-satunya orang yang paling berbahaya menurutku untuk saat ini adalah kau."
Oscar Liu tertawa lagi."Kenapa kau selalu berpikiran negatif kepadaku?"
Jelly tidak menjawab.
"Dengar, aku tidak tahu seburuk apa pertemuanmu dengan ibumu sehingga kau enggan menemuiku. Tapi sebagai teman yang baik, aku berkewajiban untuk menghiburmu malam ini."
Jelly Putri Wijaya membuka mulut hendak bertanya, namun suara Oscar Liu kembali terdengar.
"Jangan matikan teleponmu."
Jelly Putri Wijaya mengintip Oscar Liu di kejauhan. Laki-laki itu meletakkan ponselnya di meja, lalu menaruh violin di pundaknya.
"Oscar, apa yang kau lakukan?"
"Sssh,jangan bersuara. Aku saat ini memakai mode loudspeaker sekarang. Ini salah satu lagu Andy Lau yang kusukai:Setiap orang bisa menjadi nomor satu. Ku harap kau menyukainya."
Jelly Putri Wijaya bergeming dan menanti. Tiba-tiba kedua alisnya terangkat begitu mendengar suara gesekan busur pada senar violin Oscar Liu. Entah bagaimana, gesekan lirih itu memanggil debar jantungnya.Dan Jelly Putri Wijaya yakin jantungnya memang sempat berhenti untuk berdetak. Mau tak mau, Jelly Putri Wijaya yang gugup mencengkram hpnya sendiri lebih erat. Ia hanya bisa mematung dan menyimak permainan violin Oscar Liu yang begitu lincah membawakan lagu semangat.
Sesekali ia mengintip laki-laki itu menggesek violin di kejauhan.Astaga! Bulu kuduk Jelly Putri Wijaya pun meremang ketika tempo musik itu meningkat. Jelly menelan ludah ketika degup jantungnya, lagi-lagi, berdebar beberapa kali lebih cepat dari biasanya.
Pandangan Jelly Putri Wijaya mulai menerawang.Dan Oscar Liu benar-benar musisi mengagumkan. Ya, walaupun terkadang sikapnya begitu menyebalkan, walaupun laki-laki itu sering penasaran pada setiap masalahnya, walaupun laki-laki itu sering tersenyum dan membuat Jelly Putri Wijaya nyaris tersedak, dan walaupun...
"Kau menyukainya, Jelly? "
Pertanyaan itu menyadarkan lamunan Jelly Putri Wijaya.Gadis itu menoleh ke arah Oscar Liu yang saat ini sudah tersenyum kepadanya.Ia tidak perlu lagi menjawab, Oscar Liu bisa melihat Jelly yang telah mengangguk kecil.
"Perasaanmu lebih baik sekarang?"
"... "
"Apa besok aku sudah boleh menemuimu?"
"...."
"Hei, ke mana hilangnya suaramu di saat aku benar- benar ingin mendengarnya?"
"Terimakasih,Oscar Liu," gumam Jelly. Meskipun ia tahu suaranya terdengar pelan dan kaku, Jelly Putri Wijaya tidak bisa berbohong bahwa ia bersungguh- sungguh saat mengatakannya.
"Aku bisa mengajarimu bermain violin, kalau kau mau."
Sudut bibir Jelly terangkat membentuk seulas indah senyuman.
"Baiklah.Aku akan mencarimu besok," sahutnya yang saat itu sambil melirik Oscar Liu yang tersenyum di kejauhan.
"Bagus.Kalau begitu.. Selamat tidur.. Dan sampai jumpa besok, Jelly."
"Ya, selamat malam juga, Tuan Oscar Liu.. "
Bersambung!!