Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Ying, kenapa kamu menarikku ke sini?"
Saat ini Lizhe tengah kebingungan karena sang adik tiba tiba menariknya ke tempat sepi.
"Kak.. kakak tahu kan aku menyukai Ryden sedari sekolah menengah?" tanya Ying memelas.
"Ying, jangan bilang kamu.."
"KAK!!" seru Ying serius membuat Lizhe tersentak.
"Kakak.. aku sungguh menyukai Ryden sedari dulu. Dan mungkin hanya ini kesempatan untukku." Ying memegang tangan Lizhe dan menggenggamnya, "kak, mohon bantu aku kali ini.." mohonnya serius.
Lizhe menatap tak percaya pada adiknya itu. "Ying, jangan seperti ini. Kamu lihat sendiri, Ryden sudah memiliki istri. Kamu jangan merendahkan dirimu untuk menjadi pelakor Ying," peringat Lizhe kasihan. Lizhe tau, sedari kecil Ying telah mencintai Ryden. Namun ia tak menyangka, cinta itu menjadi sebuah obsesi di hati Ying hingga nekat ingin menjadi perebut seperti ini.
Air mata Ying menetes, "Kak.. apakah di hatimu aku terlihat sangat buruk? Aku hanya ingin mengejar lelaki yang aku cintai, kenapa kamu tidak bisa mengerti!?" bentaknya tiba tiba.
"Ying!" seru Lizhe. "Aku tidak pernah berfikir buruk tentangmu Ying. Tapi jika kamu ingin mendekati Ryden, aku tidak bisa membantu. Ryden adalah temanku, aku tidak akan mengkhianatinya," jelas Lizhe mencoba memberi pengertian kepada sang adik.
Kedua tangannya meraih kedua bahu Ying. "Jika kamu terus terjebak dalam obsesi seperti ini, kakak akan benar benar tak akan mengenalimu lagi nanti. Lupakan Ryden ya? Dia sekarang sudah memiliki seorang istri. Kamu harus menjaga perasaan sesama wanita."
"Lalu bagaimana dengan perasaanku?"
Lizhe tersentak, tangannya terhenti di udara saat hendak meraih kepala gadis itu.
Ying menatap Lizhe dengan netra yang berderai air mata. "Bagaimana denganku? Apakah kakak pernah memikirkan bagaimana perasaanku? Aku memendamnya begitu lama, sehingga semua menjadi obsesi semata! Kakak tidak akan tahu rasanya jika belum berada di posisi ku!" tekan Ying tak terima.
Aku? Belum pernah merasakan?
Lizhe mengepalkan tangannya erat saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut sang adik. Ucapan itu benar benar menohoknya. "Benar.. karena aku belum tahu, jadi lebih baik kamu berhenti di sini atau kamu akan menyesali apa yang telah kamu lakukan.."
Ying menggeleng keras, "TIDAK! AKU TIDAK AKAN BERHENTI SEBELUM AKU MENDAPATKAN RYDEN!"
"Ying! Apakah kamu bisa berhenti untuk keras kepala?" sentak Lizhe kesal. Adiknya benar benar sudah sangat sulit untuk di ajak berkomunikasi. Ini salah keluarganya yang terlalu memanjakan Ying, sehingga gadis itu tumbuh menjadi keras seperti ini.
"Diam! Diam!" erang Ying dengan menggelengkan kepala dengan cepat. "Aku tanya sekali lagi, kakak mau membantuku atau tidak!?"
"Aku tidak mau Ying!"
"Baiklah jika tidak mau," Gadis itu terkekeh kecil, lalu mengeluarkan sebuah foto, "Tapi, bagaimana dengannya?"
Deg!
Lizhe membeku di tempat saat melihat sebuah foto dimana ada dua orang pasangan yang tampak bahagia itu. "K-kamu.. darimana kamu mendapatkannya?" tanya nya terbata. Rahangnya mengeras dan tangannya terkepal erat.
"Jadi, kamu mau membantuku atau tidak, kakakku tersayang?"
•••
Shen Luoying—gadis itu melirik ke arah dua perempuan yang nampak berbincang bahagia. Siapa lagi kalau bukan Savierra dan Allea, kedua orang itu yang sudah mempermalukan dirinya tadi.
Tangannya memegang gelas wine dengan erat. "Huh, aku tidak akan gegabah lagi kali ini."
"Sebelum ke rencana utama, bukankah harus menyingkirkan orang orang sampingan dulu?" gumamnya sembari tersenyum miring.
Ying memanggil pelayan yang lewat di depannya, lalu membisikkan sesuatu. Terlihat juga Ying memberikan sejumlah uang kepada sang pelayan.
Sedangkan di sisi Savierra...
"Tuan penyelenggara tidak tanggung tanggung untuk mendekor kolam renang juga ya, sungguh orang kaya!" cetus Allea kagum.
Mendengar itu, Savierra menatap jengah ke arah sang putri. "Putri, anda juga orang kaya kalau anda lupa," ledek Savierra.
"Hahaha, kak Vierra memang suka bercanda,"
Keduanya tertawa kecil di pinggir kolam renang, sembari menikmati pantulan lampu lampu pesta di hamparan air kolam. Suasana terasa nyaman dengan ditemani lantunan musik lokal khas penyanyi ternama.
BYURRR!!
"AKHHHHHH"
Suara pekikan itu mengagetkan atensi semua orang yang berada di sekitar lokasi. Keterkejutan itu pun membuat semua orang linglung tak tahu akan melakukan apa.
"Alleaa!!" pekik Savierra terkejut. Ia benar benar tak bisa menebak kejadian yang sangat amat cepat itu.
"Allea! Bertahanlah!" seru Savierra panik, Savierra melepaskan high heelsnya cepat dan ingin terjun ke kolam untuk menyelamatkan sang putri.
Namun, kecepatan Savierra lebih lambat dari pada seseorang yang sudah melompat lebih dulu ke kolam. "Eh? Cepat sekali?" lirihnya bingung.
Savierra mendesah lega saat seorang lelaki yang memasuki kolam tadi dapat menyelamatkan Allea. Lelaki berambut hitam legam, itu menggendong tubuh Allea yang sudah kehilangan kesadaran ke atas.
Savierra pun berlari mendekat dan membantu lelaki itu untuk membaringkan Allea. "Allea, apakah kamu mendengar kakak?" tanya nya dengan nada khawatir. Kini gadis itu tengah di baringkan di pinggir kolam.
"Nona, bolehkah saya memberikan pertolongan pertama?" tanya lelaki itu meminta persetujuan Savierra.
"Hah? Kalau bisa, cepat selamatkan saja!" Savierra mengiyakan perizinan nya. Namun sedetik kemudian dia teringat sesuatu.
Pertolongan pertama?
Perempuan itu melotot, "EH TUNGGU!!"
Terlambat. Lelaki itu sudah mencium Allea untuk memberikan pertolongan. Kondisi Allea benar benar gawat hingga lelaki itu tak punya pilihan lain.
"A-aku tidak akan di kuliti Kak Zyonel jika dia tahu aku gagal menjaga Allea kan? Apalagi sampai ada pria yang menciumnya!" gumam Savierra takut, ia menutup kedua mulutnya. Masih berusaha mencerna keadaan.
"Uhukkk uhuukkkk!!"
Allea terbatuk dan tersadar. Namun saat melihat lelaki tak asing di hadapannya, ia pun tak dapat menahan keterkejutannya. "Kamu kamu...!" katanya terbata.
"Allea! Apa kamu tidak apa apa? Bagaimana perasaanmu?" tanya Savierra cemas.
"Aku tidak apa apa kak. Pria ini..."
"Dia orang yang sudah menyelamatkanmu,"
"Terima kasih," lirih Allea yang diangguki oleh lelaki itu. Dalam hati mencibir mengapa yang menyelamatkannya adalah orang jahat yang mengejarnya tadi pagi?
Savierra membantu Allea untuk berdiri, dirinya sedikit menunduk pada lelaki yang telah menyelamatkan sang putri. "Kali ini kami sangat berterima kasih atas pertolongan anda tuan. Bolehkan kami mengetahui nama anda?"
Lelaki itu menaruh tangan kanan di dada kiri, lalu menunduk sekilas, "Panggil saja Xaviere nona," balas Xaviere dengan senyum tipis.
Savierra dan Allea kompak mengangguk, "Saya Savierra, dan ini adalah putri Allea, semoga kita bisa berteman baik. Kalau begitu, saya akan membawanya kembali dulu tuan Xaviere."
"Baiklah,"
•••
"Sshhhh.." Ryden mendesis saat merasakan perasaan tak nyaman di seluruh tubuhnya. Ia melihat sekitar, dan menemukan bahwa ini adalah kamar hotel.
Lelaki itu memijit pelipisnya pelan, mencoba mengingat hal yang terjadi sebelum ia berada dalam kamar ini. Ya, sepertinya tadi dirinya hanya berbincang dengan Lizhe. Lalu saat Zyonel datang, ia merasa kepalanya pusing dan setelah itu ia tak ingat apa apa.
"Dimana Savierra?" bingung nya, lalu mencoba merogoh saku untuk mencari ponsel. "Shitt! Ponselku sepertinya tertinggal saat di meja tadi."
Deg..deg..
Tiba tiba saja detak jantung Ryden berdetak lebih cepat, seakan tengah memaksakan sesuatu yang memacu adrenalin. Suhu tubuhnya tiba tiba memanas, membuat Ryden merasakan perasaan tidak asing.
"Sial! Ini obat perangsang!" makinya saat tersadar. "J-jalang mana lagi yang ingin menjebakku kali ini?" erang Ryden sembari mencengkeram erat sprei.
"Ssshh arghh.."
Cklekk!
"Savierra?" panggil Ryden lirih. Namun nihil, harapannya musnah saat ia tak melihat Savierra, melainkan..
Shen Luoying!
"Nona Shen, apa yang anda lakukan di sini?" tanya Ryden mencoba tenang. Ia melirik Ying yang kini tengah melepaskan blazernya. Kini dia hanya memakai baju berbahan tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Ying tersenyum tipis, ia berjalan mendekati Ryden. "Kak.. Apakah kakak paham, jika Ying sangat menginginkan kak Ryden?"
"Ying sangat memuja kak Ryden. Namun sayangnya, dimata kakak hanya ada wanita lain,"
Ryden bergeser, mencoba menahan hasrat yang kian membara. ia mengepalkan erat tangannya, merasa benci dalam situasi tak berdaya ini. Bagaimana dia bisa lengah? Padahal dia hanya meminum sedikit, itupun pemberian dari Lizhe.
"Tunggu.. Lizhe, tidak mungkin kau kan.." lirih Ryden tak percaya.
"Malam ini, aku akan menjadi milikmu, dan kamu akan menjadi milikku kak. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu kita," bisik Ying dengan nada sensual di samping telinga Ryden.
"MINGGIR!" Ryden menyentak tangan Ying yang ingin meraba tubuhnya.
Merinding, gemetar, jijik, dan keinginan menyentuh adalah respon yang di berikan tubuh Ryden saat ini. Ia berusaha keras menghindari Ying, namun karena hasrat yang semakin naik, membuat dirinya lemah.
Savierra.. tolong aku! Kamu dimana..
"SIALAN! MENJAUH DARI KU JALANG!" bentak Ryden dengan nada bergetar dan serak.
"Tidak! Aku tidak akan melepas-"
BRAKKK!!
Tiba tiba saja, pintu kamar terbuka dengan kasar, menampilkan seorang wanita dengan gaun merah yang menatap bengis ke arah Ying.
Plakkk!!
"Jalang!"
Plakkk!!
"Beraninya kau menjebak suamiku!"
Plakkk!!
"Nona Shen, aku tidak menyangka, anda akan serendah dan semurah ini."
Ying membeku shock, tak menyangka akan ketahuan secepat ini. 'Sial, bahkan aku belum disentuh oleh kak Ryden sedikitpun! Bagaimana mungkin wanita ini begitu cepat menemukan ku?'
"Kak Zyo, seret saja wanita ini keluar, aku akan menyelamatkan Ryden"
Savierra menepuk kedua tangannya setelah menampar Ying. Sedangkan Zyonel langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyeret Ying keluar.
"SAVIERRA! AKU AKAN MEMBALASMU!" teriak Ying tak terima. Ia menjerit saat diseret paksa oleh bodyguard.
Zyonel menatap cemas dan tak tega, "Savierra, tunggu dokter datang saja ya? Aku khawatir Ryden akan menyakitimu," kata Zyonel khawatir.
"Tidak kak! Dokternya lambat! Aku akan menyelamatkan Ryden. Kakak tidak perlu cemas lagi dengan nya," tolak Savierra.
"Tapi.."
"Tidak apa apa, Ryden aman bersamaku."