NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Sebesar Biji Jagung

       " Yo lai sabana Ndak Ado, hubuangan paja ko Jo Mak Datuak kalewang pandore?". (Apa benar, orang ini tidak ada hubungan nya dengan om Datuak klewang pandore). Tanya dukun Uciak, kelihatan dia curiga.

"Indak Mak dukun". ( Tidak Mak dukun). Jawab Erim, sambil tertunduk dengan perasaan bersalah dengan kebohongan nya.

"Danga-Danga Yo la tigo hari nan ka datang ko, kok Ndak mujarab, ulang baliak kalian siko. Patang salasa di karajoan ulang". ( Dengar saja tiga hari yang akan datang, jika tidak mujarab, kalian kembali kesini, senja Selasa kita kerja kan kembali". Ucap dukun Uciak pada mereka.

"Ulang ka tompek ko liak Mak dukun?". (Kembali ketempat ini). Jawab Erim.

"Iyo, ulang ka tompek ko baliak". (Iya, di ulang ketempat ini kembali). Jawab dukun Uciak.

"Ambo ndak sanggup lai do Mak Uciak". ( Aku tidak sanggup lagi om Uciak). Jawab Erim.

                   *******

Sejak sore hari selasa Yuni sangat gelisah dalam kamar nya, leher nya merah panas terasa terbakar, dan kadang seperti ada yang merayap di leher nya.

Sehingga dia sering membasahi leher dengan air es, nya dan setelah itu dia duduk di hadapan kipas angin, namun sakit nya makin terasa, tidak berkurang sedikit pun, seperti ulat menjalar di sekitar leher nya.

Dia lihat leher nya nya di hadapan cermin, namun telah timbul benjol sebesar biji jagung warna merah kebiruan di leher kiri nya, dan sekeliling leher nya merah menyala, sebab begitu jelas karena Yuni memiliki kulit kuning langsat bersih dan berseri.

"Traaaaang". Suara benda pecah dari kamar Yuni.

Papa dan mama nya saling menatap, karena mereka sedang bersantai setelah makan di ruang tamu.

"Yun... Apa yang jatuh!". Panggil mama nya dari ruang tamu. Namun tidak ada yang menyahut.

Kembali mami nya memanggil Yuni, namun tidak juga ada jawaban dari dalam kamar.

"Ma... Coba hampiri kamar nya". Ucap Papa Yuni yang memanggil Mama pada istri nya.

Lalu Mariya melangkah menuju kamar Yuni yang di lantai atas.

"Tok, tok, tok, tok". Pintu kamar Yuni diketuk mama nya, namun tidak ada jawaban. Tapi suara rintihan terdengar dari dalam kamar.

"Yun... Yuni, ada apa Sayang?". Panggil mama nya dari luar, namun juga tidak ada jawaban.

"Sayang, ayo buka pintu nya, kamu kenapa?". Tanya mamanya lagi, dengan suara agak besar, namun tidak ada juga jawaban.

"Yun... Yuni, kamu kenapa Nak, ayo buka pintu nya!". Teriak Mama nya sudah mulai cemas. Tapi tidak ada juga jawaban.

"Paa... Papa! cepat kesini!". Teriak Mariya memanggil suami nya.

"Yun... Kamu kenapa Sayang!, cepat buka pintu nya". Teriak Mariya makin cemas.

Tidak berapa lama tiba papa Yuni dengan tergesa-gesa, beserta dengan kedua adik nya Yuni.

"Yun... Yuni, buka pintu nya Nak!". Panggil papa nya sambil menggedor-gedor pintu. Suara rintihan terus terdengar dari dalam kamar.

"Pa... Dobrak saja pintu nya!".

"Baik... Mam". Jawab Papanya Yuni.

Berulang kali, papa nya mendobrak pintu kamar Yuni.

"Braaaak!" Engsel pintu kamar Yuni copot.

Mereka melihat Yuni diatas tempat tidur berguling kiri kanan, dengan alas kasur acak-acakan sambil mencengkram leher nya dengan kuat. Dan pecahan pas bunga berserakan di sebelah ranjang nya.

"Sayang... Kamu kenapa, Nak... Kamu kenapa?". Tanya mama nya Sambil memeluk Yuni, dan kedua adik nya mematung, melihat kakak nya seperti ikan tampa air.

"Pa... cepat buka tangan nya!".

"Iya, Mam... ". Jawab Papa Yuni, karena darah telah mengalir ke baju Yuni.

Dengan sulit nya, mereka melepas kan tangan Yuni, sehingga terlepas cengkraman tangan nya. Ternyata kuku nya sendiri telah melukai lehernya.

"Ma... Kenapa leher putri kita?". Tanya papa Yuni.

"Mama tidak tahu Pa...". Jawab Mariya.

"Ma... Hubungi kak Anti suruh Om datuk Kesini". Ucap Papa nya.

"Tapi Mama tidak punya nomor kak Anti". Jawab Mama nya panik.

"Coba lihat ponsel Yuni, jika ada nomor tante nya disana".

"Oh... Baik Pa!". Jawab Mariya sambil menuju ponsel Yuni yang di atas meja rias nya.

"Ponsel nya pakai Sandi". Ucap Mariya.

"Mungkin Ulang tahun nya". Ucap papa nya, dia terus memegang tangan Yuni, karena Yuni ingin memegang leher nya sendiri.

"Bukan, sandi nya salah". Jawab Mariya.

"Nomor Lia, apa kamu juga tidak nyimpan?". Tanya papa nya.

"Tidak...". Jawab mama Yuni. Air mata nya mulai berjatuhan, sambil memanggil Yuni, tatapan pandang Yuni seakan kosong karena kesakitan.

"Nomor Kak Riyan, ayah nya Gura?". Tanya papa Yuni mulai panik, melihat keadaan putri nya.

"Tidak Juga Pa...". Jawab Mariya.

"Sudah, jaga putri kita. Papa akan jemput Om Datuk". Ucap Papa Yuni.

"Eh... Tunggu Pa... nomor Gura kan ada". Ucap Mariya.

"Pegang tangan putri kita". Ucap Mariya, lalu papa Yuni memegang tangan nya.

Dengan tangan bergetar, Mariya mencari nomor Gura. Lalu dia menghubungi nya.

"Hallo, iya Buk... Ada apa?". Tanya Gura.

"Gura, kamu di mana?". Tanya Mariya.

"Di rumah, baru siap makan, ada apa Buk!". Tanya Gura.

"Gura... Om datuk di rumah kan, Gur... tolong antar Om Datuk kesini, Ibuk tidak tahu entah apa yang terjadi sama Yuni, leher nya merah dan bengkak". Ucap mama Yuni dengan suara panik.

"Baik Buk... Aku akan kesana bersama Kakek". Jawab Gura.

"Om Datuk ada kan Mam?". Tanya Papa Yuni.

"Ada Pa... Gura yang akan kesini Bersama Om Datuk". Ucap Mariya.

Tidak lama seluruh keluarga besar Mariya berdatangan, dan juga kedua orang tua Mariya dan juga keluarga dari pihak papa nya Yuni. Senja itu rumah Yuni hampir penuh oleh para keluarga dari pihak ayah dan ibu nya, karena ini adat di kampung yang di bingkai sejak zaman dahulu nya.

"Asalamualikum". Tiba-Tiba suara dari luar.

"Alaikumsalam". Jawab mereka hampir persamaan.

Ternyata Datuk Klewang Pandore, beserta Gura, dan juga Ayah dan Mama nya telah tiba.

Lalu Datuk Klewang Pandore duduk, dekat saudara perempuan nya yaitu mertua ibu nya Gura, beserta ayah Gura dan juga Gura, mereka duduk berdekatan.

Ibu Datuk klewang Pandore mereka bertujuh bersaudara, dua laki-laki lima perempuan, yang paling Tua nenek nya Mariya atau nenek nya ayah Gura, setelah itu ibu nya Datuk Klewang Pandore, Datuk Klewang Pandore dia tunggal.

"Sajak bilo Yuni tu sakik nyo Kak?". (Sejak kapan Yuni itu sakit nya Kak). Tanya Datuk Klewang Pandore pada ibu nya Maria.

"Kecek nak urang tu dari sanjo cako Sim!". (Kata anak orang, dari senja tadi Sim!). Jawab nenek Yuni.

"Oh... Mak Datuak, la tibo, Mak... cubo la caliak Yuni tu dulu,

1
choowie
masih nyimak ya kka...sAlam kenal🙏
choowie
wooowww
choowie
serem amat ya
Andau: terimakasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!