NovelToon NovelToon
SUAMI IMPOTENKU

SUAMI IMPOTENKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: GuloJowo

BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘

"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."

Gluk!

"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."

Gluk!

Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.

Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 26

Setelah dilakukan perundingan antar kedua belah pihak keluarga, akhirnya hari pernikahan mereka pun ditentukan bulan depan. Ya, bulan depan. Papa Haris dan Mama Davina memilih agar pernikahan mereka dipercepat. Mengingat usia anaknya yang tak lagi muda. Semakin cepat semakin baik, itulah pikir mereka.

Walaupun pada awalnya Kirana dan Pak Irwan terkejut, karena tidak menyangka akan secepat itu, namun keduanya memilih untuk pasrah dan mengikuti kehendak dari Papa Haris dan mama Davina. Mama Davina pun menceritakan tentang niat Arsen yang akan mengirim Pak Irwan untuk berobat ke luar negeri agar segera bisa melihat kembali. Mendengar itu, Pak Irwan pun semakin kagum dengan kebaikan calon menantunya itu. Tak henti-hentinya Pak Irwan bersyukur di dalam hati karena anak gadisnya itu mendapatkan calon suami yang baik. Tidak hanya kepada Kirana saja, tetapi juga kepada dirinya.

Setelah dirasa cukup pembahasan mengenai pernikahan anaknya, Mama Davina dan Papa Haris segera pamit undur diri.

Sekretaris Niko yang saat itu berpamitan dengan Pak Irwan di tepuk pundaknya dua kali. "Titip Kirana ya Nak." Ucap pak Irwan yang mengira sekretaris Niko itu adalah Arsen calon menantunya.

Sekretaris Niko yang tidak mengerti dengan ucapan Pak Irwan hanya menganggukkan kepalanya. "Iya pak."

Akhirnya mereka bertiga meninggalkan kediaman Kirana.

Kirana segera masuk ke dalam rumahnya setelah mengantarkan kepergian calon mertuanya di teras rumah.

"Na," Panggil Pak Irwan menepuk kursi kosong di sebelahnya. "Duduk sini."

"Iya ayah." Kirana pun menurut dan langsung mendudukkan tubuhnya di samping sang ayah.

Pak Irwan mengulurkan tangannya membelai kepala anak gadisnya. "Anak Ayah ternyata sudah besar. Kenapa tidak cerita sama ayah?"

"Maaf ayah, bukannya Ana tidak mau cerita sama ayah, hanya saja Ana menunggu waktu yang pas."

"Tapi keduluan sama calon mertua kamu." Sahut Pak Irwan terkekeh membuat Kirana menunduk. "Sepertinya mereka adalah orang baik. Buktinya mereka tidak membedakan kasta di antara kita."

Kali ini Kirana membenarkan ucapan ayahnya itu. Kirana bisa melihat sendiri dan merasakannya bahwa keluarga dari calon suaminya itu adalah orang-orang yang baik. Begitu pula dengan bosnya. Meskipun arogan tapi Arsen juga memiliki sisi yang baik karena mau membantu pengobatan ayahnya. Seolah-olah semua keburukan Arsen yang dilakukan kepadanya sama sekali tidak nampak di mata Kirana karena tertutup oleh satu kebaikan yang bagi Kirana sangat luar biasa.

Mobil yang dikemudikan oleh sekretaris Niko tiba di kediaman Papa Haris. Sekretaris Niko langsung pamit undur diri karena sudah tidak ada lagi yang perlu dilakukannya.

Mama Davina masuk ke dalam rumah dengan menggandeng lengan suaminya. Pancaran kebahagiaan nampak terlihat jelas di wajah mama Davina. Jelas saja, sebentar lagi anak bujangnya itu akan segera menikah. Dan kesempatannya untuk memiliki seorang cucu semakin dekat.

"Ma, Pa," Panggil Arsen dari arah tangga. Arsen melanjutkan langkahnya menuruni tangga satu persatu hingga tiba di lantai dasar. "Mama sama papa dari mana? Tumben pagi-pagi begini udah dari luar."

Mama Davina melotot ke arah anaknya itu. "Pagi? Pagi kamu bilang? Coba lihat matahari di luar sana sudah meninggi."

Arsen terkekeh kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan. Mama Davina yakin kalau anaknya itu tidak merasa kelaparan tidak akan bangun dari tidurnya. Mama Davina mengikuti anaknya ke ruang makan sedangkan Papa Haris memilih menaiki tangga masuk ke dalam kamar.

"Mama sama Papa tadi dari rumah Kirana." Ujar Mama Davina setelah mengambilkan nasi dan juga lauk untuk anaknya.

"Ngapain?" Arsen jelas terkejut.

"Melamar Kirana untuk kamu."

"Uhuk.. uhuk.." Nasi yang baru saja dikunyahnya menyembur keluar. Arsen langsung meraih segelas air putih yang sudah disiapkan oleh mamanya.

"Kamu itu kalau suka sama anak orang segera minta sama orang tuanya, jangan diam aja. Untung Mama sama Papa udah lamarin Kirana buat kamu. Dan kami sudah sepakat akan melaksanakan pernikahan kalian bulan depan."

"Uhuk.. uhuk.." Arsen kembali tersedak. Mama Davina langsung menepuk-nepuk punggung anaknya itu.

"Kenapa bulan depan Ma?"

"Semakin cepat semakin baik." Sahut Mama Davina.

"Kenapa nggak minggu depan aja?"

Mama Davina langsung menimpuk kepala anaknya itu dengan tas tangannya. "Kamu pikir nyiapin pernikahan itu gampang apa?!" Mata Mama Davina sudah mendelik. "Mama tau kamu pasti sudah kebelet kawin. Tapi sabar, tunggu sebulan lagi." Mama Davina bangkit dari duduknya meninggalkan anaknya yang melotot karena ucapannya.

*****

Keesokan harinya saat di kantor. Kirana sengaja mengantarkan kopi pesanan bosnya itu saat bosnya sudah tiba di kantor karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan olehnya.

"Maaf Pak, ini kopi pesanan Tuan." Ucap Kirana saat masuk ke dalam ruang CEO.

Melihat itu sekretaris Niko langsung meraih salah satu cangkir yang dibawa oleh Kirana. Sudah pasti salah satunya adalah kopi miliknya. Kirana segera meletakkan kopi itu ke atas meja kerja Arsen.

"Maaf Tuan, apa saya boleh bicara sebentar?"

Arsen yang saat itu sibuk menatap layar ponselnya segera mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Kirana yang berdiri di depan meja kerjanya.

"Tinggalkan kami berdua!" Ujar Arsen mengusir sekretarisnya itu.

Walaupun sebenarnya enggan, namun sekretaris Niko segera keluar dari ruangan itu. Sekretaris Niko hanya takut saja kalau Arsen berbuat yang tidak-tidak dengan Kirana, apalagi sampai menyakitinya.

Arsen berdiri dari duduknya kemudian melangkah menghampiri Kirana. "Sudah terlambat mengantarkan kopi, sekarang ngelunjak! Apa yang ingin kamu bicarakan?!" Arsen bersandar pada meja kerjanya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Eem," Kirana terlihat ragu.

"Cepat bicara! Jangan membuang waktu ku!"

"Ap-apa boleh pernikahan kita nantinya disembunyikan?" Kirana menunduk takut. "Maaf saya tidak ada maksud apapun. Hanya saja saya masih ingin bekerja di sini dengan tenang tanpa ada kasak-kusuk yang nantinya akan membicarakan tentang saya jika mereka mengetahui tentang pernikahan kita."

Arsen nampak manggut-manggut. Namun sepertinya mamanya tidak akan mengijinkan Kirana untuk tetap bekerja di kantornya.

"Kemarilah." Arsen menjentikkan jari telunjuknya meminta Kirana mendekat.

Kirana pun menurut dan langsung mendekat ke arah bosnya. Sebenarnya Kirana ketakutan karena dirinya mengira bahwa bosnya itu pasti marah dengan permintaannya. Namun saat dirinya sudah berada tepat di hadapan bosnya, bosnya itu bukannya marah malah meraih dagunya perlahan hingga pandangan keduanya bertemu.

"Aku akan mengabulkan permintaan mu. Tapi sebagai gantinya, lakukan seperti yang kemarin pernah kita lakukan."

"La-lakukan apa?"

Arsen mendekatkan wajahnya ke wajah Kirana hingga membuat Kirana reflek memejamkan matanya. "Berciuman." Bisik Arsen tepat di telinga Kirana. Mata Kirana langsung membulat. "Tapi kali ini harus kamu yang memulainya." Bisik Arsen lagi yang membuat mata Kirana semakin melebar dengan mulut ternganga. "Lakukan jika kamu menginginkan pernikahan kita disembunyikan!"

"Tap-tapi saya tidak mengerti."

"Kamu hanya perlu mencium ku dan mengikuti naluri mu."

Mau tak mau Kirana pun menjinjitkan kakinya untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan tubuh Arsen. Namun begitu karena tinggi tubuh mereka yang terpaut jauh, Arsen pun ikut menundukkan kepalanya untuk memudahkan Kirana. Akhirnya mereka berdua kembali berciuman. Awalnya Kirana hanya menempelkan bibirnya di bibir Arsen. Karena sama sekali tidak ada pergerakan dari bibir Kirana, Arsen pun langsung mengambil peran. Dirinya tidak sabar menunggu Kirana yang memang belum mengerti tentang teknik berciuman. Arsen akan mengajarkan kepada Kirana tentang teknik berciuman yang bisa membuat keduanya mabuk kepayang.

*****

*****

*****

Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏

1
Wayan RaNa
nyimak dulu
Anonymous
keren
Rahmawati
Luar biasa
Rahmawati
potong aja klw tidak mau bangun ngerepotin aja🫢😂
Rahmawati
Luar biasa
Eko Nur Yanto
mungkin gara2 ketuaan menikah jadinya Arsen juteh gitu dech
Eko Nur Yanto
Lumayan
jen
hahahhaa ngakak sih.... bayangin dokter dan arsen yg punya keinginan itu...
jen
iyaaa baru mau komentar, dia seenaknya pecat. lah arsen aja selingkuh. ga bs dimaafkan
jen
fatal bgt sih kesalahan arsen.

menyakiti orang tua dan perselingkuhan
Goresan Receh
knp klu kcw ato salah paham, larinya mabok
Goresan Receh
kedokter dong, kasian istri
Goresan Receh
ayah kirana kecelakaan
arsen kecelakaan, jangan2
sur yati
sabar Niko toh walopun dia nikah anakonda nya GK mau berdiri ini
sur yati
Lo si impoten di sengaja pisan metang metang Lo bos bosok awas Lo
Goresan Receh
kemarin bc crt kayak gini, ini sm burung nya ga bs bangun 🤭
Wani Ihwani
makasih tor udah kasi hiburan buat kami para pembaca novel👍👍💗💗💗💗
Wani Ihwani
sehat selalu untuk mu tor,, biar melahirkan kan karya baru yng keren dan seru,,
Hilmiya Kasinji
hmmm
Wani Ihwani
memang di mn" begitu yng kecil ya di tindas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!