Sinopsis
Warning!!!
Adegan dalam cerita ini mengandung unsur dewasa 21+, harap bijaklah dalam membaca.
Grael Arabella, seorang gadis belia yang hanya tinggal bersama sang Kaka dan ibunya, semenjak sang ayah meninggal dunia, dia membantu kakaknya untuk mencari nafkah. Grael juga memiliki cinta pertama di bangku sekolah menengah pertama yang bernama Rangga Louis, sosok pria yang sudah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali.
Takdir berkata lain. Grael justru bertemu dengan Erlangga Louis, seorang artis terkenal yang menjadi salah satu idola Grael. Pertemuan mereka justru membuat Grael menjadi benci dengan Erlangga. Namun, berbeda dengan artis tersebut, dia justru semakin ingin memiliki gadis belia itu.
Apalagi saat Erlangga tahu, bahwa Grael akan dijodohkan dengan Rangga, adik tirinya. Sekaligus ahli waris kedua dari keluarga Grup Jaya. Erlangga semakin menjadi ingin merebut kembali apa yang semestinya dia miliki. Baik itu, tahta, hart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Jenguk Rangga
"Malem Pak, Rangganya, ada?" tanya Grael kepada salah satu security yang menjaga gerbang besar itu.
"Maaf, mba-nya dari mana ya?" tanya yang menjaga keamanan dengan sopan.
"Saya Grael pak, bisa bertemu dengan Rangga?" tanya Grael sekali lagi.
Security itu terdiam sejenak, dia merasa bimbang untuk mengijinkan gadis itu untuk masuk kedalam. Sangat ingat betul ketika Nyonya Kylie melarang dia untuk mengizinkan nama yang bernama Grael Arabella bisa masuk ke dalam rumah.
"Pak, gimana? Apa Rangga ada di rumah?" tanya Grael sekali lagi yang menyadarkan Pak Ucup nama sekuriti tersebut.
"Aduh ... maaf mba, Den Rangga-nya lagi tidak bisa diganggu," ucap Pak Ucup dengan berat hati.
"Oh, gitu ya Pak? Ya udah kalau gitu nanti tolong bilangin ya Pak, kalau saya ke sini." Grael langsung pamit setelah mengetahui bahwa dirinya tidak mendapatkan izin untuk masuk.
Perasaaan kecewa menyelimuti hati Grael, dia berjalan kembali ke arah jalan raya untuk naik angkutan umum, karena jarak dari jalan perumahan elit dan jalan raya cukup lumayan jauh, sedangkan dia tidak memiliki uang untuk menggunakan taksi atau ojek online.
Di persimpangan jalan sebelum dia berhasil sampai di jalan besar, Grael melihat sebuah mobil mogok, rasa yang tidak mau perduli dengan urusan orang lain membuat dia berjalan terus. Tanpa dia sadar, segerombolan Genk motor mencoba untuk mengancam sang pemilik mobil yang tengah berdiri di depan mesin mobilnya.
Sontak Grael menjadi takut, dia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa pemilik mobil itu sangat ketakutan ketika senjata tajam mengarah ke lehernya, dan tidak lama kemudian orang yang berada di dalam mobil memberontak memberikan tas berharga kepada penjahat itu.
Kejahatan tidak boleh dibiarkan begitu saja, Grael melihat sekeliling komplek perumahan elit itu yang ternyata sepi oleh orang yang berlalu lalang, dia menjadi panik sendiri saat korban harus segera ditolong. Grael yang tidak memiliki kemampuan untuk membela diri akhirnya nekat membantu si korban dari pembegalan.
Grael menggunakan akal pikirannya untuk membantu korban, dia mencari sesuatu untuk menaklukan orang jahat itu agar tidak bisa melawan Grael yang hanya seorang siswi sekolah biasa. Dia melihat ke arah gundukan tanah dan menyalahkan alarm dengan suara mobil polisi, lalu meletakan ponsel itu di pembatas jalan, seakan ada polisi datang dari kejahuan, dengan akalnya yang pas-passan dia sudah menyusun strategi untuk mengalahkan begal itu.
Grael mengendap-endap mendekati penjahat yang tidak bertopeng dengan rasa gugupnya, kemudian dia berjalan ke salah satu penjahat yang sedang mengancam sang sopir yang dikira pemilik mobil oleh Grael, dengan sekali gerakan, dia langsung membekap mata orang itu dengan tanah yang ada di tangannya dan menekan dengan sangat kuat sebelum dirinya mendapat perlawanan dari orang itu.
"Aakhh ... anjieng! Siapa lu." Penjahat merasa sakit luar biasa pada matanya yang terkena tanah, dia mulai mencari keberadaan orang yang membuat matanya tidak bisa melihat dengan kesal.
Sang sopir langsung menyikut perut penjahat itu dan menahan kedua tangan kebelakang, agar penjahat itu tidak bisa berkutik. "Taro kopernya! Kalau gak!"
Sopir itu mengarahkan senjata tajam ke leher penjahat yang matanya masih kesakitan itu, dia terus mengarahkan benda tajam itu sampai teman penjahat satunya mau menaruh kembali tas yang direbut dari tangan si korban.
"Lo ngancem gue? Silahkan lu bunuh aja dia, yang ada lu yang gue laporin ke polisi!" ancam penjahat itu.
"Eh, lah ... jangan bang, ampun! Jangan bunuh saya, saya gak mau mati dibunuh ama korbannya kaya yang onoh, saya gak mau masuk neraka bang! Ampun, jangan bunuh saya!" rengek si penjahat dalam dekapan sang sopir.
"Sorry, Nge! Gue gak bisa bantu!" penjahat itu langsung kabur tanpa memperdulikan teman seperjuangannya yang menangis dalam dekapan si sopir.
Baru satu langkah, penjahat itu langsung jatuh tersungkur kebawah. Grael langsung menginjak tubuh pelaku dengan melompat tinggi hingga penjahat itu kesakitan, tidak lama kemudian polisi pun datang dengan suara sirenenya.
Pria paru baya yang keluar dari dalam mobil mengucapkan terima kasih kepada polisi yang sudah datang tepat waktu, dan tidak lupa Pria paru baya itu mengucapkan terima kasih kepada gadis yang sudah mau membantunya.
Polisi pun membawa kedua begal itu untuk ikut bersamanya, kemudian Grael langsung pamit izin kepada pria paruh baya itu yang ternyata adalah Josua Louis.
"Papi mohon, agar kamu ikut sebentar ke rumah, bersama papi," pinta Josua yang merasa terharu oleh keberanian Grael.
"Kalau gitu, El ambil HP dulu, Om." Grael berlari megambil ponselnya yang dia biarkan tergeletak di pembatas jalan, dia pun melihat bahwa ternyata ponselnya mati karena kehabisan baterai.
"Pantesan gak bunyi-bunyi sirenenya, mati!" ucap Grael yang memasukan ponselnya ke dalam saku.
Suara klakson menyadarkan Grael agar masuk ke dalam mobil, dengan berat hati dia masuk ke dalam dan selama perjalanan menuju rumah utama, Grael menceritakan tentang niat awal yang ingin menjenguk Rangga, tapi berhubung Rangga tidak bisa diganggu akhirnya dia urungkan.
"Terus dengkul kamu luka karena barusan?" tanya Josua yang melihat lutut Grael membiru.
Grael menutupnya sembari menjawab dengan asal, tapi Josua yang tidak terima bila gadis yang dia anggap sebagai putrinya mengalami luka karena kelalaian sekolah dia langsung mengurus dan menegur pihak sekolah setelah tiba di rumah.
***
"Carly!" panggil Josua pada kepala maid.
"Iya Tuan?" Pria bertubuh tegap dan kesan menyeramkan menghampiri Tuannya dengan penampilan yang bukan seperti pelayan.
"Antar nak Grael ke kamarnya, suruh para ladies maid untuk membersihkan luka yang ada ditubuhnya! Setelah itu kamu menghadap keruangan saya!" perintah Josua kepada Carly.
Carly menatap ke arah Grael dengan tatapan yang sulit diartikan, sangat kaku dan tidak ramah, dia pun menunduk sebagai tanda mengerti, lalu mempersilahkan gadis itu untuk mengikutinya.
"Oh, gak usah Om! Saya cuma numpang ke kamar mandi aja untuk membersihkan tangan." Grael merasa terkejut dengan perlakuan yang diberikan oleh Josua.
"Gak apa-apa, anggap ini sebagai ungkapan terima kasih, Papi." Josua mempersilahkan Grael agar mengikuti arah Carly pergi.
Di dalam kamar, Grael mendapatkan perawatan dari berbagai maid. Mulai dari membersihkan diri, mengobati luka pada tubuh Grael dan juga penampilan gadis itu. Usai mendapat perawatan, Grael di antar ke kamar Rangga oleh ladies maid.
"Tuan muda, ada yang ingin bertemu dengan tuan," ucap Maid yang mempersilahkan Grael masuk ke dalam kamar.
Perlahan Grael melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Rangga, dia melihat menelusuri desain dan tata letak setiap barang yang ada di kamar Rangga, begitu rapih, besar dan wangi. Berbeda dengan kamarnya.
"Hai," ucap Rangga yang bangun dari tempat duduknya.
To be continued...