******
Pada malam Kirana melihat kekasihnya tidur dengan sahabatnya, Kirana melakukan hal gila dengan mengajak pria yang tidak ia kenal untuk bermalam dengannya.
Malam itu mengubah seluruh kehidupannya. Kirana hamil dan diusir dari rumahnya sehingga harus berjuang demi menghidupi dirinya dan anak yang dikandungnya.
Anak yang Kirana lahirkan ternyata bukanlah anak biasa. Dylan, memiliki kecerdasan yang sangat menakjubkan, yang membuat kehidupan Kirana lambat laun membaik.
Di usianya yang ke tiga tahun, Dylan bahkan berhasil membobol keamanan sebuah perusahaan besar di Asia yang menyebabkan Kirana menjadi target sang pemilik perusahaan yang ternyata adalah pria asing yang telah tidur dengannya empat tahun lalu.
Bagaimanakah perjalanan hidup mereka selanjutnya? Ikuti terus kisahnya dalam novel ini.
--------------
Terima kasih sudah mampir di novel terbaruku.
Jangan lupa jadikan favorit ya supaya tidak ketinggalan update bab-bab baru lainnya.
Dukung juga novelku dengan memberi like dan vote supaya aku tambah semangat menulis.
🙏🙏😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Berlebihan Damian
“Duduk!”
“Tapi, Tuan ….”
“Kamu mau duduk sendiri atau duduk dalam pelukanku?”
Kirana menyerah. Ia akhirnya duduk dengan manis di hadapan dokter yang baru saja tiba bersama dengan Jack.
“Saya benar-benar tidak apa-apa, Tuan.” Sikap berlebihan Damian yang mengharuskan seorang dokter memeriksanya benar-benar membuat Kirana tidak nyaman.
“Kamu bukan dokternya. Sekarang duduk dengan tenang dan biarkan dokter yang memeriksamu.”
Kirana menghembuskan napas. Pasrah dengan keinginan Damian.
Ketika dokter sedang memeriksa Kirana, ponsel Kirana yang tergeletak di atas meja berdering. Damian melirik ke arah layar yang menyala itu.
Bagas?
Mata Damian menyipit. Tidak suka dengan nama yang tertera di layar ponsel Kirana. Dua panggilan terlewat. Tampak ada sebuah pesan masuk setelahnya. Notifikasi pesan itu terlihat di tengah layar ponsel Kirana.
Bagas : Kirana, aku sudah pulang. Kamu di mana?
Siapa Bagas? Kenapa dia memberitahu Kirana kalau dia sudah pulang?
“Tuan Damian ….”
Panggilan itu mengalihkan pandangan Damian dari layar ponsel Kirana.
“Nona Kirana hanya menderita sedikit memar. Kemungkinan besar akibat pukulan.”
Mata Damian langsung melirik tajam ke arah Kirana yang jelas tertangkap basah mengarang alasannya mendapatkan memar itu.
“Lalu apakah ada obat atau sesuatu yang harus diberikan pada memar itu?” tanya Damian yang lalu kembali beralih pada dokter di hadapannya.
“Saya sudah meresepkan obat oles untuk Nona Kirana dan saya sudah memberikannya pada Tuan Jack,” jawab dokter itu.
“Baiklah. Terima kasih, dok. Jack tolong antar dokter ini keluar dan tolong belikan obat yang sudah diresepkan tadi,” pinta Damian yang langsung dilaksanakan oleh Jack.
Setelah Jack dan dokter itu pergi, Damian menatap Kirana yang sedang duduk menatap kepergian kedua orang itu yang meninggalkannya kembali berdua bersama Damian.
“Apakah kamu begitu tidak relanya mereka pergi?”
“Mengapa saya masih di sini, Tuan? Bukankah dokter sudah memeriksa saya dan terbukti kalau saya tidak apa-apa?” tanya Kirana yang benar-benar ingin segera pergi dari kamar ini.
Damian meraih dagu Kirana perlahan. “Jadi karena terjatuh, hm?” Pandangan mata Damian terlihat berbahaya. Kirana langsung menunduk, tetapi Damian kembali membawa wajah Kirana menatap ke arahnya.
“Tuan sudah berjanji tidak akan mencari tahu.” Kirana kembali mengingatkan perjanjian di antara mereka. Perjanjian yang telah dengan bodoh Kirana tawarkan.
“Iya, aku masih ingat.” Damian terus memandang Kirana sampai membuat Kirana merasa gugup. “Jadi sekarang kamu bersedia menjadi asistenku 24 jam, kan? Kamu harus bersedia datang kapan pun aku membutuhkanmu.”
“Apakah benar-benar harus 24 jam? Bagaimana dengan waktu istirahat saya?”
“Kamu bisa bebas beristirahat kapanpun kamu mau, tetapi bila aku membutuhkanmu, untuk keperluan apa pun, kamu harus bersedia untuk datang. Aku akan menyewa seorang sopir khusus untukmu.”
Kirana menyipitkan matanya. Kata apa pun tentu saja membuatnya curiga. Beberapa hari bekerja langsung untuk Damian cukup memberikannya pelajaran kalau arti kata apa pun bagi Damian bisa berarti hal-hal yang sangat sepele.
“Apakah kata apa pun bisa berarti menuangkan isi gelas Tuan yang kosong?” tanya Kirana curiga.
“Apa pun Kirana. Apa pun,” jawab Damian puas.
Saat ini Kirana benar-benar berada dalam genggamannya. Ia bisa melakukan apa pun yang ia suka. Bersenang-senang dengan keberadaan Kirana di dekatnya sepanjang hari.
Kirana pun menghela napasnya. Ia tahu, hidupnya akan semakin sulit ke depannya. Menghadapi tingkah laku ajaib Damian yang tampaknya merasa puas kalau mempermainkannya.
Setelah Jack kembali dan membawa obat untuk Kirana, Damian mengantarkan Kirana pulang, walaupun Kirana sudah menolaknya mentah-menatah. Kirana khawatir kalau Damian akan melihat Dylan karena Kirana tidak tahu kalau sebenarnya Damian sudah mengetahui keberadaan Dylan.
“Tuan. Ini benar-benar berlebihan. Tuan tidak perlu sampai mengantarkan saya seperti ini.”
Kirana masih mencoba untuk mencegah Damian mengantarkannya sampai rumah. Kirana mencoba untuk membuat Damian menurunkannya di satu tempat tidak jauh dari rumahnya, tetapi Damian tetap memaksa akan mengantarkan Kirana sampai rumah.
“Kamu belum makan malam, kan?”
“Saya biasa makan malam bersama di rumah, Tuan.”
“Oke, kalau begitu saya akan makan malam di rumahmu. Kebetulan saya juga belum makan malam.”
Hah? Dia bilang apa barusan? Apa aku tidak salah dengar? Kapan aku mengajaknya untuk makan di rumah bersamaku?
“Makan malam di rumah saya, Tuan? Tapi, rumah saya sangat tidak nyaman dan makanan di rumah saya juga tidak ada yang mewah seperti makanan yang biasa Tuan santap,” kilah Kirana yang tidak ingin Damian ikut makan malam bersamanya.
“Saya tidak keberatan. Saya akan menganggap ini sebagai ucapan terima kasihmu karena kebaikanku sudah bersedia merawatmu.”
“Merawat saya, Tuan?” tanya Kirana bingung.
Damian menunjuk pipi Kirana yang memar.
Aku tidak pernah meminta dia merawat saya. Lagi pula dia yang berlebihan. Sepertinya ada yang salah dengan isi kepalanya.
“Bagaimana kalau lain kali saya mengajak Tuan makan malam atau makan siang di luar sebagai ucapan terima kasih?” Kirana belum kehilangan akal untuk mencegah Damian datang ke rumahnya.
“Apakah ini ajakan kencan?”
Terserah apa pun Anda mau menyebutnya, Tuan. Yang penting malam ini Anda tidak bisa makan malam bersamaku.
“Hanya bentuk ucapan terima kasih, Tuan.”
“Baiklah saya terima ajakan kamu.”
“Benarkah, Tuan?” Kirana lega ketika Damian berkata ia mau menerima tawaran Kirana. Berarti untuk malam ini Kirana tidak perlu khawatir Damian akan bertemu dengan Dylan.
“Iya. Saya akan menerima tawaran kamu. Tapi malam ini saya sudah terlalu lapar untuk mencari makan di luar. Lagi pula saya tidak suka makan sendiri, jadi saya akan tetap makan di rumah kamu.”
“Apa?”
Kirana benar-benar merasa ditipu. Damian bisa dengan begitu mudah mempermainkannya dan Kirana pun selalu tidak dapat menebak jalan pikiran Damian yang selalu membuatnya sakit kepala. Terkadang mengingatkannya pada Dylan kalau sudah mulai berulah.
Semakin mendekati rumahnya, Kirana semakin gelisah. Kirana belum mempersiapkan penjelasan apa pun bila Damian melihat Dylan yang benar-benar mirip dengannya. Damian pasti akan bertanya apakah Dylan adalah darah dagingnya atau bukan. Kirana takut kalau Damian akan mengambil Dylan darinya. Kirana tidak akan mampu untuk melawan Damian.
“Jadi kamu tinggal di sini?” Damian menatap rumah yang sangat sederhana.
Jujur Damian tidak menyangka kalau Kirana yang dulu menghabiskan malam dengannya ternyata memiliki kehidupan yang sederhana.
Setahu Damian, orang yang bisa memiliki akses masuk ke dalam hotel itu adalah orang-orang terpilih, dan seingat Damian, dulu Kirana terlihat seperti dari keluarga yang terpandang dengan pakaian yang tidak tergolong murah.
“Iya, Tuan. Ini adalah rumah Mbok Inah, saya menumpang di tempat ini.”
“Lalu rumah kamu?”
Kirana terdiam. Sudah lama rasanya Kirana tidak mau mengingat rumah tempat tinggalnya dulu. Kirana bahkan tidak tahu bagaimana kabar ayahnya sekarang.
“Sebaiknya kita segera turun, Tuan. Saya masih harus menyiapkan makan malam.” Kirana membuka pintu dan melangkah turun dengan wajah yang tiba-tiba menjadi murung.
Mengapa wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sedih seperti itu? Apakah karena aku bertanya mengenai rumahnya? Siapa sebenarnya wanita ini?
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=Wah sebentar lagi Damian bakalan ketemu Dylan nih! Ada yang bisa tebak ga kira-kira apa yang bakalan terjadi?
Jangan lupa tinggalin jejak dengan komen, vote atau jadikan novel ini favorite kalian ya supaya ga ketinggalan update bab barunya.
Mampir juga ke cerita Chat Storyku yuks, judulnya : UNCLE REI
Enjoy!
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Karya Author ini udah sekelas dengan author yg levelnya Diamond meski author Masi di level gold, bahkan ada karya author lain yg level platinum dgn genre tentang ONS, lari saat hamil dan anak genius sperti karya author ini tapi alur ceritanya ga sebagus author punya loh dan penulisannya ber Belit Belit, sdangkan author Masih level gold tapi udah menciptakan karya sebagus bahkan udah perfect menurut ku thorr, konflik yg penuh plot twist nya keren, penggunaan tanda baca jga tepat, typonya dikit. Thorr aku udah ga bisa ber kata² lgi deh utk memuji karya ini, intinya Lanjutkan dong thorr, rugi banget kalo harus digantung bertahun-tahun dgn kisah semenarik ini bahkan ini bisa di buat Sequelnya loh utk kisah cintanya Dylan yg genius. Tapi itu terserah author aku ga berharap sequel, aku hanya berharap ini jangan digantung dan harus dilanjutkan Thorr!!! PLISSSS😭🙏🥺🥹 Fokusin aja tamatin ini karya thorr🙏😭 jangan pindah ke novel author yg lain, lanjutkan cerita novel yg ini dlu plisss😭🙏🥺🥹🫶