NovelToon NovelToon
Janji Dibawah Langit

Janji Dibawah Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: vin97

Alexa tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan Angkasa-pria yang nyaris asing baginya. Bukan karena permintaan keluarga, bukan pula karena cinta, tetapi karena sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan.

Alexa terjebak dalam kehidupan yang tak pernah ia inginkan, tapi semakin ia mencoba memahami pria itu, semakin banyak hal yang tak masuk akal dalam pernikahan mereka.

Di balik sorot mata tajam Angkasa, ada sesuatu yang tersembunyi. Sebuah kebenaran yang perlahan mulai terungkap. Saat Alexa mulai menerima takdirnya, ia menyadari bahwa pernikahan ini bukan sekadar ikatan biasa-ada janji yang harus ditepati, ada masa lalu yang belum selesai.

Namun, ketika semuanya mulai masuk akal, datanglah pilihan: bertahan dalam pernikahan yang penuh teka-teki atau melepaskan segalanya dan menghadapi konsekuensinya.

Di bawah langit yang sama, akankah hati mereka menemukan jalan untuk saling memahami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vin97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 - Hari Pertama Bekerja

"TIDAK!"

Suara Clarisa meninggi. Ia berdiri dari sofa dengan ekspresi penuh ketidaksetujuan saat mendengar Angkasa mengajukan tawaran agar Alexa bekerja di perusahaan keluarga mereka. Tatapannya tajam, menembus Angkasa yang tampak santai, duduk bersandar dengan lengan terlipat di dada.

"Mama tidak setuju!" Clarisa mengulang, suaranya lebih keras kali ini. Matanya menatap tajam ke arah putranya.

"Apa-apaan sih, Kakak?!" Elisa menimpali dengan nada tak percaya. "Bagaimana bisa Kakak berpikir seperti itu?"

Di sisi lain, Alexa hanya diam. Wajahnya tampak bingung karena ia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia duga.

Pak Bima, yang sejak tadi memperhatikan dengan seksama, akhirnya ikut angkat bicara. "Memangnya Aditya kurang? Papa lihat dia cukup baik menangani semua pekerjaanmu, Nak."

Angkasa menghela napas, menatap ayahnya dengan penuh keyakinan. "Aku tidak mengatakan Aditya harus digantikan, Pa. Dia tetap asisten utamaku. Tapi aku juga tidak bisa meminta dia membantu pekerjaan pribadiku, kan?"

Clarisa menyipitkan mata. "Jadi maksudmu apa?"

"Setelah kupikir-pikir, daripada Alexa hanya berdiam diri di rumah, lebih baik dia menemaniku di kantor sebagai sekretarisku," ucap Angkasa, nadanya tenang tapi tegas.

Pak Bima mengusap dagunya, berpikir sejenak. "Bagaimana dengan yang lainnya? Orang-orang di kantor mungkin akan bertanya-tanya tentang siapa Alexa."

Elisa mengangguk cepat, mendukung pernyataan ayahnya. "Benar, Kak! Kakak sendiri yang mau merahasiakan hubungan ini. Kalau Alexa bekerja di kantor, bagaimana kalau semua orang tahu?"

"Jika tidak ada yang memberitahu, maka tidak ada yang tahu, kan?" Angkasa menjawab santai, seperti sudah memikirkan segala konsekuensinya.

Clarisa mendengus. "Pokoknya, Mama tidak setuju. Memangnya Alexa itu bisa apa?" nada sinisnya membuat ruangan menjadi semakin tegang.

Semua mata kini tertuju pada Alexa. Ia merasa semakin terpojok, tapi tetap mencoba bersikap tenang.

Pak Bima lalu menatapnya penuh selidik. "Alexa, sebelumnya kamu pernah bekerja di kantor?"

Alexa mengangguk, lalu menjawab dengan tenang. "Pernah, Pa. Sebelum bekerja di sekolah, saya sempat bekerja di sebuah perusahaan. Tapi saya berhenti karena waktu itu ibu saya sakit dan saya harus mencari pekerjaan yang lebih fleksibel."

Pak Bima mengangguk, tampak mempertimbangkan jawaban itu. Lalu, ia menarik napas dan berkata, "Baiklah. Mari coba dulu satu bulan. Jika pekerjaan ini cocok untukmu, maka lanjutkan."

"Papa!" Clarisa dan Elisa serempak menentang.

"Pah, kenapa malah setuju? Ini tidak sesuai dengan peraturan kantor!" protes Clarisa.

"Tidak sesuai apa? Alexa sudah pernah bekerja di kantor, dan ini hanya masa percobaan," jawab Pak Bima santai.

"Menjadi sekretaris itu butuh pengalaman khusus, Pah!" Elisa menambahkan dengan nada frustasi.

"Dengar," suara Pak Bima kini tegas. "Semua urusan kantor tetap ditangani Aditya. Urusan pribadi lainnya akan diurus oleh Alexa. Tidak ada penolakan lagi. Ini keputusan bulat Papa."

Setelah berkata demikian, Pak Bima berdiri dan meninggalkan ruangan, menyisakan suasana tegang. Clarisa dan Elisa saling bertukar pandang, wajah mereka penuh dengan ketidaksenangan.

 

Alexa mengikuti langkah Angkasa.

"Kau yakin membiarkan aku bekerja di perusahaan mu ?" Tanya Alexa memastikan lagi.

Angkasa duduk diujung kasur. "Kau juga dengar kan apa yang papa bilang tadi ?"

"Iya. Hanya saja.. apa yang dikatakan ibumu dan adikmu benar."

"Aku khawatir hanya membuat masalah untuk mu dikantor" ucap Alexa.

"Masalah apa ?"

"Dikantor kamu cukup duduk dan menerima teleponku jika aku membutuhkan bantuan mu." Ucap Angkasa.

Angkasa bangkit, berdiri tepat didepan Alexa.

"Bukankah kau ingin memiliki penghasilan untuk keluargamu ?"

"Daripada kau disini merasa tidak nyaman dengan ibu dan adikku, maka lebih baik kau berada dikantor" ucap Angkasa.

Alexa tampak tak menjawab, sesaat ia merasa bahwa apa yang dikatakan Angkasa benar.

--

Keesokan paginya, sinar matahari menerangi kota dengan hangat. Di dalam mobil yang melaju menuju kantor, Alexa duduk di kursi belakang bersama Angkasa, sementara Aditya mengemudi di depan.

"Aditya, meja Alexa sudah siap, kan?" tanya Angkasa tanpa menoleh.

"Sudah, Tuan," jawab Aditya dengan nada profesional.

"Mulai hari ini, dia akan mengurus urusan pribadiku. Kamu cukup membantu urusan pekerjaan kantor," lanjut Angkasa.

"Baik, Tuan."

Saat tiba di gedung Dewantara Group, Alexa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ini bukan pertama kalinya ia datang ke gedung ini, tapi kali ini berbeda-ia datang sebagai staf.

Ketika mereka memasuki lantai tempat divisi Angkasa berada, semua mata tertuju pada mereka. Rasa ingin tahu terpancar dari beberapa karyawan yang berhenti sejenak dari pekerjaan mereka.

Angkasa berhenti di tengah ruangan dan berbicara dengan tenang, namun penuh wibawa. "Selamat pagi, semua. Saya ganggu waktunya sebentar."

Para karyawan segera memperhatikannya. Beberapa dari mereka tampak melirik Alexa dengan bingung.

"Hari ini, Dewantara Group, khususnya divisi ini, kedatangan staf baru. Dia akan ditempatkan sebagai sekretaris dan bekerja langsung di bawah saya." Angkasa berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Namun, seluruh keperluan penandatanganan dokumen tetap diberikan kepada Aditya."

Ia menoleh ke Alexa. "Silakan perkenalkan dirimu."

Alexa menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Selamat pagi semua, nama saya Alexa. Mohon bantuannya." Ia menunduk sopan.

Beberapa karyawan saling berbisik, tetapi lebih banyak yang membalas senyumannya.

Tanpa berlama-lama, Angkasa melangkah menuju ruangannya, diikuti Aditya dan Alexa.

"Jika aku butuh sesuatu, aku akan menghubungimu melalui telepon ini," ucap Angkasa sambil menunjuk telepon di meja kerja Alexa.

"Baik," jawab Alexa singkat.

"Dokumen kemarin sudah siap?" tanya Angkasa pada Aditya.

"Sudah, Pak."

Mereka pun masuk ke ruangan. Alexa menatap meja kerjanya yang masih kosong, hanya ada kalender dan tempat pena.

Ia menghela napas. "Apa yang bisa kulakukan sekarang?" batinnya bertanya-tanya, sementara hari pertamanya sebagai sekretaris Angkasa baru saja dimulai.

--

Sudah terhubung dengan perusahaan Lumina corp ?" Tanya Angkasa yang kemudian melihat dokumen yang diserahkan Aditya padanya.

"Soal kerja sama Lumina corp kami sudah berhasil terhubung dengan sekertarisnya tuan."

"Tapi kami belum mendapatkan kabar terbaru dari yang bersangkutan" ucap Aditya.

"Apa proposalnya kurang menarik ?" Tanya Angkasa.

"Proposal tersebut sudah sangat baik tuan, saya akan mencoba memfollow up sekertaris pak Robert" ucap Aditya.

Angkasa mengangguk, meskipun ia tampak kecewa dengan hasil hari ini.

"Ohya pak. Ada juga yang memberikan proposal kerja sama kepada kita"

"Bapak mau cek terlebih dahulu?" Tanya Aditya.

"Dari siapa ?"

Aditya lalu memeriksa nama perusahaan itu ditab miliknya.

"Solvex group tuan"

Tampaknya Nama itu tampak tak asing ditelinga Angkasa.

"Kapan proposal itu diterima ?" Tanya Angkasa.

"Kemarin tuan"

"Tinggal saja dulu, sampai mereka menghubungi kita kembali" ucap Angkasa.

"Baik tuan".

--

Aditya kemudian meninggalkan ruangan Angkasa.

Melihat kehadiran Aditya saat ini, Alexa tampak senang setidaknya ia punya teman untuk berbicara.

"Sedang sibuk dit ?" Tanya Alexa.

"Pekerjaan seperti biasa nona, ada perlu bantuan ?" Tanya Aditya.

"Dikantor jangan panggil aku Nona, cukup nama saja"

"Lagian dikantor kita ini sepantaran" ucap Alexa dengan suara kecil.

"Baik... Alexa" ucap Aditya tampak ragu.

"Sudah berapa kerja disini ?" Tanya Aditya.

"Sudah hampir 8 tahun"

"Wow ? Lama sekali, kamu pasti orang kepercayaan Angkasa ya ?"

"Melihatmu dipercaya mengurus kerjaan kantor pasti Angkasa sudah sangat percaya padamu" ucap Alexa lagi.

"Mungkin karena sudah lama bekerja, jadi Pak Angkasa bisa mempercayainya saya."

"Tapi meskipun begitu pak Angkasa tidak memberikan hak penuh untuk semua pekerjaan kepada saya" ucap Aditya.

Alexa mengangguk mengerti,ia pernah berada diposisi ini.

"Menurutmu bagaimana pak Angkasa ?" Tiba-tiba pertanyaan itu terbesit diotaknya.

Angkasa menoleh kearah Alexa.

"Sejauh apa anda ingin tahu soal pak Angkasa ?"

To be continued..

1
vini vin
Terbaik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!