Ajari Aku Hijrah

“Jadi, Mbak mau gabung usaha bareng mereka?” tanya Irsyad.

Seperti biasa, pria itu masih mengantar ke baitul ilmi dan menemani Azizah sepulang pengajian.

Seperti biasa pula, dia akan mengajak wanita itu bersantai di pujasera di dekat sana, untuk sekedar menikmati tempe mendoan dan jus buah.

“Sebenernya sih gue ragu bakalan bisa apa nggak. Cuman kalo nggak dicoba ya mana tau. Lagian, gue emang lagi butuh kerjaan lain,” tutur Azizah.

Irsyad nampak hanya mengangguk sembari menyedot jus nanas miliknya, tanpa berkomentar sama sekali.

Hal ini justru membuat Azizah bertanya-tanya akan sesuatu.

“Eh, gue penasaran deh. Lu jawab jujur ya.” Azizah terlihat menampakkan raut muka yang serius ke arah Irsyad. “Dari awal lu nggak pernah nanya apapun ke gue. Siapa gue, latar belakang gue, kerjaan gue. Lu nggak peduli banget ya, siapa orang disekitar lu?”

Irsyad menghela nafas panjang mendengar pertanyaan dari Azizah. Lalu dengan tatapan lembut dia mencoba menjelaskan.

“Mbak, sebelumnya mohon maaf kalo kesannya aku cuek, nggak terlalu peduli tentang siapa Mbak. Cuma, pas kita nggak sengaja ketemu di depan bengkel waktu itu, saya udah bisa nebak siapa Mbak, apa pekerjaan Mbak, meski saya nggak tau latar belakang Mbak,” ungkap Irsyad.

“Jadi lu udah tau, dan lu diem. Apaan maksud lu lakuin itu? Mau bikin gue kelihatan bego, hah?” cecar azizah.

“Sama sekali nggak ada maksud begitu, Mbak. Bukan hak saya mengorek informasi pribadi orang. Saya lebih memilih menunggu sampe orang itu ngomong sendiri ke saya,” ujar Irsyad.

“Oh gitu. Bijak banget ya. Bukannya kalo gitu sama aja lu nge-judge orang tanpa nanya?” tepis Azizah.

“Mbak...,” ucap Irsyad

“Emang lu pikir gue ini apa, hah? Apa yang udah lu tebak?” cecar Azizah menyela ucapan pria tersebut.

Lagi-lagi Irsyad menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Azizah yang tampak mulai emosi.

“Pakaian minim bahan, terbuka di beberapa bagian, dandanan medok, ditambah bau alkohol dan rokok. Berjalan sendirian pas malem, kalo bukan wanita malam, kira-kira apa ya, Mbak?” tanya Irsyad balik

Azizah seketika terdiam, dengan tatapan nanar. Dia tak tau harus berkata apa didepan pria itu. Dia merasa malu karena ternyata selama ini Irsyad sudah tau siapa dia sebenarnya.

“Mbak, setiap orang punya masa lalu masing-masing. Mau sekelam apapun itu, selama dia mau berubah, kita wajib bantu. Itu prinsip saya, dan alasan saya melakukan semua ini ke Mbak.”

“Nggak ada sama sekali dipikiran saya buat ngerendahin profesi Mbak. Saya Cuma mau bantu Mbak untuk kembali ke jalan yang benar.”

“Makanya saya senang sekali pas Mbak nemuin saya dan minta diajarin cara buat tobat. Karena jarang sekali ada orang yang mau menyambut hidayah dari Allah seperti yang Mbak lakukan.”

“Sekarang Mbak lihat sendiri diri Mbak. Sudah banyak perubahan baik dan itu benar-benar luar biasa. Jadi buat apa saya mengungkit-ungkit siapa Mbak sebelumnya?”

“Cukup fokus pada diri Mbak yang sekarang. Azizah, wanita baik-baik yang berubah menjadi lebih baik,” terang Irsyad panjang lebar.

Setitik bening menetes di pipi Azizah mendengar semua ucapan Irsyad, yang langsung diusap punggung tangan wanita tersebut.

“Gue malu. Gue malu sama elu. Ternyata lu dari awal udah tau siapa gue dan mungkin itu juga yang buat lu nggak pernah mau deketan sama gue ya?” ujar Azizah.

“Sama sekali nggak. Kan saya udah jelasin waktu itu alasannya,” tepis Irsyad.

“Gue nggak tau masih bisa ketemu lu lagi apa nggak,” ucap Azizah.

Bersambung ▶️▶️▶️

Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏