NovelToon NovelToon
Rasa, Rana Dan Lara

Rasa, Rana Dan Lara

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Restviani

Ijab qabul yang diucapkan calon suaminya, seketika terhenti saat dirinya pingsan. Pernikahan yang diimpikan, musnah saat dirinya dinyatakan hamil. Terusir, sedih, sepi, merana dan sendirian. Itulah yang dirasakan oleh Safira saat ini.

Dalam keputusasaan yang hampir merenggut nyawanya, Safira dipertemukan dengan sosok malaikat dalam wujud seorang pria paruh baya. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, justru membuat kehidupan Safira berubah drastis. Setelah menghilang hampir 6 tahun, Safira beserta sepasang anak kembarnya kembali untuk membalas orang-orang yang telah membuatnya menderita.

Satu per satu, misteri di balik kehamilan dan penderitaan Safira mulai terkuak. Lalu, siapakah ayah dari si kembar jenius buah hati Safira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Restviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Proyek untuk Bunda

"Pulanglah, Umi masuk rumah sakit!" ucap Pak Sanusi begitu teleponnya tersambung dengan sang anak.

"Apa?!" Terdengar pekikan Adam begitu keras di ujung telepon, "tapi kenapa, Bi?" tanyanya.

Pak Sanusi menghela napas. "Nanti Abi ceritakan. Sekarang kamu susul Abi ke rumah sakit Al Islam. Abi sedang dalam perjalanan menuju ke sana," tutur Pak Sanusi.

"Baik, Abi."

Setelah mengakhiri pembicaraannya bersama sana anak, Pak Sanusi menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Tangannya meraih tangan sang istri yang tengah terbaring tak berdaya di atas brankar. Bunyi sirine masih terus meraung. Entah kenapa, perjalanan menuju rumah sakit Al Islam, terasa sangat lama bagi Pak Sanusi yang tengah mencemaskan keadaan istrinya.

"Bertahanlah, Umi! Abi yakin, Umi wanita yang sangat kuat," bisik Pak Sanusi di telinga istrinya.

"A-abi," gumam lirih Bu Zahra.

"Iya, Umi. Abi di sini," sahut Pak Sanusi.

"Bi-bicara-lah pa-pada A-adam. U-umi eng-enggak ma-u pe-pernikahan Adam ga-gal lagi," kata Bu Zahra, terbata-bata.

"Sudah, Mi. Jangan terlalu memikirkan anak itu. Lagi pula, Adam sudah besar. Dia sudah tahu apa yang terbaik untuk dirinya," tutur Pak Sanusi.

Bu Zahra menggelengkan kepalanya, lemah. "Ja-jangan bi-biar-kan per-ni-kahan A-adam dan Sa-safina me-nga-lami na-sib yang sa-ma, Bi," lanjut Bu Zahra.

"Insya Allah, tidak akan, Mi. Sekarang Umi fokus saja pada kesehatan Umi. Tidak usah memikirkan hal lain. Bisa, 'kan?" pinta Pak Sanusi.

Bu Zahra mengangguk pelan. Setelah itu, dia memejamkan kedua matanya lagi. Dadanya semakin terasa sesak. Tangisan Safina masih menggaung jelas di kedua telinganya.

"Tolong jangan pisahkan aku sama mas Adam, Umi. Aku tidak bisa hidup tanpa mas Adam. Aku juga tidak bisa menanggung malu jika sampai pertunangan aku sama mas Adam gagal. Aku bukan Safira yang bisa pergi begitu saja tanpa beban. Lebih baik aku mati daripada dipermalukan seperti ini. Huhuhu ..."

"Aargh!" Bu Zahra memekik pelan saat dada sebelah kirinya kembali sakit.

🌷🌷🌷

"Kapan kamu pulang, Ken? Apa kamu tidak tahu kalau Mommy terus-terusan diteror sama pacar kamu yang enggak jelas itu?" gerutu Mommy Clara di ujung telepon.

Kenzo hanya tersenyum mendengar gerutuan ibunya. "Mom, sudah berapa kali Ken bilang, Ken itu enggak punya pacar," jawab Kenzo.

"Lantas kamu punyanya apa, Ken? Pacar enggak ada, calon istri enggak punya. Ish, ayolah Ken ... teman-teman Mommy sudah punya cucu, lah Mommy? Uuh, jangankan cucu, mantu aja Mommy enggak punya," keluh Mommy Clara.

"Aish, Mom ... Ken telepon Mommy cuma untuk menanyakan kabar Mommy, bukan untuk mendengar keluh kesah Mommy tentang hal itu lagi, ya," tegur Kenzo.

"Ya! Kabar Mommy tidak baik-baik saja sampai kamu membawa calon mantu ke rumah ini. Puas kamu!"

Tut-tut-tut!

Sambungan terputus begitu saja. Kenzo hanya bisa menghela napas mendengar keinginan ibunya.

"Ah mom, jika saja ada seorang wanita yang mampu Ken sentuh, tentu sudah Ken bawa ke rumah sebagai mantunya mommy," gumam Kenzo.

Saat Kenzo ingin mengembalikan ponsel ke tempat semula, tiba-tiba benda itu kembali berdering. Kenzo melihat layar ponselnya. Rupanya, panggilan itu dari sahabatnya. Sedetik kemudian, Kenzo menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Hallo, Wil!" sapa Kenzo.

"Ken, are you oke?" tanya Willy di ujung telepon.

"I'm oke. Don't worry!" jawab Kenzo. "Oh ya, bagaimana pamerannya? Apa acaranya sudah selesai?" tanya Kenzo.

"Syukurlah, acaranya selesai dan berjalan dengan sangat lancar. Pihak panitia sangat berterima kasih atas donasi yang lu berikan, Ken," tutur Willy.

"Hmm, sama-sama. Apa semua peserta sudah bubar?" tanya Kenzo lagi.

"Ya, sebagian besar peserta sudah kembali ke tempatnya masing-masing," balas Willy.

"Ah, sial!" dengus Kenzo, pelan.

"Sorry?" tukas Willy tak mengerti.

"Eh, sorry-sorry, Wil. Ini, gue cuma kepeleset dikit," kilah Kenzo.

"Ish, gue pikir apaan," sahut Willy. "Oh iya, kapan lu punya waktu? Gue mau ajak lu ke tempatnya Rana," imbuh Willy.

"Rana?" ulang Kenzo.

"Yup, Rana! Bocah yang bikinin miniatur villa gue," timpal Willy.

"Ah, ya. Si bocah jenius itu," balas Kenzo. "Hmm, sepertinya kita atur jadwal untuk bulan depan saja, Wil. Nyokap sendirian di rumah. Dia nyuruh gue untuk pulang malam ini," tutur Kenzo.

"Ya sudah, atur saja lah. Atau kalau enggak, entar gue minta sketsa-sketsa dia. Siapa tahu ada yang cocok buat lu," usul Willy.

"Oke, terserah lu aja," balas Kenzo.

Setelah menyelesaikan kesepakatan, Willy pun mengakhiri sambungan teleponnya.

🌷🌷🌷

Sementara itu di tempat pameran. Lara begitu bahagia setelah lukisannya berhasil dibeli dengan harga yang cukup fantastis. Entah siapa orang yang telah membeli lukisannya. Namun, Lara bersyukur atas apa yang telah dia raih. Artinya, tabungan dia dan juga kakaknya bertambah lagi.

"Alhamdulillah ... akhirnya biaya buat bikin mansion mommy bertambah lagi," gumam Lara yang masih bisa didengar oleh Opa Hadi.

"Biaya membangun mansion mommy?" ulang Opa Hadi seraya mengernyitkan kening. "Maksudnya apa, Dek?" imbuhnya.

"Ups! Keceplosan deh!" celetuk Lara.

Opa Hadi menatap Bik Cucum. Isyarat matanya seakan sedang bertanya tentang apa yang disembunyikan Lara dari dirinya. Namun, Bik Cucum pun hanya bisa menggedikkan kedua bahunya. Dia memang tidak tahu menahu tentang apa yang direncanakan si kembar jenius itu.

"Dek! Bisa Dedek jelaskan sesuatu kepada Opa?" tanya Opa Hadi.

Lara menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin membocorkan proyek kakaknya untuk sang bunda.

"Jadi, Lara enggak mau ngomong, nih?" lanjut Opa Hadi.

"Maaf Opa, tapi Lara sudah janji sama Abang. Lara tidak akan pernah menceritakan proyek abang untuk bunda." Lirih Lara.

"Proyek abang untuk bunda?" ulang Opa Hadi. "Memangnya abang punya proyek apa untuk bunda kalian?" desak Opa Hadi.

"Aaah, keceplosan lagi, 'kan? Ish, udah deh ... Opa jangan banyak tanya lagi, entar lama-lama Lara bisa bilang semuanya ke Opa," rengut Lara.

Opa Hadi tersenyum. Lara memang gadis menggemaskan yang tidak pernah bisa menyimpan rahasia apa pun. Dia tidak pintar bermain rahasia. Dan sifat jujurnya itu dia warisi dari sang ibu.

"Ceritakanlah, Nak!" perintah Opa Hadi. "Opa janji, Opa tidak akan bilang apa-apa sama kakak kamu," imbuhnya.

"Tapi Opa ...."

Lara terlihat kebingungan. Sebenarnya, dia sangat ingin bercerita tentang proyek mereka untuk ibunda tercinta. Akan tetapi, Lara tidak ingin mengingkari janjinya kepada sang kakak.

"Maaf, Opa. Lara sudah janji sama bang Rana kalau Lara tidak akan menceritakan semua ini kepada siapa pun. Termasuk kepada Opa. Lara tidak mau menjadi orang yang tidak amanah, Opa." Lara menolak halus perintah kakeknya.

Opa Hadi tersenyum. Meskipun terselip rasa kecewa karena Lara tidak ingin terbuka kepadanya. Namun, Opa Hadi begitu bangga memiliki cucu yang sangat amanah.

"Ya sudah, Opa berharap, kamu dan abang kamu tidak merencanakan sebuah proyek yang aneh-aneh untuk bunda kalian," pungkas Opa Hadi.

"Enggak aneh kok, Opa. Kita hanya akan buat mansion mewah saja buat bunda!" tukas Lara. "Ups!" imbuhnya seraya menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya.

"Lara!"

1
Pasrah
ini baru novel bersejarah di mana anak menggurui ibu nya yg gak ada otak nya itu
Bajul Sayuto
cerita SAMPAH BABI
Restviani: Astaghfirullahaladzim....
maaf, Kak. tolong dijaga lisannya, karena kelak Anda akan mempertanggungjawabkan ucapan Anda di akhirat. Terus terang, saya tidak berniat menyinggung perasaan pihak mana pun atas cerita yang saya buat. Saya tidak ridho dikatakan seperti itu. Sebelum Anda meminta maaf, kelak jika saya kita sudah sama" berada di hari Pengadilan Akhirat. Saya TUNTUT ANDA!!
total 1 replies
Umiati Ati
Terlalu banyak misteri
Umiati Ati
sampai terharu bacanya
Umiati Ati
hmm.. masih blm tau alurnya...
Jaenal Aripin
paling suka baca KL ada anak jenius
Merrye
Rasain loe fira,emang dasar bodoh loe
Erika
bagus bang..bunda kamu itu harus di kasih ultimatum..ngga tau diri banget..sama tuh kayak ibunya Mutia..
Erika
si Mutia ga tau diri banget .udah di tolong .di obatin ..malah kayak gitu..
Erika
terlalu banyak drama ..bertele tele nih cerita
Amanah Sutrisno
Luar biasa
Pendi
cerita org2 egois semua
BUDI SETIAWAN
Luar biasa
Rindang Alamy
egois banget safira..
Sriati Rahmawati
Masak sih sudah tua2 manggilnya elu2 gue
Yani Mulyani
Lumayan
Sriati Rahmawati
laki2 itu TKI bukan TKW
Halimah
Kak lanjutan rana dan siti maemunah ada gak ?
Yani Mulyani
Lumayan
Fitri Z
rasain lu.......,semoga Fira bahagia dan lu Fina yang menderita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!