Sugar Baby Om Sagara

"Kamu suka?" Tanya Sagara, keduanya sedang berada di pantai saat ini. Seperti kesepakatan beberapa hari yang lalu, saat weekend Sagara mengajak Laura stay cation ke pantai. Pria itu menggenggam erat tangan Laura saat keduanya berjalan. 

"Suka, Daddy!" Jawab Laura dengan antusias. Dia senang sekali rasanya, Laura menebar senyum manisnya, membuat Sagara ikut merasa senang saat melihat gadisnya tersenyum bahagia. 

"Panas, baby. Sebentar, jangan kemana-mana." Sagara melepas genggaman tangannya dari Laura lalu pergi. Laura mengernyitkan keningnya, tapi kepergiannya tidak lama. Sagara kembali dengan membawa topi pantai yang baru saja dibelinya. Rupanya, pria itu khawatir dengan gadisnya, apalagi panas yang begitu menyengat. 

"Pakai ini.."

"Terima kasih, Daddy." Laura memakai topinya dan tersenyum, dia menggelayut manja di lengan Sagara. Pantainya cukup sepi pengunjung, namun masih banyak pedagang yang berjualan di sekitar pantai berpasir putih itu. 

"Sudah pakai sunscreen, baby?"

"Iya, sudah kok." Jawab Laura. Sagara tersenyum sambil mengecup kening Laura dengan mesra. Setelah beberapa waktu, keduanya mencari tempat yang sedikit teduh, di bawah pohon pandan laut yang tumbuh subur di pesisir pantai. 

Sagara menggelar tikar dan mengeluarkan beberapa makanan yang sudah disiapkan oleh keduanya sebelum pergi ke pantai tadi. Jarak dari rumah ke pantai memang cukup jauh, membutuhkan waktu tiga atau empat jam dari apart. 

"Baby, makanlah.." Sagara mengulurkan makanan pada Laura, gadis itu menerimanya dengan senang hati lalu memakannya dengan lahap sambil melihat ombak yang berkejaran seolah tidak pernah lelah saling mengejar. 

"Ombaknya berisik tapi tidak seberisik manusia ya, Dad." Gumam Laura sambil melihat pantai.

"Berisik namun menenangkan."

"Iya, Daddy." Laura mendekatkan posisinya pada Sagara, dia ingin dekat-dekat dengan Sagara, selalu. Karena saat berdekatan dengannya selalu membuatnya nyaman dan aman, Sagara melindunginya dari hal apapun. 

"Kenapa mepet-mepet, sayang?"

"Dad, itu orang kok liatin kita terus ya?" Tanya Laura sambil menunjuk seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari posisi keduanya duduk. 

"Mungkin dia memperhatikan kalau kamu cantik."

"Daddy ihhh.."

"Kenapa hmm?" Tanya Sagara sambil terkekeh pelan. Laura mengerucutkan bibirnya seperti bebek, Sagara merasa gemas dengan gadisnya dan mengecupnya mesra. 

"Ihhh, aku serius lho Dad."

"Yang lagi bercanda memangnya siapa?"

"Gak tahu deh, aku kesel."

"Maaf, baby. Tapi kamu tidak perlu takut, kamu aman sama Daddy. Lagian, itu orang suruhan Daddy."

"Hah? Kok beda sama yang pas di mall waktu itu?" Tanya Laura sambil mengernyitkan keningnya. 

"Memang berbeda, orang suruhan Daddy banyak, baby."

"Aku kan sama Daddy, kenapa harus bawa bodyguard segala sih, Dad." Tanya Laura, Sagara merapikan rambut panjang Laura yang beterbangan tertiup angin pantai. 

"Tidak apa-apa, hanya berjaga-jaga."

"Gitu ya?"

"Iya, baby."

"Dad, masih ingat pertemuan pertama kita gak? Yang Daddy nabrak aku di depan butik." Tanya Laura sambil mendongak menatap wajah Sagara. Pria itu terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan sang gadis. 

"Aaaa, iya. Daddy ingat, kenapa?"

"Waktu itu, Daddy kayak terburu-buru banget. Di kejar apa, Dad?" Sagara terkejut, dia lupa tentang hal itu karena memang kejadiannya sudah cukup lama, sekitar tiga atau empat bulan yang lalu. Dia berhubungan dengan Laura saja sudah hampir tiga bulanan. 

"Itu anak buah Daddy."

"Daddy?"

"Ayah."

"Kenapa memangnya, Dad?"

"Ada masalah, beberapa kesalah pahaman yang dibuat-buat oleh wanita menyebalkan yang bernama ibu tiri."

"Begitu?"

"Hmm, kesalahpahaman apa itu, nanti Daddy jelaskan di rumah yaa.."

"Iya, Daddy." Jawab Laura, dia merasa banyak sekali yang disembunyikan Sagara darinya. Pria ini memiliki banyak misteri yang tak diketahuinya, Sagara bukanlah tipe orang yang bisa terbuka pada orang lain, namun dia bisa melakukannya saat bersama Laura, hanya pada Laura.