Dinikahi Karena Mandul

Sebagai seorang ayah dari Gery Rochstein, Phillip tidak tinggal diam begitu mendengar kabar bahwa Spark telah mem-PHK karyawan secara besar-besaran. Tentu ini adalah menjadi berita terhangat di kalangan pebisnis. Spark yang berjaya karena produk-produk makanan kemasan berkualitas harus mengalami kebangkrutan secara tiba-tiba menimbulkan banyak pertanyaan.

Phillip tidak ingin ada reputasi jelek yang muncul di kalangan masyarakat apabila tahu kebenarannya. Sebab itu, Phillip mencoba menutupi berita-berita terkait Spark dengan menyewa buzzer dengan segala cara.

Hal ini membuat Phillip gelisah. Karena Gery terlalu keras kepala, ia pun akhirnya membuat rencana bertemu dengan Dexter, sang mantan calon besan. Tujuan Phillip didampingi istrinya mengunjungi Dexter karena ingin membicarakan tentang Gery dan Adel.

"Sayang, kamu yakin akan bicara begini ke Dexter?" tanya Camellia kepada suaminya. Sebenarnya, Camellia tampak tidak yakin dengan ide Phillip yang bertemu dengan Dexter untuk bernegoisasi terkait masalah Gery.

"Iya, sayang. Aku ingin menyelamatkan Gery." kata Phillip kepada istrinya sebelum turun dari mobil.

Para bapak dan ibu yang telah berusia 50-an tahun itu tampak saling bersapa hangat kala mereka mengunjungi sebuah rumah singgah milik keluarga Dexter. Tujuan Phillip didampingi istrinya mengunjungi Dexter karena ingin membicarakan tentang Gery dan Adel. Mereka sama-sama saling menghormati satu sama lain, meski ada konflik yang sedang terjadi di antara anak-anak mereka.

Phillip meletakkan jas cokelatnya di stand hanger yang telah tersedia di depan pintu rumah singgah tersebut. Begitu juga dengan Camellia, yang merasa udara Kota Tumnh di bulan Maret ini cukup dingin.

"Phillip, lama tak jumpa." sapa Dexter sambil berjabat tangan kepada mantan calon besannya itu.

"Bagaimana kabarmu, Dexter?"

"Aku sangat baik. Ayo, istriku menyiapkan makanan sederhana untuk kalian."

"Jangan repot-repot. Aku dan istriku ke sini juga cuma sebentar. Oh iya, kami membawa buah segar dari kebunnya Gery," kata Phillip menyuruh ajudannya meletakkan 3 keranjang bambu berisi buah apel merah kepada sang pemilik rumah singgah.

"Wah, senangnya bisa panen buah sendiri. Tapi, ini terlalu banyak."

"Tenang saja, ini baru sebagian. Apelnya tumbuh subur di kebun milik Gery," ujar Camellia kemudian. Setelah berbasa-basi, dua pasangan orangtua itu membicarakan tentang anak mereka.

"Aku sudah dengar bagaimana perjuangan Gery untuk membayar denda kontrak kerja sama Spark dengan Nymte. Dia sangat gigih," kata Dexter membahas tentang Gery.

"Tujuanku ke sini sebenarnya untuk meminta maaf atas nama Gery. Aku sama sekali tidak bisa mengontrol putraku. Dia sangat keras kepala," kata Phillip kemudian.

"Aku juga minta maaf atas putriku karena membuat kesalahan yang tidak bisa ditolerir oleh Gery."

"Sudahlah, masalah seperti itu sudah biasa di kalangan anak muda. Lagipula, jika mereka sudah menikah, toh ya mereka pasti akan setia satu sama lain." kata Phillip enteng.

"Omong-omong soal denda pemutusan kontrak, apakah nominal itu bisa didiskusikan? Mengingat, tinggal 2 minggu lagi jatuh temponya."

"Aku minta maaf, Phillip. Uang denda itu masih belum ada apa-apanya dengan pengeluaran Nymte untuk mendukung Spark meluncurkan produk Pure. Penjualan Pure sangat besar dampaknya. Aku tidak bisa meringankan denda dari pembatalan kerja sama ini."

"Dexter, apa kau tahu kalo Gery sampai mau merumahkan para pegawainya?"

"Ya, aku tahu. Bisnis tetaplah bisnis, Phillip. Apakah kamu tidak bisa bantu anakmu?"

"Bukan tidak bisa, tapi aku ingin Gery menyerah. Aku ingin Gery menikah dengan Adel. Pernikahan mereka akan memiliki masa depan yang cerah bagi bisnis ini." kata Phillip kemudian. Dexter dan istrinya saling adu pandangan.

"Jadi, apa tujuanmu ke sini untuk itu? Apa kamu ingin aku menaikkan angka nominalnya supaya Gery menyerah?"

"Ya, tepat sekali. Sejak Gery memutuskan sepihak tanpa mengajakku diskusi, aku sangat stres memikirkan semua ini. Kalau itu bisa, lakukan apa pun. Asalkan jangan sampai nyawa anakku terancam. Aku hanya ingin Gery tetap aman di posisinya hingga di masa mendatang." kata Phillip mengizinkan Dexter untuk membuat Gery menyerah.

Sesungguhnya, Phillip hanya ingin membuat Gery tetap berada di posisi aman sebagai pebisnis. Bagi orang-orang sekelas keluarga Rochstein, pernikahan tidak hanya bicara soal cinta. Melainkan juga berbicara soal uang dan kekuasaan. Phillip berharap, Gery tidak menjadi anak yang pembangkang.

"Aku akan mencobanya, Phillip. Dan sebelum aku melakukannya, aku minta maaf dulu kalau caraku akan membuat putramu semakin terpojokkan." ujar Dexter dengan penuh ide di kepalanya agar membuat Gery kembali bekerja sama dengan Nymte.

*

Sejak kejadian klarifikasi itu membuat nama Clara benar-benar tercoreng. Clara yang awalnya menjadi sosok karyawan baru kerap dilirik beberapa pasang mata karena paras cantiknya, kini justru menerima lirikan pedas dari sesama teman sekantornya.

Bagaimana tidak, pernyataan Clara jika salah menuduh Gery Rochstein sebagai pelaku pelecehan yang ia alami itu memperburuk citranya sebagai korban. Tidak sedikit yang mengatai Clara adalah gadis problematik yang terlalu besar kepala.

Mengaku-ngaku dilecehkan bos mereka padahal salah sasaran. Bahkan, ada yang menduga jika Clara sengaja melakukannya demi merebut hati Gery Rochstein.

Apa daya Clara yang tak bisa mengontrol omongan orang. Yang bisa Clara lakukan hanyalah menundukkan kepala dan menutup telinga. Yang terpenting, temannya Barra dan Vey tidak meninggalkan mereka meski tahu berada di situasi seperti ini.

Ditambah, namanya juga digadang-gadang menjadi salah satu karyawan yang akan di PHK. Seketika tamat semua riwayat Clara sebagai karyawan di kantor mentereng.

Hingga sebuah panggilan telepon tiba-tiba berbunyi di kala Clara sudah selesai bekerja. Nomor tidak dikenal itu terus menelponnya.

"Clara, ada telepon tuh. Kenapa nggak diangkat?" celetuk Barra yang tampak risih dengan suara getaran ponsel Clara yang diletakkan di atas meja.

Clara buru-buru membuyarkan lamunannya. "Maaf, aku nge-blank."

Saat Clara mengangkat teleponnya, terdengar suara seorang pria menyahut. "Halo? Nona Clara? Ini aku, Drew."

Clara terlonjak kaget ketika telepon itu ternyata dari Drew. Sampai-sampai Barra ikut terkejut akan gerakan Clara yang tiba-tiba berdiri.

"Tu..Tuan Rochstein?"

"Panggil aku Drew. Aku lebih muda darimu, Clara. Aku sudah di bawah gedung Spark. Aku ingin mengajakmu makan malam. Kebetulan malam ini aku ada waktu," kata Drew santai. Clara mendelik di balik telepon itu. Apakah ini maksudnya, Drew sedang mengajaknya berkencan?

"Ba...Baik! Aku akan segera turun," ujar Clara terburu-buru dan pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa pun kepada Barra yang tampak kebingungan akan perubahan sikap rekannya itu.

*